Monday, January 26, 2009

Magdalena (15)

http://www.youtube.com/watch?v=aPLwXcgXkpU

===================
....Sebaliknya tukang jahit sepatu tidak boleh menjahit sepatu , ikat pinggang, dompet dan tas yang terbuat dari kulit buaya."
Sinta ketawa terpingkal-pingkal, kini hatinya sedikit terobat
===================

"Semoga abang tammat tepat waktu. Kalau abang sudah menikah ada alasan ku untuk menikah sama Sihol,” katanya.

Tulang maunya satu diantara kami lima bersaudara menjadi menantunya, bukan ? Adikku masih ada yang belum menikah, malah dia dia pantaranmu.”
“Bapak maunya hanya sama kamu, tidak mau dengan adikmu,” katanya serius.
Ok, aku mau. Tapi aku menikahi Magda dulu dan kamu aku nikahi menyusul. Aku tak tega menolak keingginan tulang,” ujarku dengan wajah serius.

“Ah ...abang susah diajak ngomong serius, bercanda melulu,” ujar Sinta.
“ Ya...aku serius, daripada tulang jatuh stroke mending kita turuti apa kata tulang,” balasku.
Halah....abang semakin ngaco,” ujarnya sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Tunggu dulu Sinta, aku belum selesai bicara. Tahu tidak kamu, dengan cara inilah kakakmu Magda kujerat antara canda dan serius. Dalam dunia percintaan itu halal dan legal.

Yaaaaa..iya...ngomong-ngomong abang kapan pulang.?"
“Besok lusa,” jawabku singkat."
“Bang....selama kita masih dikampung, kita berpurapura kompak dan mesra. Biar bapak dan mama senang, abang kan pemain sandiwara ulung. Aku ingat waktu naskah natal abang dipentaskan tiga tahun lalu, ibu-ibu pada nangis,” ingatnya.
"Berarti aku berhasil, daripada naskah sedih orang tertawa atau sebaliknya naskah lucu penonton menangis.”kataku.

Ya, anehlah bang, perayaan natal pake nangis. Lagian, mana ada dalam Alkitab tertulis, Maria meratap ketika semua penginanapan fulll booked,” ujarnya cekikan.
" Itu sengaja aku lakukan, agar jalan cerita kelahiranNya lebih meresap. Coba perhatikan, semiskin-miskinnya orang batak mana ada yang lahir dikandang hewan. Malah juru selamat manusia itu mengalaminya. Dan, tipe orang batak sukanya yang sedih-sedih. Tahu nggak kamu, sembinlapuluh persen rekaman lagu-lagu batak berisi ratapan, laku pula." ujar ku.

“Abang kok jadi seperti tukang koyok.....,” potongnya.
“Tukang koyok atau pendeta,?”
“ Iyaa...pendeta pagi bandit malam,”katanya ngakak.
“Baiklah, selama aku disini kita berpura-pura mesra tapi ada bagian yang seriuslah,” ujarku.

“ Abang ini getek (genit, pen) benar,” balasnya seraya meninggalkanku.

Eee...tunggu dulu, kau kembalikan ongkosku pulang pergi. Dompetku terkuras gara-gara sandiwaramu." Sinta melongos tak perduli lagi dengan suaraku.
Malam ini, aku tinggal sendirian dikamar. Mata menerawang jauh menembus langit-langit kamarku. Aku terlelap dalam peraduan sunyi. Baru kali ini terasa hidup sepi meski telah empat tahun berteman dengan Magdalena.

Dalam mimpiku kulihat Magdalena tersenyum menatap ku berbaring sendirian. Senyumnya merekah bagai bunga-bunga ditaman menyambut sang surya. Tidurku ku lalui dengan rasa bahagia tiada tara, meskipun itu hanya dalam mimpi.

Pagi harinya, dari kamar kudengar suara nenek memangil Sinta.
“Sinta bangunkan dulu pariban mu itu,” perintahnya.
Aku mendengar langkah Sinta menuju kamarku. Dia mengetuk pintu kamar ku berulang-ulang. Aku diam. Sinta membuka pintu kamar, aku pura-pura tidak tahu. Ketika dia menyentuh tanganku segera ku tangkap tangannya. Sinta kaget dan berusaha melepaskan tanganya dari gemgaman ku.

Ayo Sinta kita melanjutkan babak sandiwara kita seperti tadi malam, “ ujarku pelan takut kedengaran kedua orang tua dan nenek reseh itu. Kusuruh dia duduk diujung tempat tidurku.
" Sinta, tutupkan dulu pintu itu. Kau sudah nonton film “bernafas dalam lumpur ....?” (Bersambung)

Los Angels. January, 2009
Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment