Wednesday, February 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (15)

Marc Anthony - I need to know

They say around the way you've asked for me/ There's even talk about you wanting me/ I must admit that's what I wanna hear/But thats just talk until you take me there

**) If it's true don't leave me all alone out here/Wondering if you're ever gonna take me there/Tell me what you're feeling cause I need to know/Girl you gotta let
me know which way to go/Cause I need to know, I need to know /Tell me baby girl cause I needto know /I need to know, I need to know/ Tell me baby girl cuz I need
to know

My every thought is of this being true/It's getting harder not to think of you Girl I'm exactly where I want to be/The only things I need you here with me
Back to **)
=================
" Nanti bang aku ceritakan, siapa aku dan suamiku sesungguhnya."
" Kapan?" tanyaku tak sabaran.
" Kamis minggu depan."
" Lho, lama sekali......"
================
SUSAN mengantarkan aku pulang ke rumah kostku. Sebelum tiba di tempat tujuan, Susan memberitahukan, kalau tempat kami tuju adalah tempat kostnya dulu, dibilangan Polonia.

" Susan, kamu mau bernostalgia? "
" Aku mau abang tinggal disana. Masa abang tinggal di pinggiran?"ucapnya serius.

" Susan kenapa kamu tidak bicarakan terlebihdahulu, jika ada rencana seperti itu. Tidak Susan, aku tak mau kesana! Antarkan aku pulang."
Susan menghentikan mobilnya dibahu jalan. Dia menarik nafas sembari menatapku, " Aku mau memberi yang terbaik untukmu bang. Kenapa rupanya bila abang tinggal di daerah Polonia?" tanyanya dengan sedih.

" Terimakasih atas perhatianmu. Tapi, jangan putuskan sendiri. Susan masih ada waktu ? kita bicara dululah."
" Iya bang, aku siapkan waktu khusus untuk mu. Kita bicara dimana sayang..?"

Aku mengajaknya ke restauran dimana aku dan mantan pacarku selalu rendezvous.
"Janganlah bang, disana banyak mahasiswa dating suasananya tidak nyaman," ujarnya.

Aku baru sadar, kalau temanku sekarang "kelas"nya berbeda dengan ku, mahasiswa.
"Terserah Susan , hanya tempat itu yang sering kami kunjungi dulu."
Susan langsung menyambar, " dengan Magda iya."

"Susan, tolong jangan menyebut nama itu lagi, perasaan ku terganggu."
" Iya bang, sorry..... Kita sekalian makan malam saja ?"
" Terserah, tapi cari restauran yang menyediakan gado-gado atau mie pangsit." ucapku iseng.

Susan ketawa sambil melirikku. " Bang, jualan gado-gado hanya di warung atau restauran kecil. Aku juga suka , nanti aku buatkan khusus, gado-gado dan mie pangsit untuk bang Tan Zung.?"
"Terserah ibu lah," ucapku sambil tersenyum.
Sejenak Susan memandangku sembari menyetir mobilnya. " Hati-hati bu, perhatikan jalannya."

"Aku tahu, abang angekin aku. Teruskan bang...ayo lanjut... " ujarnya sambil meraih tanganku, dia mencium, lembut. Kubiarkan dia mempermainkan jemariku sepuasnya hingga tiba di sebuah hotel berbintang yang belum lama di resmikan.

" Susan, nggak apa-apa pakaianku seperti ini ? Sepertinya kurang pantas berjalan denganmu. Nanti orang pada bingung; kok, sopir jalan mesra dengan majikan. Kita lebih baik ke restaurant yang lebih sederhana saja, aku malu ketempat ini."

" Zung, kenapa malu, aku bangga berjalan dengan lelaki "gagah" berhidung mancung," ujarnya ngumbang.
" Huh...aku pikir kamu bilang hidung belang...! Jadi kamu tidak malu jalan dengan aku? "
Susan langsung menggaet tanganku, "Ayo bang, apa perlu kucium sembari kita jalan, seperti di film itu?"

Rasa percaya diriku tumbuh ketika Susan menggandengku seperti remaja sedang jatuh cinta. Sejenak aku terdiam, ketika aku menyadari, pakaian luarku ( jeans dan t-shirt) adalah pemberian dua orang perempuan.

T-shirt "UCLA" yang aku kenakan pemberian Susan. Sementara jeansku adalah kado Magdalena pada saat ulang tahunku. Entah kenapa pula jeans ini kepakai, padahal pernah di daluwarsakan. Sejak aku dan Magda "bercerai" jeans itu sudahku simpan dalam tas, masuk kategori out of order. Tetapi karena tidak ada pilihan lain, terpaksa aku pakai. Memang sejak aku pindah, rasa malas selalu muncul, karena harus menimba air dari sumur, namanya juga di kampung.

Susan terus menggadeng tanganku hingga masuk dining room hotel itu. Dia mengambil tempat duduk persis disebelahku, beda dengan sebelumnya posisi kami berhadapan. Kini aku yang salah tingkah, sesekali aku melirik kesekeliling, jangan-jangan ada teman mahasiswa atau dosen teman Susan.

Hatiku lega setelah mataku menyapu bersih tak ada seorangpun yang aku kenal, aman. Seorang waitress menyapa dan menyodorkan menu book kearahku. Tanpa kusadari aku menatap wajahnya sedikit lama, aku coba mengingat wajahnya mirip siapa.

Susan menegurku," Bang, awas matanya copot. Ceweknya cantik iya?" tegurnya sambil mencubit pahaku, kuat.
" Nggak juga, lebih cantik kamu. Aku cuma ingat-ingat mirip siapa. Dia mirip dengan Ira yang mengantarkanku malam minggu lalu." ujarku lembut.
Wajah Susan sedikit redup hanya gara-gara pandanganku sama waitress, oh...iya..iya cinta, tapi kok iya, cemburunya berlebihan. (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (14)

http://www.youtube.com/watch?v=CbEGMww0T1Q

" Keteduhan ...? Bahasa apa itu...?"
" Bahasa jiwa dan bahasa tubuh......" ujarku tertawa.
"Zung, keteduhan apa yang kau berikan kepada ku sejak tadi malam hingga sekarang, nothing...."
================
" Susan, keteduhan jiwa dan hati mu. Kamu meniadakan apa yang telah ku berikan, bahkan aku merasa telah mengorbankan hatiku!? Bukankah semalam aku dan kamu telah menikmati indahnya malam meski kita baru saling bersua. Bukankah hatiku dan hatimu telah melabrak rambu-rambu yang seharusnya tak pantas kita lakukan, meski tidak melakukan pencemaran tubuh ?"

" Zung, kenapa kamu tiba-tiba menjadi manusia moralis.?"
" Susan, aku bicara seadanya, tokh, kamu juga mencoba menghidar dari apa yang sudah kita nikmati, bukan?"

Susan terdiam. Kedua tangannya menopang wajahnya, dia menatapku dengan pandangan kosong. Beberapa saat aku dan Susan saling menatap, mulut terkunci rapat, hening. Dering telephon mengkahiri keheningan. Susan beranjak dari tenmpat duduknya , tak bergairah, mulutnya berdesah " ah...Tan Zung......tak kusangka...," Susan mengangkat gagang telephon sebelum meneruskan kalimatnya.

" Helllo pap....how are you...I miss you. Papi.....kesepian sayang...? oh..kasihan.. disana sudah larut malam iya pap. Sudah makan...?

Iya...aku disini baik-baik saja.. Oh iya .. bang Tan Zung? dia masih ada disini, aku belum selesai periksa skripsinya. Oh..arisan Sabtu malam itu....Iya aku mau pergi, tapi mami belum tahu pergi dengan siapa, aku nggak mau pergi hanya dengan sopir pap!.
Tan Zung nggak mau, dia ada janjian dengan pacarnya...itu lho pap... dua orang perempuan yang mengantarnya malam minggu lalu. Akh...entahlah, papi mau bicara sama dia?.

" Bang...bang Tan Zung, papi mau bicara dengan kamu."
Aku meraih gagang telephon dari Susan, " Iya omm...aku baik-baik saja. Iya aku nginap tadi malam, iya om...aku tak bisa tidur tadi malam....iya...aku jagaiin ibu; dia kurang enak badan, terpaksa aku jemput tukang pijat...oh...iya..sekarang sudah mendingan. ( mataku melirik kepada Susan. Susan kelimpungan......dia bangkit lari ke meja makan, dia tak dapat menahan ketawanya.

Bukan ..! Bukan aku nggak mau om...hanya aku sudah ada janji dengan temanku. Tidak...om, mereka bukan pacar, hanya teman biasa saja.

Malam ini ..? aku belum pasti om..tergantung, kalau ibu sudah pulih total, aku pulang. Iya...om... aku temanin dia Sabtu nanti..iya..aku janji om. Aku akan jagaiin ibu sampai om datang...daggg...." gagang telephon aku serahkan kembali kepada Susan, wajahnya tampak sumringah.
Hmmmm......kini aku dapat licensed dari owner untuk "mengoperasikan" selama tiga bulan, hohoho...

Susan kembali bicara dengan suaminya, "Iyalah...aku pergi dengan dia. Tadi dia bilang nggak..benar aku nggak bohong pap. Iya ...hanya pilek saja, ...memang Rojan pergi dengan dia jemput tukang pijat langganan kita. Iya..pap...dagggg...papi selamat tidur...mimpi indah iya...pap."

Susan berlari menemuiku, dia merasa excited. Susan berdiri didepanku sambil bertolak pinggang, welehh...gayanya kayak anak remaja.

" Kapan aku sakit...hah...?" tanyanya.
" Tadi malam.! Aku nggak bilang sakit, kurang enak badan. Iya aku enakin kamu kan ...?!"
" Tan Zung bohong lagi, nggak ada orang yang mijat aku."
" Iya akulah."
" Zun, untuk yang satu ini kamu benar-benar pengalaman, dengan gaya bicaramu bisa saja orang percaya."

" Tapi mengenai malam minggu nanti, kamu sukar mempercayaiku. Aku tahu kamu tak rela, karena kamu cemburu."

" Zung....iya...aku cemburu, aku tak merelakan mu dengan siapapun."
" Lho, aku mau jadi panglatu ( panglima lajang tua)?"
" Zung, bukan....tolonglah...aku..."
" Apa yang bisa kutolong..?"
" Nanti bang aku ceritakan, siapa aku dan suamiku sesungguhnya."

" Kapan.." tanyaku tak sabaran.
" Kamis minggu depan."
" Lho, lama sekali......" ( Bersambung)

Los Angeles. February 2009
Tan Zung

Dosenku "Pacarku" (13)


http://www.youtube.com/watch?v=KslgDHhSINo

Feelings
Feelings, nuthin' more than feelings, /Tryin' to forget my, /Feelings of love . . . Teardrops, rollin' down on my face, /Tryin' to forget my, Feelings of love . . .
Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you girl, You'll never come again . . .

Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you, Again in my arms . . . /Feelings, feelings like I've never lost you, /And feelings like I've never held you again in my arms!

Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you girl, You'll never come again . . . /Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you, Again in my arms . . . ( Again, again! )

MENUNGGU Susan selesai mandi, di dining room aku mulai memperbaiki beberapa catatan koreksi dalam lembaran skripsiku. Sepasang tangan menutup mataku dari belakang, ah....siapa lagi kalau bukan si genit ibu dosen.

Masih dari belakang, dia mencium pipi dan segera pindah kesampingku serta mendaratkan bibirnya dikeningku. Tubuhnya dibalut dengan daster tipis, tembus pandang, oh..ya...ya.

" Kita makan dulu bang, nanti kita selesaikan," ucapnya seraya tangannya menarik bahan skripsi dari tanganku. Susan tidak membiarkan pembantunya sendirian menyiapkan hidangan makan siang kami.

Dia memilih tempat duduknya persis diahadapanku. Sementara kami menikmati makan, Susan bercerita ketika dia menyelesaikan S2 nya di UCLA, Amerika selama dua setengah tahun.

" Ibu..eh...Susan dapat pacar disana?" tanyaku polos. Susan menghentikan makannya, dia menatap ku, " Zung.....nggak ada waktu pacaran, setiap hari kita di jejalin tugas, mana kita terus
memperdalam bahasa Inggeris.Itu sebabnya aku selalu menekankan kepada kalian mahasiswaku, tekunlah belajar bahasa asing terutama bahasa Inggeris."

" Iya...bu." jawabku singkat.
" Zung...aku serius."
" Oh...begitu... maaf bu, perlu dicatat? tunggu, aku mau mengambil buku catatan ku dulu," ucapku, sambil berpura-pura mau berdiri.

Susan menahan ujung jari kaki ku dengan kakinya dibawah meja makan, " Zung....aku tahu kamu ngenyek, ok, kita makan dulu."ujarnya tersenyum.
Usai kami makan, Susan mengalihkan pembicaraan, dia menanyakan ulang tentang hubunganku dengan Magdalena, dia menyesalkan kenapa harus berakhir setelah berhubungan lima tahun, " Zung, kamu sudah punya pacar lagi.?"

" Kalau aku masih dengan Magdalena, atau punya pacar baru, aku tak mungkin berada di tempat ini menikmati indahnya malam bersama mu"
" Tan Zung belum punya pacar.?"

Dengan enteng kujawab, " sekarang sudah.! pacarku, dosen ku." mulut ku ceplos. Susan bangkit dari tempat duduknya, dia menarik tanganku, berdiri. Uhh...Susan menghujaniku ciuman, kedua tangannya memegang wajahku seakan tak mau melepaskan.

Tanpa sadar, aku telah "mengetuk palu kematian" aku dan Susan pacaran, ohhh ya..ya..lidah, lagi-lagi menjerat ku. Begini rupanya pacaran dengan nyonya tak bisa membedakan waktu, pagi, siang dan malam, ada kesempatan hajar....

Susan duduk disampingku setelah dia menghujaniku ciuman, sebagai ungkapan hatinya yang sedang berbunga-bunga.
" Zung bisa menyetir ?"
" Bisa, kecuali nyetir perempuan.!"
" Zung, aku serius.! Sabtu ini aku mau ke Berastagi bersama dengan arisan ibu-ibu dari kantor suami ku."

Aku menyesal menjawab "bisa". Aku kira perusahan tempat suaminya bekerja membuka lowongan. Tak apalah kerja paruh waktu sambil menunggu akhir kuliah pikirku.

"Tetapi Sabtu dan hari Minggu ini aku ada janji."
" Zung, aku nggak enak pergi sendiri dengan sopir. Janjiannya nggak bisa ditunda ? Apa kamu janjian dengan pacar baru mu ? "

" Bukan! Susan masih ingat dengan dua perempuan yang membawaku pulang malam minggu lalu?"
"Kenapa dengan mereka,?" tanyanya
" Aku ingin menolong mereka. "

Susan mengeritkan dahinya," menolong perempuan pramuria itu? apa yang kamu mau tolong? Aku nggak setuju, waktu mu terbuang percuma dengan perempuan malam. Pantasan kamu selalu berada disana dan ternyata ada perempuan simpanan mu. Pantaslah tugas-tugas perlkuliahan mu juga terbengkalai." ujarnya sengit.

Bah, baru saja di "deklarasi"kan pacaran, kok sudah mulai mengatur, apakah ini permintaan dari seorang dosen? Atau, barangkali ekspresi kecemburuan.? Aku menolak, terbentur dengan urusan masa depan, skripsi . Dituruti, Sari dan Ira korban pemerasan preman discotik akan terus berlanjut.

"Susan, aku belum pernah bersama dengan mereka, baru kali pertama malam minggu lalu. Aku hanya kasihan dan simpati dengan perjuangan mereka. Mereka bukan perempuan murahan. Mereka terpaksa melakukannya karena orang tuanya tidak mampu membiayainya; mereka ingin seperti Susan, tidak kampungan." jelasku

" Maksud mu, ?"
" Mereka itu adalah mahasiswi disalah satu universitas swasta yang cukup terkenal di kota ini; jurusannya sama dengan ku."
" Zung, terserah kamulah, aku hanya mengingatkan. Jadi kamu nggak bisa bantu aku malam minggu nanti.?"

" Susan, mereka selama ini selalu dipalak oleh preman discotik itu, kasihan, mereka jadi sapi perahan."
" Oh..jadi kamu mau jadi pahlawan?"
" Susan, terserah kamu mau katakan apa. Yang pasti aku hanya mau memberi keteduhan kepada mereka, hanya itu yang dapat kuberikan. Sama seperti tadi malam hingga saat ini, aku mencoba memberi keteduhan kepadamu.!"

" Keteduhan ...? Bahasa apa itu...?"
" Bahasa jiwa dan bahasa tubuh......" ujarku tertawa.
" Zung, keteduhan apa yang kau berikan kepada ku sejak tadi malam hingga sekarang, nothing...."( Bersambung)


Los Angeles, February 2009

Tan Zung

Dosenku "Pacarku" (12)

http://www.youtube.com/watch?v=Y8JI_wlNEck


When I Need You"
When I need you/Just close my eyes and I'm with you/And all that I so want to give you/It's only a heart beat away/When I need love/I hold out my hands and I touch love /I never knew there was so much love/Keeping me warm night and day

Miles and miles of empty space in between us/A telephone can't take the place of your smile/But you know I wont be traveling forever/It's cold out, but hold out and do like I do/ When I need you/I just close my eyes and I'm with you / And all that I so want to give you babe/It's only a heartbeat away

It's not easy when the road is your driver/Honey, that's a heavy load that we bear/ But you know I won't be traveling a lifetime/It's cold out but hold out and do like I do When I need you ....
==================
Susan mengecup bibir ku, "selamat malam, selamat bermimipi indah honey " balasnya, sembari menarik selimut untuk kami berdua. Ahh.....Susan, kenapa nggak habis-habisnya kau menggodaku? kataku dalam hati.
====================
AKU tak dapat menikmati tidur malam itu. Bahkan,hampir saja "pertahananku" jebol mengarungi lembah kenistaan. Dengan bahasa Inggeris yang cukup mengerti, Susan mengajak ku memenuhi hasratnya," One night stand ...?

" No way .!" Susan, aku sangat letih," jawab ku. Hmmm..aku baru sadar, ketika Susan meneteskan airmatanya karena "dahaga" yang tidak terpuaskan.? Huh....apalagi yang aku miliki kalau "keutuhan" itupun harus ku korbankan dengan perempuan yang telah bersuami?

Lho...sedang mabuk kok masih sadar rambu moral !? Iya...aku telah terlatih bertahun-tahun dengan mantan pacarku. Kala itu, apapun dapat aku dan mantan pacar lakukan di kamar ketika berdua hingga larut malam. Tetapi, mantan pacarku Magdalena selalu menyadarkan ku.

Ketika "olah tubuh" mencapai puncak, kadangkala aku mau"nakal'. Dengan lembut, kata ini meluncur dari mulut Magdalena, " bang, jangan...!

Hingga hubungan kami yang berakhir tragis, ke "utuhan" itu masih kami miliki, dan itu pula yang tersisa aku punya, hati dan pikiran telah compang-camping. Sungguh, aku tak sudi kalau apa yang telah ku "rawat" lama akan berakhir tragis malam ini dengan perempuan bersuami pula.

Untuk mengobati hatinya yang kecewa, aku kecup bibirnya dan menghapus manik-manik bening dikelopak matanya. Dia menatapku lama, matanya redup sementara bibirnya dikatupkan masih menahan isak. Aku berusaha membujuknya supaya kembali ke kamarnya.

" Zung........aku kedinginan." ujarnya.
Aku tahu arah permyataanya, segera kualihkan dengan tawaran minum alkohol untuk pemanas tubuh. Susan menolak ketika ku tawarkan minuman alkohol itu.
***
Malam semakin larut, aku dan Susan tak tahan menahan rasa kantuk, kami terlelap hingga menjelang siang. Pembantu perempuan berunglangkali mengetuk pintu kamarnya, dia tidak tahu kalau Susan sedang "merantau" di kamar sebelah, dengan ku. Susan mencubit pahaku ketika membangunkannya, "Nyonya...nyonya...bangun, Iyem, ketuk pintu kamar mu"

" Good morning tuan Tan Zung." ucapnya sambil mengelus pipiku.
" Good morning madame ." balasku.

Sebelum "bab" berlanjut, aku segera melompat dari tempat tidur. Susan tertawa melihat tingkahku, segera dia menyusul.
" Tunggu dulu, aku mengambil handuk untuk tuan Tan Zung."
Dari percakapan "pendahuluan" pagi ini, hatiku sedikit lega, urusan "dahaga"nya yang tidak terpuaskan tadi malam telah terlupakan , berarti, hari ini urusan skripsiku bakal tuntas, pikir ku.

Baru saja menanggalkan pakaian yang aku kenakan, aku mendengar ketukan pintu memanggil namaku. Oaalaah...bu dosenku genit amat. Ketukan tak berhenti," iya bu..... tunggu," jawabku dari dalam sambil melilitkan handuk ketubuhku yang hampir telanjang.

Aku membuka sedikit pintu kamar mandi, melongok dari selah pintu yang terbuka, " mau mandi sama?' tanyaku bercanda.
" Husst...kamu genit." ujarnya sambil menjewer telingaku. Oh...syukurlah, kamu sudah bertobat pikirku.
" Ganti t-shirtnya bang," ujarnya sambil menyerahkan t-shirt berlogo "UCLA" ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

Dosenku "Pacarku" (11)



http://www.youtube.com/watch?v=_iE-fWs4GFk

Uncle Kracker - Drift Away
Day after day I'm more confused/But I look for the light through the /pourin' rain/ You know, that's a game, that I hate to loose/I'm feelin' the strain, ain't it a shame
[CHORUS:]
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock /and roll and drift away
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock /and roll and drift away
Won't you take me away / Beginin' to think, that I'm wastin' time/And I don't understand the things I do The world outside looks so unkind/I'm countin' on you, you can carry me through
==================
Berulangkali aku membisikkan ketelinganya, bila aku telah letih. Susan tak perduli, dia terus mememeluk ku erat, kadangkala aku merasakan tubuhnya gemetar menahan gelora nafsunya.
==================
Jarum jam telah menunjukkan pukul empat pagi, Susan akhirnya terkulai dalam pelukanku. Tak berdaya. Aku rebahkan dia diatas sofa . Kepalaku terasa pusing, dadaku sesak pengaruh minuman.

Sebelum aku terjengkang konyol, aku siksa diriku di kamar mandi mengeluarkan alkohol dari perutku, sedikit lega. Kembali dari kamar mandi, aku menemukan Susan telungkup diatas sofa. Tubuhnya terguncang menahan tangis, kedua tangannya menutupi kedua wajahnya.

Oalah......airmata lagi di pagi-pagi begini? Urusan air mata ini paling aku tak suka. Lebih baik aku disuruh kelililng stadion sampai pingsan dari pada menghadapi perempuan berurai air mata. Urusannya sangat panjang, bukan saja energi yang terbuang, juga putar otak bagaimana menghentikannya; entahlah mungkin "kantong" air mata perempuan diciptakan lebih besar dibandingkan dengan lelaki.

Aku pun mulai menangisi diri sendiri ( tanpa air mata), kenapa malam ini aku berurusan dengan air mata perempuan, bersuami pula. Pacar tidak (belum) apalagi isteri, huh..., ini baru satu malam, jangan- jangan aku menjadi "pelengkap penderita" sampai suaminya kembali dari London. Tiga bulan? lama sekali aku harus terpasung.

"Klien"ada didepan mata, mau tak mau aku harus menjalankan terapi, "tiup lilin". Entah ilmu apalah ini, pokoknya sumbunya sedang terbakar, tiup ujungnya jangan terlalu kencang, supaya lelehan lilinnya tidak terikut, panas . Ahh...ada saja ilmu sedang kasmaran, meski kasmaran ecek-ecek.

Aku duduk disampingnya, ku angkat tangannya ke bahuku, ku rapatkan tubuh kesisi tulang rusuknya, mungkin disini "sumbu api"nya pikirku, Susan masih sesugukan. Aku sorongkan jariku ke tangannya- gaya ini paling dia suka-- tapi masih tak bersambut. Aku coba mengingat-ingat caraku dulu sama mantan pacar, tetapi yang tertinggal hanya mengurai rambutnya.

Aku coba, tapi kok aku merinding, batal. Habis sudah akal, aku masih tetap duduk disisinya sambil memikirkan cara lain, mentok. Masih disofa, aku baringkan tubuh ku disampingnya karena aku sudah menyerah, give-up.

Segera Susan membalik tubuhnya, menciumi ku, matanya terus mengucurkan bening-bening cair. Dia berhenti sendiri setelah aku tak bereaksi. Susan melanjutkan (lagi), tangis kok berseri - aku tak peduli. Dia kecapekan sendiri, diam. Sebenarnya aku mau pulang malam itu, ketika dia tertidur di sofa. Tetapi aku takut, dia akan tersinggung, urusan skripsiku jadi taruhannya.

Aku tak tega melihat dia tertidur di sofa, sementara udara malam semakin menusuk. Aku mau mengambil selimut, tak tahu dimana kamar diantara lima pintu kamar di rumahnya. Tidak ada jalan lain kecuali "menyelimuti"dengan tubuhku, sedikit hangat.

Mataku sudah mulai redup, tak mungkin aku dan Susan tidur hingga pagi diatas sofa. Aku bangkit mencari kamar tidurnya. Satu-satu pintu ku buka, akhirnya aku menemukan "master room"nya. Aku pindahkan Susan ke kamar, tubuhnya masih lemah. Aku tinggalkan dia sendirian setelah ku tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Aku kembali ke sofa, membaringkan tubuh ku, meringkuk menggigil kedinginan.

Sebelum tidur aku meneguk sedikit alkohol untuk pemanas tubuh, hangat. Ketika tidur mulai merangkai mimpi, Susan terbangun dan menemuiku, " Zung, kenapa tidur disini? ayo tidur dikamar" ujarnya.

" Nggak apa-apa, tanggung, sebentar juga sudah pagi."
" Zung ...ayolah..." ujarnya sambil menarik tanganku.

Tubuhku yang hampir "rontok" mengikuti Susan membawa ku ke kamar bersebelahan dengan kamarnya. Dia bergegas mengambil selimut dari kamanya. Aku tergeletak tak bergairah. Susan ikut membaringan tubuhnya disisiku.

Dia memiringkan tubuhnya, menatapku seraya mengelus wajah ku.
"Susan aku mau tidur, aku lelah," bisik ku.Susan mengecup bibir ku, "selamat malam, selamat bermimipi indah honey " balasnya, sembari menarik selimut untuk kami berdua.

Ahh.....Susan, kenapa nggak habis-habisnya kau menggodaku? kata ku dalam hati. (Bersambung)

Los Angeles. February 2009

Tan Zung