Thursday, March 5, 2009

Dosenku "Pacarku" (68)



"Please don't tell me how the story ends" This could be our last goodnight together/We may never pass this way again/ Just let me enjoy `til it's over or forever/Please don't tell me how the story ends

See the way our shadows come together/Softer than your fingers on my skin/ Someday this may be all that we'll remember of each other/Please don't tell me how the story ends

( 2 X) Never's just the echo of forever/Lonesome as the love that might have been
Just let me go on loving and believing `til it's over/Please don't tell me how the story ends
Please don't tell me how the story ends......
==============
Magda berlutut disisi tempat tidur. " Bang maafkan aku iya!" pintanya sendu. Tak lama kemudian dia bangkit. Dia kembali mencium keningku seraya berujar, " malam baik bang, selamat bermimpi indah."
==============
SEBELUM keluar, Magda menutupi seluruh tubuhku dengan selimut di iringi senyuman. Kedua tangannya mengelus wajahku dalam pembaringan. Namun tidak lama kemudian, senyumannya berubah menjadi tangisan, ketika meninggalkan kamarku. Sepertinya ada cetusan perasaan yang tak dapat diungkapkannya. Ah..seandainya aku bisa berjalan sempurna, tak akan aku biarkan dia meninggalkanku dengan linangan air mata. Magda menutup pintu kamarku dengan perlahan, mulutnya menahan isak.

Aku tak habis pikir, apa yang dia tangisi. Ketika aku membujuknya merajut kembali hubungan kami, dia menggelengkan kepala dan berkata, tidak!. Ah..sebuah misteri cinta yang selalu muncul diantara suka, luka dan duka.
***
Aku tidak menemukan inanguda, mami Magda, ketika aku bangun dari peraduan malam. Kini aku merasa tersiksa, karena tongkatku ditinggal di ruang teras. Aku meyusuri ruangan dengan tertatih-tatih, tanganku topangkan ke dinding sambil berambat menuju ruangan teras.

Sejenak berikutnya, aku melihat Magda muncul di pintu kamar. Wajahnya kuyu sementara matanya masih tampak sembab. Pakaiannya masih sama seperti yang dikenakan tadi malam. Aku bersikap ramah dan menyapanya.
" Ito, nggak jadi ke pasar ?" tanyaku sambil melangkah menuju ruang teras. Magda menyongsong dan membantuku. Spontan dia memeluk ketika aku hampir jatuh.

"Ini semua gara-gara kamu," ujarku ketika dia menahan tubuhku.
" Kenapa bang, kok pagi-pagi sudah marah?"
" Iyalah, tadi malam, tongkat kau suruh tinggalkan diteras, akhirnya seperti ini, aku tersiksa."
"Kenapa nggak abang bangunkan Magda.?"
" Manalah aku tahu, jika Magda masih ada dikamar. Kalau aku tahu, nggak usah di ketuk, aku langsung tidur bersamamu."

" Enak saja, memang aku ibu Susan."
"Memang bukan! Tapi apa bedanya kamu dengan Susan, sama-sama perempuan yang jatuh cinta padaku."
" Zung, nanti aku benar-benar lepaskan pegangannya."
" Terserah kamu, memang nasib orang lemah seperti ini, selalu tertindas!"
" Oalah..bang, pagi-pagi kita sudah ribut. Kapan kita damainya bang.!?"

" Jika, hati ketemu hati, mata ketemu mata, mulut ketemu... " sebelum mengakihir kalimat ku, tiba-tiba tangannya membekap mulutku.
" Nah kan ? Ini juga bentuk penindasan, bicarapun aku tak bebas, mulutku di bungkam, ekspresi di berangus," ucapku, setelah Magda melepaskan tangannya dari mulutku. Aku mempererat peganganku di atas bahunya. Magda menatap. Dia masih memapahku hingga ke ruang teras.

" Zung sudah selesai "pidato"? ucapnya setelah aku duduk. Magda permisi dan meninggalkanku. "Aku mau mandi dulu bang," mohonnya.
"Perlu ditemani ?"
" Boleh bang, tapi abang jangan pakai tongkat dan kaki.!"
" Maksud mu apa.?"
" Abang boleh datang, terbang. Aku tungguin abang dikamar mandi.!" jawabnya membalas gurauanku. Ah....wajahnya kuyu, mata sembab, tetapi sepertinya hati masih berbunga-bunga. Aku semakin bingung "menerjemahkan" semua kejadian sejak tengah malam hingga pagi ini. Ada apa diantara tangis dan tawa.? ( Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (67)


http://www.youtube.com/watch?v=2vS49_v4ZlU

" Way Back Into Love"
I've been living with a shadow overhead /I've been sleeping with a cloud above my bed /I've been lonely for so long /Trapped in the past /I just can't seem to move on

I've been hiding all my hopes and dreams away /Just in case I ever need them again someday /I've been setting aside time /To clear a little space in the corners of my mind

All I want to do is find a way back into love /I can't make it through without a way back into love/Oh oh oh I've been watching but the stars refuse to shine /I've been searching but i just don't see the signs I know that it's out there /There's got to be something for my soul somewhere

I've been looking for someone to shed some light /Not somebody just to get me through the night /I could use some direction /And I'm open to your suggestions /All I want to do is find a way back into love /I can't make it through without a way back into love /And if I open my heart again /I guess I'm hoping you'll be there for me in the end /Oh oh oh

There are moments when I don't know if it's real /Or if anybody feels the way I feel /I need inspiration /Not just another negotiation /All I want to do is find a way back into love /I can't make it through without a way back into love

And if I open my heart to you /I'm hoping you'll show me what to do /And if you help me to start again /You know that I'll be there for you in the end/Oh oh oh

================
Sejenak dia muncul, membawa air hangat, " bang minum dulu, abang kedinginan, " ujarnya sambil mendekatkan kemulutku. Magda meletakkan gelas diatas meja, ketika aku tak mau menerima air hangat yang disuguhkannya.
================
" Maaf bang, aku telah melukai hatimu. Aku sangat menyesal dengan ucapanku tadi."
" Nggak ada yang perlu di maafkan, Magda benar, aku tidak lebih dari seekor buaya yang menjijikkan. Untuk bicara denganmu pun, ternyata aku tak layak. Aku mengira Magda adalah sahabatku dahulu; Aku telah mengakui keteledoranku dengan jujur kepadamu, tetapi Magda malah memakiku. Aku berpikir, tak ada lagi artinya aku bersahabat denganmu. Itu makanya aku putuskan pulang malam ini. Entah kenapa pula Magda menemui aku ke pinggir jalan. "

" Bang, aku nggak bisa tidur. Aku sangat menyesal dengan sikap dan ucapanku. Tadi aku mendengar abang masuk ke kamar adik Jonathan, aku pikir abang mau tidur. Aku datang ingin menemui ke kamar abang, tetapi aku tidak melihat di dalam kamar. Aku juga tidak melihat di teras, maka aku keluar mencari abang. Aku tahu, abang marah padaku, tapi jangan menyiksa diri seperti itu."

" Apa kepentinganmu bila aku menyiksa diri bahkan bila mati sekalipun? Untuk apa kamu mencariku kekamar, mau memaki-maki lagi?"
"Nggak bang, aku mau minta maaf."

" Iya sudah, kamu sudah minta maaf, boleh aku pulang.?"
" Jangan bang, besok pagi mami akan kecarian. Abang boleh marah pada Magda, terserah abang mau apakan, tetapi jangan sakiti hati mami. Kan, mami mau masak ikan arsik khusus untuk abang."

" Ini akibat ulahmu sendiri."
" Iya...iyaaalah bang, aku sudah mengaku salah. Zung, kita tidur iya," bujuknya sambil mengangkat tubuhku dari kursi. Suasana terasa teduh, aku mengikuti ajakannya, tidur. Aku bangkit dari kursi. " Bang nggak usah bawa tongkatnya, tinggalkan saja disini," ujarnya. Magda menaruh tanganku berpegangan diatas bahunya. Magda, mau "menebus dosa" pikirku .

Di hall way aku menghentikan langkahku, dia diam menatapku. Aku beranikan menciumnya, Magda tidak menolak, aku menyandarkan tubuhku ke dinding menjaga keseimbangan. Magda berbisik ditelingaku, "maafkan aku bang. Aku tidak mau lagi melukai hatimu, cukuplah aku yang terluka," ujarnya menahan isakan. Aku mengusap kepalanya dengan lembut dan berujar: " lupakanlah masa lalu yang menyakitkan itu, mari kita mulai lembaran baru."

Magda mengangkat wajahnya menatapku, dia menggelengkan kepalanya. " Nggak bang, nggak lagi. Biarlah kita tetap berhubungan sebagai teman biasa. Bang, ayo kita tidur, nanti mami bangun," ujarnya sambil melepaskan pelukan.

Magda menuntunku kekamar, semangatku hilang setelah dia menolak niatku kembali merajut hubungan dengannya. Magda menghantarkanku hingga ketempat tidur, aku merebah tanpa gairah. Lagi, Magda membuat aku bingung, sebelum meninggalkan kamar, dia mencium pipikuku diiringi linangan air mata, kali ini tanpa sepenggal kata.

Aku merasakan getarangan tangannya ketika memegang wajahku sambil mencium kening. Magda berlutut disisi tempat tidur. " Bang maafkan aku iya!" pintanya sendu. Tak lama kemudian dia bangkit. Dia kembali mencium keningku seraya berujar, " malam baik bang, selamat bermimpi indah."(Bersambung)

Los Aneles, March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (66)



http://www.youtube.com/watch?v=4kGKyTN1rzM

Seandainya abang jatuh cinta dengan perempuan yang belum mempunyai suami, bahkan nikah dengan perempuan itu, aku tak akan mencampurinya, itu mutlak hak abang. Cukup? Sudah bisa aku tidur bang.!?" tanyanya, suaranya tersendat.

Magda mengulang permohonannya untuk meninggalkan ku. Aku tetap diam, menatap hampa wajahnya. Magda juga menatapku, kemudian tertunduk, mengangkat wajahnya lagi menatapku.

" Maaf bang, kalau aku tak dapat membantu mu malam ini, juga mohon maaf kalau Magda tadi bicara kasar kepada abang. Selamat malam bang, Magda mau tidur, " ucapnya sambil meninggalkan aku duduk diam membisu.

Aku tak lagi menghalanginya pergi, kecuali menghela nafas panjang. Aku duduk merenung cukup lama, sementara udara semakin dingin, arlojiku menunjukkan waktu tengah malam. Dibantu tongkat ku, aku masuk ke rumah setelah tak menemukan secarik kertas disekitar teras.

Aku masuk ke kamar Jonathan, adiknya Magda. Aku melihat kamarnya telah ditata rapih. Segera mengambil secarik kertas dan menuliskan "note' singkat , " Magda aku pulang."

Selesai menuliskannya, kembali menuju teras rumahnya dan meletakkan kertas yang berisi pemberitahuan itu diatas meja teras dengan membebani batu kecil.

Tubuhku mengigil menahan dinginnya malam, aku lupa memakai sweater dari rumah. Aku melangkah meninggalkan teras menuju pinggir jalan menunggu becak.

Beberapa kali aku mengangkat tanganku memanggil becak, tetapi selalu gagal. Tubuh semakin gemetar menahan terpaan hembusan angin malam.

Aku mengangkat tanganku memberi aba-aba kepada tukang becak yang berlalu di jalan seberang. Tukang becak memutar kearahku. Saat bersamaan, aku mendengar suara Magda memanggil, ketika mau naik keatas becak.

Dia berlari cepat kearah ku," Abang, mau kemana?" tanyanya sambil menghalangi ku naik keatas beca. Magda menyuruh tukang beca pergi, " maaf pak , biar aku nanti yang antar" ujarnya kepada tukang becak. Magda membuka sweaternya, menutupi tubuhku yang sedang menggigil kedinginan.

Aku menolak ketika Magda membujuk kembali kerumah, aku bersikeras mau pulang. Tetapi hati ku luluh setelah melihat kedua matanya memerah di bawah redupnya sinar lampu jalan, tampaknya dia baru menangis.

Magda membujuk ku lagi, " Ayo bang, nanti abang sakit, udaranya terlalu dingin, " ujarnya sambil menuntun ku kembali ke rumah. Magda memaksa masuk ke rumah ketika aku berhenti dan duduk di bangku teras, " Bang...kita kerumah saja, abang kedinginan, ayo bang," bujuknya.

Magda meninggalkan ku, dia masuk kerumah tanpa sepatah kata. Sejenak dia muncul, membawa air hangat, " bang minum dulu, abang kedinginan, " ujarnya sambil mendekatkan kemulutku. Magda meletakkan gelas diatas meja, ketika aku tak mau menerima air hangat yang disuguhkannya.( Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

Dosenku "Pacarku" (65)


"I knew I loved you"
Maybe it's intuition/But some things you just don't question/Like in your eyes/I see my future in an instant And there it goes/I think I've found my best friend/I know that it might sound more than a little crazy/But I believe

I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I knew I loved you before I met you/I have been waiting all my life

There's just no rhyme or reason/Only this sense of completion/And in your eyes/I see the missing pieces /I'm searching for/I think I've found my way home/I know that it might sound more than a little crazy/But I believe

I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I knew I loved you before I met you I have been waiting all my life/(add the whos here) /A thousand angels dance around you/I am complete now that I've found you/(and the whos here)

I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I knew I loved you before I met you I have been waiting all my life/(and the whos here)
Repeat chorus 3x with chorus

Mendengar suara gaduh di teras, mami Magda membuka jendela, menjulurkan kepalanya kearah kami, "apa yang kalian ributkan.!?" Magda diam, takut didamprat lagi, soalnya malam ini aku jadi "bintang" dirumah Magda.

Aku menjawab inang uda, maminya Magda, " Aku tadi cerita buaya, Magda langsung berteriak ketakutan." ucapku, sementara kaki Magda menendang keras tumitku dibawah meja, takut aku
melaporkan "kenakalan" nya.

" Dimana , kenapa buayanya," tanya maminya.
" Di Sungai Deli, kemarin sore ditangkap ramai-ramai oleh warga setelah diumpan dengan bangkai kucing." jawab ku. Kulihat wajah Magda lega diakhir ceritaku kepada maminya.

" Magda, suara mu jangan terlalu keras, ini sudah larut malam," ingat maminya.
Magda menundukkan kepalanya diatas meja sambil ketawa, setelah maminya menutup jendela. Tiba-tiba tangannya mencubit tanganku, " abang kok bisa secepat itu mengarang cerita," ucapnya masih tertawa.

" Itu datang sendiri, apalagi kalau kepepet. Tadi aku melihat wajah mu ketakutan setelah mami menegur kita. Iya aku terpaksa melindungi mu, sebelum kamu kena damprat.

Biar aku " buaya", masih punya hati, tak tega melihat sahabat ketakutan, itulah aku dan sebenarnya kamu tahu itu, dan itulah arti persahabatan, melindungi ketika sahabatnya dihantaui rasa takut." kataku sambil menahan tangannya dalam gemgamanku.

Magda segera menarik tangannya, sambil berujar, " Sudah siap khotbahnya bang ? Aku mau tidur.!"

"Magda, penyakitmu masih seperti dulu, cepat merajuk. Magda sendiri tak membantah apa yang aku katakan. Berarti aku benar, kan? Kenapa Magda jadi sewot sendiri?"

" Kalau abang masih terus mengoceh, besok, aku nggak mau belanja ikan untuk arsikmu itu."

" Yang menyuruh mu mami, bukan aku. Manalah mungkin seperti aku sanggup menyuruhmu, apalagi untuk makanan kesenangan ku, ahh...mimpinya itu." ucapku.
Magda mulai " kehilangan akal" menghadapi gocekan bola liar yang dilemparkan nya kepada ku.

" Baiklah Magda, sebelum kamu pergi tidur, apa jalan keluar yang harus aku perbuat. Sekali lagi aku katakan, aku mencintai ibu itu, bahkan kemarin malam aku berjanji mau menikahinya. Aku hanya terbawa perasaan atas penderitaannya."

" Zung, berjanji menikahi isteri orang ? Taruh dimana hati mu bang? ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala, kemudian meletakkannya diatas meja, aku mendengar nafasnya sengal.

" Nggak tahulah, sejak aku jauh darimu, otak dan hatiku mengembara kemana-mana dan semakin bego."

Magda masih tertunduk diatas meja. Aku diam, menunggu dia tenang mengendalikan perasaannya. Perlahan Magda mengangkat kepalanya dan bangkit dari kursi. Aku melihat kedua matanya memerah, "abang salah sasaran, aku bukan orang yang pas untuk menjawabnya.
Aku juga korban dari cintamu dalam perjalanan panjang yang kita rajut bersama. Bagaimana aku mampu memberi mu jalan keluar.?" Abang mengalami kesulitan membuat suatu keputusan dengan seseorang yang baru berhubungan beberapa minggu.?" Bukankah abang dengan gampang telah memutuskan kisah cinta yang kita bina selama lima tahun.?"

" Magda, lupakanlah masa lalu, berulangkali aku telah minta maaf .!"
" Iya, aku hanya mengingatkannya. Bang, aku tidak setuju abang berhubungan dengan dia, karena ibu Susan masih mempunyai suami, ternyata abang tidak hanya mencintainya. Maaf, aku tak mampu lagi, apalagi mendengar pengakuanmu akan menikahinya, bang!? ughhh...." (Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

Dosenku "Pacarku" (64)


"To Be With You"
Hold on little girl/Show me what he's doone to you/Stand up little girl/A broken heart can't be that bad/When it's through, it's through /Fate will twist the both of you /So come on baby come on over /Let me be the one to show you

I'm the one who wants to be with you/Deep inside I hope you feel it too/Waited on a line of greens and blues/Just to be the next to be with you

Build up your confidence/So you can be on top for once/wake up who cares about /Little boys that talk too much/I seen it all go down /Your game of love was all rained out/So come on baby, come on over/ Let me be the one to hold you
[Chorus]
Why be alone when we can be together baby/You can make my life worth while/And I can make you start to smile

====================
Sebelum aku mengakhiri pengakuanku, tiba-tiba Magda mempoloti dan berdiri bersiap meninggalkanku. Segera aku menahannya, Magda meronta, aku hampir terjatuh dari kursi, untung Magda segera menahan tubuhku.
===================
Suaraku pelan membujuknya, "Magda, dengar dulu, aku belum selesai. Magda boleh pergi, setelah mendengar penjelasanku, duduk lah. Tolong bersabar sebentar. Magda duduk lah! Sebagai seorang sahabat harus rela membantu sahabat yang sedang menderita, seperti aku."

" Abang menderita? Huh...abang telah menikmatinya, malah sekarang ngaku- ngaku menderita. Kemarin dulu, abang janji mau mmenjauhinya, bertemu seharian langsung menginap dirumahnya. Sekarang, baru saja berpisah dengannya, abang ngaku menderita. Ada apa denganmu bang" tanyanya sambil duduk berhadapan denganku.

"Entahlah, aku terbawa perasaan atas pengakuan kehidupan rumah tangganya."
" Ibu itu menceritakan mengenai rumah tangganya kepada abang.? Bah, hebat kalilah abang dimata ibu itu."
" Magda, mau mendengar kisahnya nggak ? Sebenarnya aku sudah janji tak akan menceritakan kepada siapapun."

" Abang, gimana nih.! Sudah janji nggak mau menceritakan kepada siapapun, kok malah mau cerita. Abang lama-lama kayak orang sinting," ujarnya dengan ketawa sinis.
" Apa yang salah dengan kata-kataku. Aku berjanji kepada ibu itu, tidak akan menceritakan kepada siapapun, cukup dengan diriku. Magda tidak siapa-siapa, kau adalah diriku."
" Hah... hebat benar abang. Ulang lagi kalimatnya bang."
" Kau adalah diriku, titik."
" Nggak, aku adalah itomu, titik." balasnya.

" Itu yang aku maksudkan, kita kan masih punya hubungan darah dari mamimu dan ibuku, " balasku tak kalah.
" Dasar abang tanjung katung, tak pernah mau kalah," enyeknya pelesetin namaku, sambil menendang kakiku dibawah meja, pelan. Kebiasaan lama kami "kambuh".
***
" Magda, ternyata ibu Susan itu menderita, sejak dia menikah dia tak pernah memperoleh nafkah batin dari suaminya. "
"Ibu Susan mengaku kepada abang?"
"Iya, kalau nggak darimana aku tahu."
" Lalu apa hubungannya dengan affair abang dengan kisah ibu itu."
"Aku merasa iba dengan penderitaannya. Selama ini, aku, Magda dan Mawar mengangap ibu itu binal, karena sudah mempunyai suami tetapi punya affair dengan aku."

" Lalu, abang mengambil kesempatan atas kehausannya.?"
" Nggak juga, aku hanya merasa iba dan merasa bersalah atas stigma binal yang kita lebelkan pada dirinya. Dia juga perempuan normal seperti Magda, butuh kasing sayang dari seorang pria normal.
"Maksud abang, suaminya bukan pria normal.?"

" Ya. Suaminya tak punya kemampuan memberi nafkah batin Susan."
" Ohhh... itu alasannya, kenapa abang sering menginap dirumah ibu itu. Dan setelah abang puas, kini mau meninggalkannya? Abang manusia kejam, tak punya perasaan. Cukup aku bang yang menjadi korbanmu," ujarnya dengan bibir bergetar.

" Magda, terlalu sensitif. Aku tak pernah mengorbankan siapapun, termasuk kamu. Situasi yang membuat kita seperti itu. Maafkan aku, lupakanlah masa lalu." Hatikupun ikut bergetar mengenang siksa yang aku berikan kepadanya. Aku melanjutkan kalimatku yang terputus karena aku dan dia terhanyut masa lalu yang menyakitkan.

" Magda, aku mengaku jujur, meski aku tidur bersama dengan Susan aku tak pernah mencemari tubuhnya, aku hanya mencintainya, wajar kan ?"
" Wajar kata abang?. Wajar berselingkuh dengan perempuan yang telah bersuami? Abang tidak mencemari tubuhnya, tetapi abang telah mencemari ikatan pernikahannya, tahu!?Aku pikir, abang punya kelainan. Dulu waktu ke Jakarta, tidur dengan biduan band kapal, sekarang tidur dengan isteri orang, abang masih mengatakan wajar. Aku bilang itu kurang ajar.!"

" Magda..! Tetapi aku tidak mencemarinya, " ucapku dengan suara agak meninggi. Magda mengimbangi suaraku.
"Kali pertama aku mendengar, buaya menolak bangkai."
" Magda, kau keterlaluan, aku bukan buaya dan Susan bukan bangkai. Aku dan dia manusia normal," kataku sengit
" Nggak, kalian berdua manusia pesong (sinting, pen)," ucapnya tak kalah sengit. (Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (63)


"Answer"
I will be the answer/At the end of the line/I will be there for you Why take the time/In the burning of uncertainty/I will be your solid ground I will hold the balance/If you can't look down

If it takes my whole life/I won't break, I won't bend/It will all be worth it Worth it in the end/Because I can only tell you that I know That I need you in my life/When the stars have all gone out You'll still be burning so bright

Cast me gently/Into morning/For the night has been unkind/Take me to a Place so holy/That I can wash this from my mind/And break choosing not to fight

If it takes my whole life/I won't break, I won't bend/It will all be worth it Worth it in the end/Because I can only tell you that I know That I need you in my life/When the stars have all gone out/You'll still be burning so bright
Cast me gently/Into morning/For the night has been unkind
============ ============
Aku hanya mau memainkan "bola"yang sudah diumpannya melambung.
Tinggal bagaimana aku memainkannya, yang pasti aku harus melibatkan
dia malam ini.
=====================
" Zung, merokok lagi? Sejak kapan lagi abang berbuat bodoh? Sejak pacaran dengan ibu Susan!? Nggak, aku tak mau menolong abang jalan ke teras. Nggak.., aku nggak mau!" teriaknya.

Sejenak mami Magda menghentikan percakapannya, setelah mendengar teriakan putrinya, " Magda, kenapa harus teriak, tolong dibantu abangnya," bujuk maminya.

" Nggak, mami saja yang bantuin si abang, aku nggak," ujarnya ketus meninggalkan aku sendiri dimeja makan. Maminya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya Magda. Aku pikirkan jurus baru. Malam ini Magda telah melambungkan bola dan dia harus ikut bermain denganku, pasti. Aku hafal mati karakter mantan pacarku ini, tidak tegaan. Aku bangkit dari kursi meja makan, melangkah pelan ditopang tongkatku.

Inanguda, maminya Magda, memperhatikanku melangkah pelan, terseok. Kembali dia menghentikan percakapan dalam telephon dan memanggil Magda. Magda keluar dari"persembunyian" Didepan maminya, dia membantuku, tetapi setelah di hall way menuju pitu teras dia melepaskan tangannya. Magda meninggalkanku menapak sendiri menuju teras.

Tak sengaja aku terhempas ke pintu hampir jatuh. Magda berlari mendapatkanku, juga maminya. Magda didamprat maminya. "Kenapa kau nggak mau bantu abangmu, hah! Bagaimana jika abangmu jatuh!" tegur mamanya dengan suara tinggi.

Magda menatapku dengan rasa bersalah. Dia meraih tanganku, dilingkarkan ke atas bahunya. Magda menuntun sambil mengomel,. " Huh...gara-gara rokok abang, aku kena damprat. Apalagi maunya bang, mau nyalain rokoknya ...hah?" entaknya sebelum dia meninggalkanku.

Segera aku metahan tangannya, dia meronta. Aku bersikeras tidak mau melepaskannya. " Magda, tunggu!. Kau nggak boleh pergi! Kau tunggu abang disini, " pintaku dengan suara menahan teriak.

" Bang, aku nggak tahan bau rokok," balasnya, suaranya pelan, dia tidak meronta lagi.
" Kalau Magda mau, periksa seluruh kantongku. Bila Magda menemui sebatang rokok, kau boleh membantingkan kursi ini di kepalaku."
" Serius, abang nggak merokok ? Kenapa tadi bilang mau merokok ?" tanyanya sambil mengusap kepalaku.

" Tadinya aku bergurau, kamu langsung tanggapin serius, akhirnya kamu terima ganjarannya, didamparat sama queen," jawabku.
" Abang puas aku kena damprat?"
" Puaslah, sudah lama pula aku nggak melihat wajah mu "kerucut" seperti itu."

Magda meninggalkanku, dia merasa kesal "di asapin" kata-kata. Segera aku pukulkan tongkat ke pinggangnya. " Jangan pergi dulu, aku mau bicara serius mengenai Susan."
Magda merampas tongkatku, dia mengetukkan ke pundakku, pelan. " Sejak aku mengenal abang, selalu trouble maker."

" Sejak kapan ? Maksudmu sejak lima tahun lalu?" tanyaku. Magda tidak sadar, aku mulai mengumpan bola kearahnya. Magda diam, berdiri di dekatku. Ku meraih tangannya dan memberanikan menciumnya. " Magda, duduklah, aku mau share denganmu tentang ibu Susan. Seperti aku katakan didalam kamarku tadi pagi, bantu aku dari ketersesatanku. Aku kini terperosok dalam game yang tadinya aku tak duga. Aku hanya mengukuti kata hatiku tanpa pertimbangan moral, seperti Magda tuding atasku. Magda, aku mengatakan jujur, aku sudah beberapa malam tidur dirumahnya..."

Sebelum aku mengakhiri pengakuanku, tiba-tiba Magda mempoloti dan berdiri bersiap meninggalkanku. Segera aku menahannya, Magda meronta, aku hampir terjatuh dari kursi, untung Magda segera menahan tubuhku. (Bersambung)

Los angeles, March 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/