http://www.youtube.com/watch?v=VMf1VcilBGQ
Esok harinya, Mawar menjemputku untuk menghadiri hari pemakaman papinya Magda. Tetapi aku menolak, “ Aku tak kuasa melihat penderitaan keluarga itu, khususnya Magda, pergilah sendiri, sampaikan salam dukaku kepada Magda.
=================
Tanganku gemetar membuka envelope, segera ingin tahu isinya bertinta merah. Aku telusuri kalimat demi kalimat dengan seksama. Magda bertutur kata sendu: Zung, ijinkanlah untuk terakhir memanggilmu papa, yang pernah aku cintai. Akhirnya simponi malam itu telah bersenandung sendu, pilu. Papa menghantarkanku ketelaga tua, sendiri, diujung malam. Disana air mataku telah menyatu dengan sisa air telaga yang hampir kering. Entahlah kalau airmata papa juga ada disana. Tiada lagi kertas tersisa yang akan mama goreskan, kecuali diatas kertas lembaran terakhir dari buku catatan awal kuliah papa dan mama ketika belajar bersama.
Pada bagian embaran lainnya, papa menuliskan, I love You So Much, ketika mama marah. Pada lembaran lain kertas catatanku, papa menorehkan kata ,” papa mencintaiku tulus ketika mama meragukan cinta mu.” Papa , aku telah memberikan yang terbaik hanya kepada papa seorang, melebihi kepada orangtuaku. Papa, kesedihanku akibat ketegaan papa membiarkanku sendiri menelusuri padang belantara nan luas, melebihi kepergian papiku keperaduan sementaranya.
Papiku telah pergi untuk selamanya. Aku, Jonathan adikku dan mamiku menanggung duka. Papa yang pernah, lama, singgah dalam hatiku, juga pergi meninggalkanku. Kini hanya mama sendiri menanggung luka dan duka.
Mama tak lagi mendengar candamu. Mama ingin melihat wajahmu yang terakhir, tetapi itu hanyalah mimpi. Mama tak lagi bersandar diatas dadamu. Mama tak lagi mendengar cumbu rayumu kala aku menangis. Juga tak lagi mendengar suara amarahmu menggelegar kala mama mencurigaimu.
Kini, aku menggantung harap hanya kepada papa. Atas nama cinta, papa mengenyahkan mama untuk selamanya. Demi cinta suciku, mama telah berkurban hanya kepada papa. Atas nama cinta, kurbanku papa campakkan kedalam kubangan.
Demi cinta tulus, aku mengukir permata dalam hati dan jiwamu, menyatu.
Atas nama cinta, permata hatiku papa lempar kesamudra luas yang tak mungkin mama sendirian mengarunginya.
Atas nama cinta, membiarkan mama menapak dijalan terjal dan berliku, papa membiarkan mama berjalan tanpa pegangan.
Atas nama cinta, mama tertawa, cemburu dan menangis. Atas nama cinta, papa membuatku menangisi cintaku untuk selamanya.
Atas nama cinta, cinta yang tulus mama torehkan curahan hatiku lewat buku catatanku yang terkhir ini. Untuk dan atas nama cinta, terimalah ucapan selamat jalan, semoga papa dan mama menemukan kebahagian abadi.
Aku, Madalena Elisabeth.
Korban cintamu, yang terbuang.
12 Februari 197_
(HABIS)