Tuesday, February 24, 2009

Dosenku "Pacarku" (38)

http://www.youtube.com/watch?v=L7DE6oDQaxk

=============
Sebelum bibi melanjutkan ocehannya aku masuk kekamar, tidur. Selang beberapa jam, bibi membangunkan, " bapa..bapa... dua perempuan kemarin dulu datang lagi."
=============

MAWAR dan MAGDALENA menyapaku dengan ramah....sepertinya kami tidak ketemu tahunan. Magdalena tidak menolak ketika aku mencium pipinya setelah dia menyalamku, aku benar-benar rindu, juga dengan Mawar.

" Kenapa tadi abang nggak masuk?" tanya Mawar
" Aku kurang sehat, kepala pusing." jawabku.
" Abang kami tunggui kemarin, kok nggak datang ?

Kali ini terpaksa aku berbohong, kalau nggak mau dikucilkan selamanya. Soalnya aku kelupaan karena menemani Ira pulang dari discotik, "kemarin aku kurang enak badan," jawabku

"Sabtu besok abang ada waktu.?"
" Ada acara apa ?" tanyaku.
" Nggak ada acara spesial, hanya ngumpul dengan teman-teman kita dulu waktu belajar bersama," jawab Mawar.

***
Aku benar-benar kangen dengan kedua sahabat lamaku ini. Sebenarnya aku ingin hadir acara itu, tetapi aku sudah janji menemani Susan keluar kota. Seandainya, urusan perkuliahanku telah usai, aku bisa batalkan ikut dengannya.

Kini aku masih terpasung dengan Susan. Aku merasakan kembali "muda" setelah bertemu dengan Mawar dan Magdalena. Pada hal aku belum ada seminggu berteman (dekat) dengan Susan yang berusia delapan tahun diatasku, bawaanku seperti amat dewasa.

Aku ingin melepas rasa kangen dengan kedua sahabatku. Aku ajak mereka ke tempat kami (dahulu) rendezvous di Kp.Keling. Mawar setuju, tetapi sepertinya Magdalena keberatan. Dia tidak menolak langsung, juga tidak setuju. Sejak kedatangannya kerumah, Magdalena hanya diam mendengar percakapanku dengan Mawar. Aku bujuk kesediaannya, " Magda aku kangen, ikut iya, " bujuk ku.

Magda tidak menjawab. Tetapi aku masih ingat tanda-tanda perubahan wajahnya ketika kami berhubungan selama lima tahun. Aku yakin dia mau, meski tidak menjawab. Aku segera berkemas ganti pakaian. Sengaja kupilih t-shirt hadiahnya ketika ulang tahunku.

" Magdalena pergi dengan Mawar atau dengan abang,?" tanyaku.
"Magdalena masih tidak mau bicara, dia putuskan berboncengan dengan Mawar setelah menyerahkan kunci motornya padaku."

Aku bingung sikap Magdalena, pada hal beberapa waktu lalu dia so nice ketika berjumpa denganku. Dia sudah mau bercanda, bahkan menantangku siapa diantara kami duluan menyelesaiakan skripsi.

Di restauran, aku sengaja duduk dekatnya. Sungguh, aku sudah kangen benar duduk bersanding dengannya. Mawar tersenyum melihat tingkahku, aku tak peduli. Aku memulai pembicaraan mengenai akhir perkuliahan minggu depan, juga mengenai skripsi.
"Magda, waktu lalu kamu nantangin siapa duluan siap skripsi kita. Skripsimu sudah selesai,?" tanyaku

Magda mulai semangat ketika menyinggung skripsi, " belum bang, kata pembimbingku minggu depan, "jawabnya, seraya menambahkan, abang pasti sudah selesailah iya!"
" Magda kok tahu.?"
" Iyalah.., habis abang sudah lengket dengan ibu itu.!"(Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (37)


In my life I see where Ive been /I said that Id never fall again /Within myself I was wrong /My searchin aint over...over /I know that /When you love a woman /You see your world inside her eyes /When you love a woman /You know shes standin by your side /A joy that lasts forever
Theres a band of gold that shines waiting somewhere...oh yeah /If I cant believe that someone is true /To fall in love is so hard to do /I hope and pray tonight /Somewhere youre thinkin of me girl

Yes I know...i know that /When you love a woman /You see your world inside her eyes /When you love a woman /You know shes standin by your side
A joy that lasts forever /Theres a band of gold that shines waiting somewhere...oh

Its enough to make you cry / When you see her walkin by /
And you look into her eyes /When you love a woman /You see your world inside her eyes /When you love a woman /Well you know shes standin by your side /A joy that lasts forever
Theres a band of gold that shines /When you love a woman... /When you love, love, love, love /When you love a woman /You see your world inside her eyes

=================
Susan tertawa, " Abang sangat sensitif kalau menyinggung nama Magdalena."
"Sudah..ah, kita berangkat, nanti Susan terlambat." ujarku sambil meningalkannya masih tertawa dimeja makan.
================
SUSAN marah ketika aku suruh duduk dibelakang," kalau ada orang lihat, biar aku dikira sopir pribadimu."
"Abang malu kalau aku duduk bersamamu di depan?"
"Nggak juga, hanya menjaga nama baikmu saja."

Sepanjang perjalanan kami melanjutkan pembicaraan seputar perkuliahan dan rencanaku berikut setelah lulus. Susan juga mengingatkan rencana keberangkatan ke Berastagi. Hampir juga ribut, ketika aku mulai berdalih, mengelak ikut dengannya. Seperti biasa, wajahnya langsung cemberut, tak bergairah, padahal aku cuma bilang, "lihat nantilah."

Kadang aku suka melihat tingkahnya, seperti anak remaja, merajuk. Aku sudah tahu kiat"melumpuhkan" kecengengannya, putar lagu kesayangannya, aman. Aku ikut bersenandung mengikuti lagu, kutarik suara tiganya, "sempoyangan" dia. Selain menikmati suaraku, dia juga menikmati wajahku, sesekali aku menoleh kearahnya, seiring lirik lagu.

" Zung, belajar nyanyi dimana? Aku baru dengar abang bisa nyanyi, bagus. Nanti mau nyanyi di arisan ibu-ibu di Brastagi?"
" Hah!? Kecil kalilah aku kau anggap, kelasku bukan ditingkat arisan, ibu- ibu lagi,"jawabku sambil ketawa.

" Sombong sekali, baru dipuji langsung mangkak," ujarnya sambil mencubit lenganku.
" Ok...aku mau, tetapi Susan siap menananggung resikonya.!"
" Resiko apa..?"
" Jangan salahkan aku kalau diantara ibu-ibu ada yang jatuh hati, karena suaraku. Susan siap.?"

" Halahh...bisa aja abang. Nggak, aku nggak cemburu."
" Aku nggak yakin. Bicara sebentar dengan Nani kau merengut, Ira mencium pipiku kamu cemburu."
" Aku nggak lagi...terserah abang mau apa, yang penting aku sudah utarakan isi hatiku. Abang mau main dengan perempuan manapun itu urusanmu."
" Lho, kok jadi serius.?"
" Abang sendiri yang mangkak(ge-er, pen)," balasnya sambil menciumi pipiku seakan tak mau dilepas.

Kali pertama aku jadi"sopir" ibu dosen ke kampus. Sebelum tiba di kampus, aku menghentikan mobil di halte dekat persimpangan kampus. Susan awalnya keberatan ketika aku turun sebelum kampus. Tetapi akhirnya setuju setelah aku jelaskan alasannya; " gossip pasti bertebaran kemana-mana kalau ada melihat aku dan Susan satu mobil."

Setelah mobil Susan menjauh, aku segera balik arah, pulang kerumah, bolos. Aku tidak ke kampus, kepala pusing karena kurang tidur. Bibi menyambutku dengan senyuman.
" Bagaimana bapa, sudah aman dengan ibu dosen itu. Bapa menginap dirumahnya ?"tanyanya
" Iya nggaklah, aku tidur dirumah teman," jawabku

" Kurasapun, nggak baiklah tidur dirumah ibu itu. Apa kata orang.?"
Sebelum bibi melanjutkan ocehannya aku masuk kekamar, tidur. Selang beberapa jam, bibi membangunkan, " bapa..bapa... dua perempuan kemarin dulu datang lagi." (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (36)

"Why do I Love You"
Suddenly she's Leaving /Suddenly the Promise of love has goneSuddenly /Breathing seems so hard to do /Carefully you /Planned it /I got to know just /A minute to late, ohgirl /now I understand it /All the times we /Made love together /Baby you were thinking of him
*) Why do I love you /Don't even want to /Why do I love you like Ido /Like I always do /You should've told me /Why did you have to be untrue (love you like I do) /Why do I love you like I doAin't gonna show no Weakness
I'm gonna smile /And tell the wholeworld I'm fine / I'm gonna keep my senses /But deep down /When no onecan hear me /Baby I'll be crying for youback to *)Can't go back /Can't erase /Baby your smiling face oh no /I can thinkof nothing else but you /Suddenly
back to *)
===============
Susan membalas dengan mengelus kepalaku, " Zung ...bangun sebelum kita terlambat."
===============
" Aku masuk pukul sepuluh, Susan berangkat duluan. Aku menyusul naik bus."
" Nggak, kita berangkat sama."
" Susan menarik tanganku, ayo...bang , tidak baik aku terlambat, sementara kalau mahasiswa terlambat aku suruh keluar." Aku tetawa, ingat, beberapa kali aku disuruh keluar karena terlambat lima belas menit.

" Ada yang lucu? Kenapa tertawa? tanyanya.
"Aku ingat dulu Susan "mengusirku" dari ruangan karena terlambat. Saat itu aku sangat malu, kamu mengusirku didepan pacar." Susan, memelukku, " Zung...aku nggak ingat lagi, kapan itu terjadi." ucapnya sambil mencium pipiku berulang.

" Abang mandi di kamarku, aku akan siapkan serapan kita." Sebenarnya aku merasa enggan mandi di kamar tidur utamanya, tetapi menghindari keributan terpaksa aku turuti kemauannya.

Sebelum masuk kekamar mandi, dia menyerahkan sepasang pakaian; jeans dan t-shirt. " Kemarin aku mampir ditoko Kesawan."
" Aku masih punya jeans dirumah, simpan dulu, lain kali aku pakai." ujarku berdalih.

"Bang, pakai sekarang saja. Aku sakit hati kalau nggak mau terima.Tinggalkan pakaian yang abang kenakan, biar dicuci pembantu." ujarnya.

Kami serapan bersama, Susan sendiri menyiapkan semua hidangan. Dia memilih duduk disampingku. Dimeja makan, kami mengobrol layaknya sebagai seorang sahabat lama. Sesekali aku pancing dia perihal "kecengengannya". Dia hanya tertawa sambil mencubitku, mesra.

Susan juga menyinggung tentang skripsiku yang telah selesai diperbaikinya. " Zung, skripsimu parah. Aku suruh kamu perbaiki malah semakin kacau." ucapnya
"Jadi aku harus ulang lagi.?" tanyaku
" Tidak, aku sudah rombak total bab itu. Nanti kau pelajari lagi. Aku khawatir, nanti dosen penguji lain akan menanyakan itu padamu. Setelah habis kuliah, mampir ke ruanganku."

" Bagaimana skripsi Magdalena dan Mawar.?"
" Skripsi Mawar sudah beberapa minggu lalu selesai, Magdalena aku belum tahu, nanti aku tanyakan sama pembimbingnya. Masih terus ingat Magdalena iya bang...?"

" Iya, Magda nantangin aku, skrispsi siapa duluan selesai, aku atau dia.!"
" Kemudian...apa.?"
" Nggak ada apa-apa. Hanya menunjukkan bahwa aku juga mampu seperti dia.Itu saja." ucapku sedikit kesal.

" Lho, abang kok marah."
" Nggak marah, pertanyaanmu penuh selidik."
" Aku nggak boleh bertanya.?"
" Boleh.! Susan, aku dan Magda tidak akan mungkin bersatu lagi. Aku tahu dia sangat sakit hati. Kalaupun nanti Susan melihat kami akrab seperti biasanya, itu hanya sebagai pelipurlara, tidak lebih dari situ."

Susan tertawa, " Abang sangat sensitif kalau menyinggung nama Magdalena."
"Sudah..ah, kita berangkat, nanti Susan terlambat." ujarku sambil meningalkannya masih tertawa dimeja makan. (Bersambung )

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

Dosenku "Pacarku" (35)

http://www.youtube.com/watch?v=kybeq2dWBf8

"Nothing's Gonna Change My Love For You"

If I had to live my life without you near me/The days would all beempty/ The nights would seem so long, with you I see forever/Oh, so clearly, I might have been in love before

But it never felt this strong/Our dreams are young and we both/know/They'll take us where we want to go/ Hold me now/Touch me now/I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you/You ought to know by now how much I love you /One thing you can be sure of/I'll never ask for more than your love/ Nothing's gonna change my love for you/You ought to know by know how much I love you/The world may change my whole life through but/Nothing's gonna change my love for you ....
===================
Susan membalikkan tubuhnya membelakangiku. "Zung..aku bukan perempuan kotor...."ucapnya berteriak sambil menangis keras.
====================
Aku terperangah mendengar teriakan dalam tangisnya. "Susan, aku tidak menganggapmu perempuan kotor. Aku juga tidak mengatakan Susan mencemari diriku. Aku katakan, aku tidak mau mencemarkan tempat tidurmu."

Susan masih terus menangis dan berteriak, " Zung...aku bukan perempuan kotor, aku tak mau mecemarimu."
Uhh...malam ini buntut-buntunya menyelesaikan air mata. Aku peluk dia mengobati hatinya, "Susan aku mau tidur bersamamu tetapi bukan disini. Aku juga tidak akan mencemari dirimu.

Ayolah...kita tidur di sofa," ujarku sambil mengangkat tubuhnya. Susan meronta, malah tangisnya semakin menjadi-jadi.
"Tidak, tinggalkan aku sendiri dikamar ini, aku perempuan kotor, aku tak layak tidur bersamamu, tinggalkan aku ...bang."

Aku lemas mendengar tangis dan teriakannya. "Susan, tadi kita sudah bicara dari hati kehati. Ternyata kamu belum dapar menelusri hatiku dengan baik. Kenapa.?" tanyaku sambil memperosotkan tubuhku di samping tempat tidurnya. Aku menundukkan kepalaku diatas kedua lututku. Susan terus menangis dan berulang berucap,"...bang aku bukan perempuan kotor.!"

Aku kembali membujuk setelah tangisnya berkurang, "Susan aku mau tidur bersamamu, tetapi bukan disini. Ayolah..aku juga sudah letih, aku mau tidur. Maukah Susan menemaniku tidur. Percayalah aku tidak mencemari dirimu, aku juga bukan lelaki kotor. Ayo sayang, temani aku tidur, aku lelah."

Tangis Susan mulai reda, nggak tahu karena ucapanku atau karena dia kelelahan menangis dan berteriak. Susan tidak lagi meronta, ketika aku membalikkan tubuhnya, tapi kok suhu tubuhnya hangat, seperti ketika kami di discotik sebelumnya.

" Susan, kamu sakit lagi. Ayo..tidur bersamaku." ucapku sambil mengangkat tubuhnya. Susan tidak menolak. Aku membaringkannya dikamar, dimana kami tidur sama , dua hari sebelumnya. Aku duduk disamping tempat tidur. Aku bingung mau berbuat apa, tubuhnya masih hangat. Aku pijat punggung dan tangannya kemudian kakinya. Susan menatapku lemah...matanya redup.

"Susan mau minum ? Aku ambilkan iya..."ujarku.
" Nggak bang...tidurlah. Terserah abang tidur dimana." suaranya lemah.
"Aku mau tidur bersamamu. Bergeserlah sedikit, aku mau mendampingimu tidur."

Susan memelukku ketika aku berbaring dekatnya. " Susan tidurlah, tubuhmu masih hangat." ujarku sambil mencium keningnya.
"Iya..abang juga tidur," balasnya sambil mendekapku. Kepenatan seharian menghantarkan tidur kami sepanjang malam, lelap tanpa ada yang tercemar.
***
Aku merasakan usapan tangannya dikeningku, " Zung, bangun, hari sudah pagi. Ayo..abang siap-siap kita berangkat ke kampus. Rasanya, malam kurang panjang meski hanya tidur berdampingan dengan Susan, ada kenikmatan sendiri meski diawali dengan "perang batin".

Namun, semuanya terlalui dengan mulus, tidak ada merasa dicederai dan menciderai,teduh. Aku balas usapannya dengan ciuman dikening, "Selamat pagi tuan putri," ucapku . Susan membalas dengan mengelus kepalaku, " Zung ...bangun sebelum kita terlambat." (Bersambung)

Dosenku "Pacarku" (34)



http://www.youtube.com/watch?v=HoDVJY_Gvd4

I always dream of you
I remember noticing you first/No one knew that I was looking at you /Kept a disguise for fear inside/You didn't feel it too /Couldn't tell you what it was you did/Your prescense made a standing still in time /Taken by your stare, I said a Prayer/Someday you'll be mine

*Well someone was watching, someone was listending /Someone answered me/Now that I've found you I can't live without you /Baby...Oh Baby...

*) I'm always dreaming of you/You're on my mind, everywhere I go/And baby don't you know
Just what my world's been going through/I try to stop my thoughts, but that would be a lie /And I can't deny it's true/I'm always dreaming of you*

Nothing seems to matter anymore/Everyone I meet is not you (no one compares to you) /Life's not the same/I don't complain, now that love feels true ==Repeat *
===============
Ah...aku juga tidak tahu, apakah masih ada tersisa setelah cinta itu telah memporakporandakan masa silamku. Susan menarik tubuhku. Aku merasakannya tanpa gejolak nafsu. Sepertinya, Susan hanya ingin mengekpresikan kasih sayangnya.
===============
" Zung..., rebahkanlah tubuhmu dipangkuanku. Aku akan bertutur banyak malam ini. . Tubuhku telah kembali pulih setelah merasakan kehangatan tubuhmu. Rebahlah, agar tubuhku pulih sempurna."

Aku bingung, yang beginian belum pernah kualami. Biasanya, pangkuanku menjadi "terminal" wajah kekasih melantunkan kata-kata cinta yang menggairahkan.

Juga, ketika menumpahkan kekesalan hati kekasih, ketika aku dianggap tidak setia. Ah...bentengku sudah dimakan, tetapi "raja" akan terus kugerakkan menghindar serangannya. Aku bertahan, aku tidak akan merebah diatas pangkuannya, paling tidak aku berusaha"remis".

" Zung...ayolah sayang, rebahkan tubuhmu." ujarnya sambil menarik tubuhku perlahan keatas pangkuannya. Sebelum aku jatuh dipangkuan, aku beri dia semangat baru. Setelah itu dia tak lagi mempersoalkan tubuhku jatuh dipangkuannya.

" Ucapkanlah apa yang akan Susan tuturkan." ujarku setelah akhirnya dia terbaring dipangkuanku.

"Zung, aku kedinginan, baringkan aku dikamar tidurku, disana aku akan menutukannya," ujarnya.
Aku tidak lagi membiarkannya berjalan sendirian. Aku mengangkat tubuhnya dalam pangkuanku, dia merebahkan kepalanya diatas pundakku hingga kekamarnya.

"Selamat malam...selamat bermimpi indah." ucapku, sembari meninggalkannya.
Susan menarik tanganku, " Zung..temani aku tidur." pintanya.

" Aku tak akan pernah mencemari tempat tidurmu. Terserah kamu bilang apa."
" Zung, aku katakan hanya menemaniku tidur."
" Ok..tetapi aku tidak akan mau menemanimu ditempat tidur ini."

" Bawalah kemana abang mau. Aku ingin tidur bersamamu, tidak lebih dari situ, hanya tidur. Zung...aku juga tidak akan mencemari dirimu, percayalah padaku.

Aku bukan perempuan kotor. " ujarnya sambil menangis . Susan membalikkan tubuhnya membelakangiku.
"Zung..aku bukan perempuan kotor...."ucapnya berteriak sambil menangis keras.(Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

Dosenku "Pacarku" (33)

http://www.youtube.com/watch?v=Btu384HHuAM

=============
" Zung, aku tak membutuhkan jawaban dari mulutmu. Aku dapat merasakan getaran hati. Getaran hati yang tak dapat membohongiku, juga dirimu sendiri. Itu yang dapat kurasakan dan dapat dilihat oleh mata hatiku."
=============
"Susan, cukup dulu "khotbah"mu malam ini. Pikirkan dulu kesehatanmu. Masih ada waktu untuk membicarkannya."
" Waktu...? Siapa pemilik waktu itu ? Hanya, aku dan abang."
" Belum Susan," waktu" itu belum kita miliki sepenuhnya. Itu hanya perasaamu saja."

" Bang, itu lah kebodohanku. Aku selalu menempatkan pada tempat yang salah, seperti abang katakan. Ajarkan aku bang, bagaimana aku harus menempatkan pada tempat yang tepat dan benar."
" Biarkan "waktu" yang berbicara padamu sendiri."
" Aku telah memiliki "waktu" itu, siapapun tak dapat merampas dariku. Aku juga tidak tahu "waktu" yang kumiliki itu hanya fatamorgana. Bang, "waktu" jualah kelak memberi jawaban akhir, entah kapan. Yang pasti, kini, hatiku telah memilikinya. Susan, bangkit dari sofa, suaranya pelan: "bang, akulah pemilik waktu itu. Tataplah mataku, abang akan melihat relung-relung hatiku yang gundah. Cukup lama aku merasakan itu. Ada satu yang kupinta darimu, jangan menganggapku perempuan pengemis cinta, dan, jangan membohongi dirimu."
***
BAGAI dalam permainan catur, aku dalam posisi babakbelur. Dia telah membaca gaya permainanku. Susan hampir melahap habis semua "pion" yang kumainkan. Benteng pertahananku hampir tumbang setelah melahap buah kuda yang aku lupa memindahkannya. Kini aku posisi bertahan, menjaga serangan lanjutan.

Aku perhatikan langkah kudanya siap menerjang benteng, berikutnya dia akan menghajar"raja" dalam posisi terbuka. Dengan keterbatasan biji catur yang aku miliki, aku akan mencermati langkah -langkah berikutnya . Selama ini aku terlalu menganggap enteng strategi permainannya. Sebelum terhempas, aku berusaha menghindar dari langkah berikut, paling tidak aku berusaha "remis".

" Susan, malam telah larut, kamu butuh istrahat."
" Kini giliranmu mau membungkam mulutku, dengan dalih kelemahan pisikku. Tubuhku memang lemah, tetapi tidak dengan hatiku!"

" Susan, kamu sangat lemah, istrahatlah dulu, besok boleh kita lanjutkan bicara apa saja. Kalau Susan tidak keberatan, aku mau menginap malam ini." ucapku sambil beranjak mengambil chivas untuk pemanas tubuh.

" Susan, kubuatkan sedikit untuk mu?"
" Nggak, terimakasih bang."
" Malam ini , aku mau putarkan lagu untuk mu."
" Untukku..? Kita punya hak yang sama untuk menikmatinya. Duduklah dekatku, rasakan getar tubuhku; dia akan bertutur banyak, yang tak dapat diurai dengan kata," balas Susan.

Tembang manis pilihanku, lirik demi lirik "membakar" dua hati yang sedang kasmaran. " Zung....berbaringlah dalam pangkuanku, aku ingin menatap wajahmu, aku ingin menatap hati lewat kebeningan matamu. Barangkali disana masih ruang tempat menitipkan cintaku."

Ah...aku juga tidak tahu, apakah masih ada tersisa setelah cinta itu telah memporakporandakan masa silamku. Susan menarik tubuhku. Aku merasakannya tanpa gejolak nafsu. Sepertinya, Susan hanya ingin mengekpresikan kasih sayangnya. ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (32)



When You Say Nothing At All"
It's amazing how you can speak right to my heart/ Without saying a word, you can light up the dark/ Try as I may I could never explain/ What I hear when you don't say athing

[Chorus:]
The smile on your face let's me know that you need me/ There's a truth in your eyes saying you'll never leave me /The touch of your hand says you'll catch me if ever I fall/You say it best when you say nothing at all

[Verse 2:]
All day long I can hear people talking out loud/ But when you hold me near, you drown out the crowd/Try as they may they can never define/ What's being said between your heart and mine [Chorus twice]
==============
" Zung, kamu sering berpura-pura. Aku tadi melihatmu ciuman dengan Ira."
===============
" Susan, kami tidak ciuman, masa aku ciuman didepan Sari, Ira spontan saja mencium pipiku. Aku tidak sempat mengelak, dan kasihan Ira kalau aku menolak. "
" Mengelak...? Memang itu maunya abang.!"
" Apa perlu, aku menghilangkan bekas ciumannya?" tanyaku sambil meninggalkannya di dapur. Aku ke kamar mandi, cuci muka.
" Nih....tak sedikipun tertinggal bekas ciuman Ira di pipiku, sudah puas?"

"Bang, jangan marah begitu. Aku hanya bilang apa yang aku lihat," ujarnya sambil menyeka wajahku-- yang sengaja ku biarkan basah-- dengan kedua tangannya.
" Kamu melihat degan perasaan bukan dengan matamu."
" Iya, bukankah hati dilihat dengan perasaan? "

" Bisa, tetapi harus pakai logika!"
" Logika bang..? Itu aku yang nggak mengerti. Aku adalah dosenmu, kamu mahasiswaku. Aku sudah punya suami, tetapi aku jatuh hati padamu. Lalu, dapatkah logika ini diterima ? Kecuali, cinta? Zung...hanya cinta itu yang dapat menguraikannya, dengan perasaan dan hati, bukan dengan mata.!"
" Lalu, itu sebabnya, cemburumu membabibuta? "

" Salahkah aku mecemburui orang yang aku kasihi. Siapa yang dapat membatasi hati kecuali diri sendiri!? Meski apapun terjadi, aku mencintaimu dengan sepenuh hati. Soal bagaimana nanti, mari kita lihat akhir perjalanannya. Akupun tak tahu dimana cintaku akan berlabuh. Yang pasti bang--dalam sanubariku-- aku akan mengabadikan cintaku itu seumur hidup, sebab abanglah orang pertama yang aku cintai dengan tulus. Aku tidak perduli, apakah abang juga mencintaiku, meski aku tetap mengharap"

"Susan, kamu menempatkan cintamu tidak pada orang yang tepat."
" Siapa yang menentukan tepat tidaknya cinta bersemi? Bukankah sipemilik cinta itu sendiri?"
"Siapa pemilik cinta itu?"
" Aku.... aku yang abang anggap perempuan bodoh dan tak berharga," balas Susan masih lemah, seraya menambahkan, " aku tahu abang menemaniku hanya karena punya kepentingan. Betulkah..? Bang...skripsimu sudah selesai kuperiksa, tadi kita kelupaan mampir dikantorku mengambil skripsimu. Besok boleh kamu ambil kekantor. Untuk selanjutnya, terserah abang, mau menemuiku atau tidak sama sekali terserah. Sampai kita ketemu dalam meja hijau. "

Ucapan Susan menohok tajam. Iya benar, aku rela menemaninya hanya karena aku punya kepentingan, menyelesaikan skripsiku. Tetapi malam ini aku mau mengubah semua "skenario" yang sudah tersusun rapi sebelumnya dalam benak ku: " siap melayani Susan hingga skripsiku berakhir". Kini, Susan menggetarkan sendi-sendi kemanusiaanku.

Susan sosok perempuan yang layak mencintai dan dicintai. Tetapi, aku belum dapat memberi kesimpulan, apakah aku benar-benar mencintainya. Aku semakin tak mengerti, bagaimana Susan membagi cintanya, untukku dan suaminya.

" Susan, mau mengusirku? Tidak dapatkah aku mengutarakan apa yang ada dalam hatiku. Seperti kamu telah mengutarakan apa yang ada dalam hatimu.?"
" Zung, aku tak membutuhkan jawaban dari mulutmu. Aku dapat merasakan getaran hati. Getaran hati yang tak dapat membohongiku, juga dirimu sendiri. Itu yang dapat kurasakan dan dapat dilihat oleh mata hatiku." (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/