Monday, February 23, 2009

Dosenku "Pacarku" (31)

ADA RINDU UNTUKMU

==============
"Sebentar bang, aku mau istrahat dulu," ujarnya sambil memperbaiki posisi kepalanya diatas dadaku, sementara tangannya diletakkan di pangkuanku. Susan mengingatkanku ketika meminta tambahan minuman, "bang...cukup" ucapnya lemah
==============
" Iya, ini yang terakhir, aku cuma minta bir kok. Susan minum dikit biar segar, mau.?"
Susan diam, aha...aku ingat "ilmu" baru yang diajarkan kemarin dulu. Kali ini aku gagal, Susan terbatuk-batuk, "distribusi" minumanku masuknya kurang mulus, kasihan. Aku coba mengurangi batuknya dengan memijat punggung. Susan keringat dingin menahan batuk.

" Zung, tolong ambilkan jaketku kemobil, " pintanya sambil menahan batuk. Perlahan kuangkat kepalanya dari atas dadaku. Tampaknya dia tak dapat menahan rasa sakitnya, dia meletakkan kepalanya diatas meja. Segera ku pakaikan jaket ketubuhnya setelah aku kembali dari mobil mengambil jaket.

Susan kembali menyandarkan kepalanya diatas dadaku. Susan mengingatkanku, supaya jangan menambah minumanku lagi. Kali ini aku turuti permintaannya. Suhu tubuhnya semakin panas, aku khawatir kesehatannya semakin memburuk, sementara diskotik tutup setengah jam kemudian.

"Susan, sebentar lagi kita pulang, kamu masih bisa bertahan.?"
Susan mengangguk perlahan, "Iya bang," jawabnya. Punggung dan keningnya kupijat silih berganti, harap, dapat menolong, paling tidak untuk sementara. Susan menolak ketika aku ajak kerumah sakit.
" Tidak usah bang, aku cuma kurang istrahat," ujarnya, diiringi batuk yang belum kunjung berhenti.
***
Ira membantuku memapah Susan kemobil setelah discotik tutup. Aku menghantarkan Ira dan Sari pulang hingga kedepan rumah mereka. " Bang, terimakasih," ujarnya sambil mencium pipiku. Segera Ira kutinggalkan sebelum berlanjut, sementara "pasien" sedang terbaring dimobil.

Susan masih batuk tapi agak berkurang, suhu badannya masih hangat. Tiba dirumah, aku tuntun dia masuk kerumah, merebahkannya diatas sofa tempat kami dua malam lalu " bergulat"

" Zung, tolong bangunkan pembantu di kamar belakang. Aku minta air hangat," pintanya, suaranya masih lemah.
" Biar aku saja yang mengambilnya. Susan mau minum chivas? tanyaku bercanda. Susan senyum mendengarnya, "bang...aku butuh air hangat."
" Berapa ember bu....?"
" Zung...aku sakittt, abang bercanda terus....tolong air hangatnya, aku haus.!"
Segera aku bergegas tetapi aku kebingungan mencari gelas dan air panas. Kamar pembantupun aku nggak tahu. " Susan, aku nggak tahu dimana air panas dan gelas, aku juga nggak tahu dimana kamar pembantu. Aku cuma ingat kamarmu." ujarku tertawa.

Susan terpaksa bangkit dari sofa, menunjukkan tempat gelas dan termos. Aku seduh teh untuknya.
"Zung, kalau mau minum, ambil sendiri," ujarnya sambil menunjukkan ke arah lemari kecil yang menempel di" bar mini"nya.

"Nggak enak sendirian minum, kapan-kapan saja. Bagaimana sekarang perasaan mu, kepala masih pusing? "
Aku menuntunnya kembali ke ruang tamu. Susan masih lemah, " Zung, aku mau rebahan," ujarnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
"Aku boleh pulang?"
" Maaf Zung, aku lupa, sopir tadi sore pulang ke kampungnya, isterinya sakit."

" Jadi maksudmu, aku tidur disini lagi?"
" Kenapa ? Abang tega meninggalkan aku sendirian ? Abang buru-buru mau pulang atau kerumah Ira?"

" Kerumah Ira..? Ngapain...?" tanyaku
" Barangkali tadi masih kurang..." jawabnya
" Kurang apanya.?" tanyaku lagi
" Zung, kamu sering berpura-pura. Aku tadi melihatmu berciuman dengan Ira." (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (30)

Jangan ada Dusta Di antara Kita - Broery Marantika
***
===============
" Iya..sudah dikebon binatang saja. Disana ada temanku buaya jadi saksi."
" Zung, abang kok sukar sekali memaafkanku.Kita kerumahku saja..iya bang," bujuknya.
==============
" Terserah Susan ...kalau nggak mau dikebun binatang," ucapku datar.
" Ayolah bang..kita berangkat sekarang," ajaknya.
" Jangan sekarang, aku menunggu Ira dan Sari pulang."
"Terlalu malam bang.!"

" Aku datang kesini untuk Ira dan Sari, bukan untuk Susan."
" Abang makin lama semakin nakal."
" Sesuai dengan namaku, bandit. Susan pulang duluan, kan tugasmu masih banyak. Aku datang menyusul minggu depan."

" Tapi Sabtu lusa kita mau berangkat ke Berastagi!"
" Kemarin aku tanyakan, Susan diam. Aku pikir nggak jadi, aku sudah janjian dengan Ira dan Sari."

" Zung, aku sudah janji dengan ibu-ibu lainnya, aku akan ikut, tidak enak dibatalkan. Tolonglah aku, kali ini saja."
" Nanti, Susan bicara dengan Ira atau Sari. Aku juga tidak enak membatalkan."
" Iya, aku akan bicara dengan Ira dan Sari. Tapi abang pasti mau kan.?"
" Pasti, dengan syarat; tidak boleh cemburu, marah dan menangis."
" Abang juga tidak boleh nakal.!"

"Sekarang boleh aku menambah minuman.?"
"Ntar abang mabuk lagi. Tidak bisa setir mobil," ucapnya manja.
" Susan, aku pulang dengan Ira dan Sari, aku sudah janji. Pulanglah sendiri, Sabtu pagi aku akan datang."

" Abang bilang, aku harus permisi kepada Ira dan Sari, kok sekarang aku diusir?"
" Nanti biar aku yang ngomong."
" Zung, perasaanku nggak enak badan nih, sejak kemarin malam aku tidak bisa tidur. Boleh abang antar aku pulang setelah kita mengantar Ira dan Sari pulang."
" Malam ini aku mau tidur dirumah mereka, besok aku baru pulang. Atau kita tidur berempat.?"

" Zung, aku serius, tolonglah aku malam ini. Kepalaku sakit benar. Sebelum kerumah kita mampir dulu dikantorku mengambil skripsimu."
Iyah....aku dibenturkan dengan skripsiku. Mau tak mau, aku terpaksa menuruti kemauannya. "Nanti siapa yang antar aku pulang,? tanyaku.
" Nanti akan ku suruh sopir mengantarkan abang pulang."

Susan pindah duduk dekatku setelah melihat rasa dongkolku surut.
" Bang kepalaku pusing.." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya diatas dadaku. Bibirnya bergetar memagut daguku
***
INI salah satu kelemahanku, sejak aku berteman dengan perempuan, betapapun besarnya persoalan, aku pasti"lumpuh"ketika kepala bersandar diatas dada atau bahuku, dan Susan tahu itu sejak dua malam lalu.
"Susan, aku minta minum lagi iya, perasaan nggak enak nih, masa kita hanya duduk ."

" Iya bang. Tapi jangan minum terlalu banyak, nanti abang minum dirumah sebelum di antar pulang." Aku merasakan keningnya sedikit hangat. Benar, Susan kurang sehat.
" Susan sakit...?"
" Iya bang, sejak tadi siang kepalaku pusing."

" Kamu masih bisa bertahan, atau aku antar pulang sekarang.?"
"Sebentar bang, aku mau istrahat dulu," ujarnya sambil memperbaiki posisi kepalanya diatas dadaku, sementara tangannya diletakkan di pangkuanku. Susan mengingatkanku ketika meminta tambahan minuman, "bang...cukup" ucapnya lemah. ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (29)

Savage garden - Truly madly deeply

http://www.youtube.com/watch?v=H6Dg1Ymji-Q

==================
" Iya...aku juga tidak mengerti, kenapa aku begitu cemburuan. Mungkin aku terlalu mengharap banyak dari abang."
" Apa yang kau harap dari seorang bandit, buaya lagi, hah...!?"
=================

" Zung.., sudahlah. Maafkan aku," ucapnya sambil menyeka air matanya, seraya menambahkan, Aku tahu abang sakit hati atas ucapanku. Seperti tadi aku katakan, aku terlalu banyak mengharap. Aku juga tidak tahu kenapa aku jatuh cinta kepada abang." Susan menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Susan, kamu pikir tangisanmu dapat mengobati hujatan sadis kemarin malam.?"
" Zung, tolonglah.... maafkan aku. Aku terlalu sayang pada abang, aku terlalu banyak mengharap darimu, aku juga nggak tahu kenapa. Salahkah aku mengharap dari seseorang yang aku cintai?"

" Tidak salah.! Tetapi Susan, apa yang kamu harap dariku, perjalanan hidupku masih belum jelas. Sementara kamu sudah mempunyai tambatan abadi, lupakanlah harapmu itu. Sekedar berteman ok. Aku juga tidak mengharap lebih dari persahabatan biasa!"

Masih dengan suara tersendat, kedua tangannya meraih tanganku, "Abang mencintaiku..?"
" Tidak tahu, hingga sekarang aku juga tak begitu jelas apa itu cinta...!" Yang aku rasakan, cinta bisa membahagiakan tapi sering pula ia menyakiti. Keduanya aku telah "nikmati". Sementara ini, bagiku, cinta itu adalah permainan perasaan."

Susan terdiam, dia menyeka airmata, menghela nafasnya dalam, tangannya memegang kedua telapak tanganku erat.
"Zung... sejak aku es-em-a hingga tammat kuliah, aku belum pernah jatuh cinta dengan lelaki. Aku terlalu sibuk dengan kuliahku hingga aku berangkat ke luar negeri."

" Kamu belum pernah jatuh cinta dengan seorang pria.?"
" Sebelumnya tidak, kecuali terhadap abang...!"
" Hahh....kamu jatuh cinta padaku sejak kapan ? Sejak kemarin dulu.?"
"Bukan..! sejak abang pertama datang mengantar bahan skripsimu. Ketika itu, abang selalu curi-curi pandang dan selalu memperhatikanku. Sorotan matamu meggetarkan hati."

"Susan salah "menterjemahkan". Aku selalu menatapmu kagum, karena dengan usia muda menjadi dosen dan bergelar master. Itu saja. Lalu, bagaimana seandainya aku masih berteman dengan Magdalena, apakah Susan juga mencintaiku?"
" Iya... aku akan tetap mencintaimu, meski itu akan aku kubur "hidup- hidup".

" Susan, aku semakin tak jelas apa itu cinta."
" Jadi, bagaimana Susan menikah dengan suamimu. Bukankah pernikahan itu perwujudan cinta yang terjalin? Kalian tidak ada komitmen dalam pernikahan.?" Susan menggelengkan kepalanya, menatap mataku , hampa.

"Jadi...kamu tidak mencintai suami yang kini sekarang di London..?"
" Zung, terlalu panjang ceritanya. Nantilah aku ceritakan pada waktunya."
" Jangan-jangan yang Susan rasakan hanya cinta fatamorgana."

" Aku juga tak tahu, yang pasti hatiku terpaut kepada abang."
" Minggu lalu, kamu janji mau mengutarakan perihal pernikahan dengan suamimu, sekarang kamu ulur-ulur lagi. Nasibnya sama dengan skripsiku yang tak kunjung usai. Apakah Susan masih layak dipercaya?"

" Zung, aku janji, aku akan ceritakan, tetapi bukan disini tempatnya," ucapnya sambil menyeka air matanya.
" Maksumu dikamar tidur.?"
" Zung, bicara yang pelan!"
"Orang batak kamu suruh bicara pelan ditengah hiruk pikuk. Berbisik saja sama seperti orang Jawa berteriak. Omong-omong Susan orang Deli atau Pujakesuma ( Putri Jawa Keturunan Sumatera)?"

" Yang pasti bukan orang utan. Zung....kurangi "volume" suaranya," pintanya lagi
" Ok..aku sekarang akan diam mendengar ceritamu."
" Zung, aku akan ceritakan nanti dirumah."

" Dirumah siapa? di rumahmu atau di rumah kostku.?
" Terserah abang, tetapi kalau di rumahmu, nanti anak-anak dan tante tergangangu."
" Iya..sudah dikebon binatang saja. Disana ada temanku buaya jadi saksi."
" Zung, abang kok sukar sekali memaafkanku.Kita kerumahku saja..iya bang." bujuknya. ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (28)

===============
Sialan, hatiku langsung terenyuh mendengar ajakannya, lembut menghanyutkan. Aku boleh marah? Berarti, dia telah menyadari kesalahannya kemarin malam. Bagiku, itu kesalahan mahaberat. Aku ikutin dia masuk kesudut ruangan tempatku semula
===============
" Tan Zung mau minum? Aku nggak bang, takut nanti keterusan, masih banyak tugasku yang belum selesai."

" Susan, ngapain kamu kesini? Tempat ini bukan ruangan memberi kuliah, bukan juga tempat bertemu dengan bandit atau buaya." Susan hanya menatapku sendu, tak bicara. Aku tak tahan menatap matanya, kasihan. Untuk menutupi kegugupanku, aku panggil pramuria, Ira. " Ira, aku mau mimun, satu shoot saja." Susan nggak mau minum.
"Minum juice saja iya..bu.!" ucap Ira.
" Bolehlah, biar ada teman abang minum." jawab Susan.

"Zung, aku tadi mampir dirumah mu."
" Untuk apa Susan datang ke gubukku lagi, masih belum cukupkah amarahmu tadi malam? Sekarang, Susan menemuiku lagi ketika aku bersama dengan perempuan malam ? Susan, sepertinya, aku lebih cocok berteman dengan perempuan- perempuan malam itu. Memang, aku pria tak tahu diri, berteman dengan seorang perempuan yang bukan"level" ku," cecarku sambil mereguk habis isi gelasku.

Susan melarang Ira menambah minumanku ketika aku meminta tambah.
" Ira, cukup dulu." cegah Susan.
" Susan..! kenapa mencampuri urusanku? Aku mau mampus, mau mati, itu bukan urusanmu. Aku cukup dewasa untuk menentukan apa yang aku mau. Susan cukup mengurus skripsiku, itupun kalau masih mau. Susan juga harus tegas, mau atau tidak menyelesaikannya? Atau aku harus pindah ke dosen lain, yang mau memperhatikan nasibku."

Ira kaget ketika aku berucap tengik kepada Susan dosenku itu. Susan diam, tak melayani ocehanku. "Ira, nanti aku panggil, kalau abang mau tambah," ujar Susan kepada Ira yang berdiri kebingungan.
" Iya..bu" ujar Ira buru-buru meninggalkanku dan Susan.
" Zung, sudahan marahnya ? Boleh aku bicara.?"
" Apalagi yang Susan mau bicarakan?"
" Sebelum kesini, tadi aku mampir ke rumahmu. Aku lama bicara dengan ibu kostmu. Aku sudah mengerti, kenapa bibi mu panggil "bapa' kepada abang. Aku sudah minta maaf kepada bibi itu.

Selama ini aku tidak mengerti banyak tentang jenjang kekerabatan didalam sub etnik Tapanuli. Benar, ibuku berasal dari Tapanuli, tetapi ibu tak pernah mengajar kami perihal kekerabatan itu. Tadi aku pikir, bibi panggil kamu "bapa" seperti lazimnya suami isteri."

"Susan, bagaimana mungkin itu terjadi , marganya sama dengan aku. Itu sebabnya aku panggil dia bibiku."
" Aku tak tahu sebelumnya. Itulah Zung, aku baru tahu setelah dijelaskan. Kebetulan bibi sudah janda, pikiranku macam-macam bang dan ...."
" Karena aku buaya......?" ucapku sebelum dia mengakhiri ucapannya.

" Zung....aku mohon maaf. Silahkan kalau memakiku, aku terima." ujar Susan serius, suaranya tersendat.
" Memaki..? Bukan kebiasaanku, meski kamu anggap aku bandit. Marah...iya aku bisa marah."

"Terserah abang mau diapakan, aku siap. Aku sadar telah menyakiti hatimu. Itulah sebabnya aku tadi datang kerumah abang, ingin minta maaf'."
" Susan, selama beberapa hari bersama dengan kamu, cemburu mu berlebihan."
" Iya...aku juga tidak mengerti, kenapa aku begitu cemburuan. Mungkin aku terlalu mengharap banyak dari abang."
" Apa yang kau harap dari seorang bandit, buaya lagi, hah...!?" (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (27)

http://www.youtube.com/watch?v=9JDTAqsMNEM

"Right here waiting for you"
Oceans apart day after day/And I slowly go insane/I hear your voice on the line/But it doesnt stop the pain /If I see you next to never/How can we say forever

*) Wherever you go/Whatever you do/I will be right here waiting for you/ Whatever it takes/Or how my heart breaks/I will be right here waiting for you

I took for granted, all the times/That I thought would last somehow/I hear the laughter, I taste the tears/ But I cant get near you now/Oh, cant you see it baby/Youve got me going crazy back to *)

I wonder how we can survive/This romance/But in the end if Im with you/Ill take the chance
Oh, cant you see it baby/Youve got me going crazy
Repeat *)
=============
" Abang genit. Ayo.... abang duluan...nanti kita terlambat," desaknya sambil menarik tanganku. Sari tersenyum mendengar percakapan singkat antara aku dan Ira.
=============
Sari dan Ira memperkenalkan kepada manajer baru, aku adalah kakak kelasnya dan akan mengantar - jemput mereka. Sari dan Ira mengantarkanku ke meja disudut ruangan. Sebentar Sari dan Ira duduk bersamaku sebelum discotik dibuka.

"Sari sejak kapan ada kesapakatan kita, aku antar jemput kalian? Aku hanya mengawal kalian setelah discotik tutup." Keduanya tertawa, " Memang tidak ada bang. Sari sengaja bicara seperti itu, supaya kita dapat potongan setengah harga," jawab Sari.

Aku meninggalkan discotik setelah kedatangan beberapa tamu. Aku takut tak dapat menahan diri, mimum. Bisa-bisa pembayaran kos tak lancar. Setoran tukang parkir telah berhenti setelah aku pindah "keujung bumi".
***
Aku kembali ke discotik setelah lelah berjalan keliling sepanjang jalan Kesawan. Aku kaget melihat Susan duduk disudut ruangan, tempatku duduk sebelum discotik dibuka.

Aku segera memutar tubuhku sebelum dia melihatku, kabur. Aku buru- buru melangkah keluar. Sakit hatiku belum pulih atas hujatan Susan kemarin malam. Sukar sekali melupakannya. Aku belum melangkah jauh, aku mendengar sepasang langkah mendekatiku dari belakang.

" Bang..! Susan menunggumu di dalam," ujar Ira.
" Ira, jangan beritahu aku ada disini."
" Kenapa bang?. Ira sudah mengaku kalau abang tadi siang dirumahku dan kita pergi bareng ke kampus. Sari juga bilang, kalau nanti malam kita pulang bersama."

" Untuk apa kalian beritahu semuanya.?"
" Bang, kami ditanyain terus sama dia.Ira bilang saja apa adanya."
" Nanti kalau ditanya, katakan aku sudah pulang. Nanti aku tunggu kalian disudut jalan sana, ok ?."

" Ayo bang, ikut Ira saja. Abang duduk dibelakang saja, di ruang tunggu karyawan." Ide bagus, dari pada tersiksa diluar, aku ikut Ira ke ruang tunggu karyawan melalui jalan samping.

Namun, aku dikejutkan suara Susan ketika aku dan Ira jalan dari samping discotik. Suaranya lembut memanggil namaku. Aku pura-pura tak mendengar.

Ira menghentikan langkahku, "bang aku nggak enak, pergi saja lah dengan Susan. Susan sudah melihat kita, nanti aku bisa dipecat kalau Susan melapor yang tidak-tidak kepada manager. Ayo bang temuin dia," desak Ira.

Susan segera menyusulku disamping gedung discotik ketika aku masih bicara dengan Ira.
" Zung boleh aku bicara sebentar? Sebentar saja," pintanya. Segera Ira permisi meninggalkan aku dan Susan. " Ira, terimakasih," ucap Susan lembut, tak kalah lembutnya ketika menyapaku.

" Susan, apa lagi yang kamu harap dari seorang bandit... hah...?"
" Zung, kita bicara didalam saja, abang boleh marah-marah disana, tapi jangan disini. Aku malu dilihat orang, " ujarnya sambil memegang kedua tanganku, wajahnya memelas kearahku.

Sialan, hatiku langsung terenyuh mendengar ajakannya, lembut menghanyutkan. Aku boleh marah? Berarti, dia telah menyadari kesalahannya kemarin malam. Bagiku, itu kesalahan mahaberat. Aku ikutin dia masuk kesudut ruangan tempatku semula. (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

Dosenku "Pacarku" (26)


Marc Anthony - "You Sang to Me"
I just wanted you to comfort me/when I called you late last night you see/i was fallin' into love.
oh yes, i was crashin' into love/oh of all the words you sang to me/about life, the truth and bein' free yea/you sang to me, oh how you sang to me /girl i live off how you make me feel/so i question all this bein' real/cuz i'm not afraid to love/ for the first time i'm not afraid of
love
oh, this day seems made for you and me/and you showed me what life needs to be/ yea you sang to me, oh you sang to me

*)all the while you were in front of me i never realized/i jus' can't believe i didn't see it in your eyes/ i didn't see it, i can't believe it ...
===================
Ira tetap berdiri dan menatap mataku. Perlahan tangan kirinya meletakkan pisau dan bawang kedalam laci dapur, sementara tangan kanan memegang tanganku , erat dan gemetar.
===================
Hmm..adikku ini maunya apa, pikirku. Aku mencoba menterjemahkan vibratie " tangannya. Aku tatap matanya.
"Abang, mau minum?" tanyanya membuyarkan ancang-ancangku.
" Kamu punya apa? tanyaku.

Johny Walker ukuran sedang, kemarin aku beli khusus untuk abang. Belum apa-apa sudah impas, pikirku. Ira mengajakku kekamarnya," ayo abang, kemarin Ira simpan dikamar."

Kembali Ira meraih tanganku, menuntun keruang tamu. Ira mengambil satu gelas, "Abang saja yang minum, aku tidak biasa minum," ujarnya sambil menuangkan ke gelasku.

" Ira, tidak usahlah, kalau hanya aku yang minum."
" Bang, aku nggak biasa minum. Pernah aku coba, langsung pusing."
" Coba lagi, dengan abang pasti aman, nggak pusing."
" Abang bisa saja, apa bedanya minum dengan abang atau sendiri. Yang membuat pusing kan minumannya."

"Ok...sedikit saja, tanda awal persahabatan." bujukku.
" Jangan...bang...aku temanin abang sebentar. Ira minum teh saja."
" Simpan saja minuman ini, lebih baik kita minum air kelapa."
" Abang merajuk iya..." tanyanya. Ira bergerak mendekatiku.
"Tidak, lebih baik aku minum di discotik bersama perempuan lain, sambil dengar lagu."

" Perempuan lain..? ibu dosen itu?.
" Oh..nggak lagi. Aku sudah "kasih talak tiga" dia."
" Hah...memang abang sudah menikah dengannya? Lagi ribut bang? Bang, aku punya kaset lagu-lagu seperti di discotik itu, abang suka lagu apa?"

" Dengar lagu, duduk dan minum sendirian...?"
" Ya. iyalah ..aku temanin, aku minum sedikit saja..ya bang."
Ira meninggalkan aku sendirian setelah dia menenggak sedikit minuman dari gelasku.
"Bang, aku selesaikan dulu masakanku biar kita makan." ujarnya meninggalkan aku. Sementara Ira memasak didapur, minuman keras jalan terus menelusiri tenggorokanku. Pengaruh minuman mulai terasa, aku baringkan tubuhku di sofa sederhana milik Ira.

"Bang...aku pusing." teriak Ira dari dapur. Ira jalan sempyongan menuju ruang tamu. Segera kosongsong dia, kedekap tubuhnya.
"Ira mau tidur sebentar bang, " ujarnya. Aku papah Ira kekamarnya. Ira kaget ketika tubuhnya kuangkat ke tempat tidur." Bang........." katanya lemah ketika tubuhnya keletakkan ditempat tidur.

" Bang, tolong bangunkan aku nanti sebelum pukul tujuh. Ira takut ketiduran." ucapnya sebelum aku meninggalkan kamarnya.
" Ira, aku juga pusing berat nih. Aku juga takut ketiduran."
" Abang nakal, Ira dipaksa minum....akh...."

"Maaf Ira, abang pikir kamu berpura-pura." ucapku.
Aku melangkah keluar dari kamarnya, sebelum "berkarya" lebih jauh. Aku baringkan tubuhku diatas sofa. Ira dan Aku tertidur lelap, syukur Sari datang sebelum pukul tujuh.

Sari berteriak kegirangan melihat aku ada diruang tamunya. Dia merangkulku diatas sofa, " Bang....datang juga. Ira dimana, bang."? Sari ketawa keras, ketika aku beritahu Ira teler. Sari berlari kekamar Ira.

" Ira...kamu minum..? Sejak kapan kamu belajar minum..?" tanya Sari
" Abang Tan Zung paksa aku minum," jawabnya.
" Iya..bang?. Ira nggak pernah minum alkohol. Aku ...iya..sewaktu- waktu." ucap Sari.

"Aku pikir Ira berpura-pura, aku sudah minta maaf kok," kataku tertawa.
Sari mengingatkan Ira, waktunya berangkat kerja, "abang mandi dulu biar kelihatan segar? " ujar Sari.

Ira menyerahkan handuk, "abang duluan mandi. Cepatan bang nanti kita terlambat."
" Kenapa nggak mandi bareng saja, biar jangan terlambat," ujarku nakal.
" Abang genit. Ayo.... abang duluan...nanti kita terlambat," desaknya sambil menarik tanganku. Sari tersenyum mendengar percakapan singkat antara aku dan Ira. (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/