Tuesday, February 3, 2009

Magdalena ( 60)

Take My Breath Away

http://www.youtube.com/watch?v=uGoAOD6mzXM

Take My Breath Away Watching every motion/In my foolish lover’s game/On this endless ocean/Finally lovers know no shame/Turning and returning/To some secret place inside Watching in slow motion/As you turn around and say/My love ....

===================
Biarkan airmatanya menambah air telaga tua. Hanya itu yang dimiliki dan dapat dipersembahkan. Magda, hanya telaga tua itu yang dapat menampung airmataku, menyatu kedalam air bening yang tersisa.”
===================
“ Tidak pap, aku tidak membiarkanmu duduk sendiri diatas batu telaga. Biarlah juga airmataku dan airmatamu menyatu ke dalam air telaga bening.”

“ Magda, biarkanlah aku berdiam disana bersama batu berlumut yang ditinggalkan surut air mengalir. Segala jiwa ragaku telah kuberikan kepadamu, tiada tersisa. Magda mendekatlah kepada papa untuk yang terakhir kali. Aku ingin mengecup bibirmu, aku ingin memelukmu untuk yang terakhir.

Menangislah untukku yang terakhir, aku ingin mengecup kelopak matamu; aku ingin menampung butiran airmatamu sebelum itu dimliki orang lain. Mendekatlah mama, ijinkan aku untuk yang terakhir menggerai rambutmu. Sedengkan telingamu diatas dadaku seperti sediakala, aku ingin bersenandung cinta, kali terakhir dipembaringanku, ditengah heningnya malam yang telah siap menghujam gelora kasihku.

Papaaa, tidak...tidak untuk yang terakhir, papa masih memiliki hatiku, airmata milikku milik papa jua. Aku juga telah memberikan jiwa ragaku pada papa, juga tiada yang tersisa.”
“ Iya, masih ada yang tersisa, dan itu Magda berikan kepada orang lain.”

Magda mengguncang kedua sisi bahuku dengan uraian airmata, “ papa egois, papa tidak mau mengerti perasaanku, papa terlalu tega membiarkan mama sendirian menanggung derita.”
Aku merasakan Magda tak kuasa menahan beban hatinya, dia tindihkan setengah tubuhnya diatas tubuhku yang terbaring lemah.

“ Papa, bebanku terlalu berat, mama tak mampu memikul sendiri, maukah papa bersamaku menangung beban berat itu? mau kan papa,? ujarnya dalam tangis sambil menciumi bibirku.
“ Magda, tubuhku terlalu lemah menahan siksa. Aku tak mampu lagi menanggung derita sekecil apapun. Aku ingin pulih dari siksa yang telah menderaku, tetapi akupun tak tahu pasti, siapa yang dapat memulihkannya.”

Magda bangkit, kedua tangannya memegang wajahku dan membelai rambutku. Manik-manik bening dibiarkannya tercucur diwajahku, mulutnya bergetar menahan siksa. Sepertinya jiwanya akan meninggalkan raga, suaranya melemah berujar; “ Jadi, papa ingin pergi meninggalkanku, ketika orangtuaku merajamku hampir mati? Papa, mau pergi meninggalkanku ketika jiwa ragaku telah ku serahkan sepenuhnya kepada papa ?. "

Aku diam, hatiku terenyuh mendengar gaung derita jiwanya tercurah dari mulut yang dibungkam oleh ego (?) Magda kembali meletakkan kepalanya diatas dadaku. Magda sangat lemah, kakinya tak sanggup lagi menjadi tumpuan beban tubuhnya yang terbalut dengan beban derita.

“ Papa, jawablah mama, mengapa papa diam.? Papa.., aku, telah mendengar hatimu yang terdera. Tetapi papa tidak mau mendengarkan jeritan hatiku yang tersiksa, papa egois.! Papa lihatlah aku, telusurilah hati mama yang kini sedang menderita siksa karena cintaku tulus kepada papa. Kini, papa ikut menyiksaku. Sudah puaskah papa,? bolehkah aku pergi sekarang? Papa, aku sudah kehabisan air mata, tak ada lagi yang tersisa bahkan untuk menangisi diriku sendiri.( BERSAMBUNG)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment