From this moment I have been blessed/I live only for your happiness And for your love Id give my last breath/From this moment on
I give my hand to you with all my heart/Cant wait to live my life with you, cant wait to start /You and I will never be apart/My dreams came true because of you
From this moment as long as I live/I will love you, I promise you this /There is nothing I wouldnt give/From this moment on
Youre the reason I believe in love/And youre the answer to my prayers from up above
All we need is just the two of us/My dreams came true because of you
From this moment as long as I live/I will love you, I promise you this
From this moment/I will love you as long as I live/From this moment on
Magda malah mengenyekku, " Zung, kasihan... telefon aku bila abang rindu," ujarnya sambil memegang tanganku.
" Aku tak butuh suaramu, aku ingin melihat wajahmu."
" Boleh bang, bawa saja foto copynya," balasnya bergurau.
==============
" Iya. ayah dan ibuku sangat marah gara-gara hubungan ku dengan Susan."
" Bagaimana mama tua tahu kamu pacaran dengan Susan?" tanya Magda.
" Ada teman sekampung tinggal dengan omnya di kampus, memberi tahukan kepada Sinta. Sinta menceritakan kepada ibu."
" Oh..Maya yang rambutnya panjang?" sahutnya.
" Bagaimana kamu kenal dengan dia?" tanyaku penasaran
"Aku dan Sinta beberapa kali ke rumahnya sebelum pernikahan. Dia pendamping Sinta bukan,?" tanyanya meyakinkan.
" Iya dialah orangnya," jawabku
Ah..Medan kecil sekali. Kakiku terpelintir di Sungai, ibu Ginting ketemu Magda di pasar dan tak sadar membocorkan kepergianku dengan Susan. Bicara tentang Maya, secara kebetulan Magda mengenalnya lewat Sinta. Magda menanyakan ulang keputusanku tentang hubungan Susan. Aku jelaskan aku akan kesana setelah wisuda.
" Maksud abang aku ikut mutusin pacarmu? Nggak lah.! Kalau cuma sekedar jalan, aku dan Mawar mau," jawabnya, disambut ketawa Mawar.
Sebelum memasuki ruangan sidang, Susan menemui ku, "Kapan kamu kembali dari kampung," tanyanya.
" Aku cuma seminggu dikampung, karena aku, Mawar dan Magda membahas ulang beberapa bab skripsi dalam menghadapi sidang nanti."
Mawar mencubit lenganku, sementara Magda berjalan cepat menemuiku setelah Susan meninggalkan aku dan Mawar.
" Ngapain ibu itu?" tanyanya berbisik.
"Dia bilang, kangen berat padaku, " ucapku ketawa sekaligus mengusir ketegangan. Magda tak puas dengan jawabanku, dia bertanya lagi kepada Mawar.
" Mawar, ibu itu bilang apa?"
Mawar cekikan melihat ke ingintahuan Magda. " Ibu Susan menanyakan kapan kembali dari kampung. Rupanya abang kita ini belum melapor sama ibu itu." jawab Mawar.
"Eeehh... abang, tega benar. Pada hal ibu Susan rindunya setengah mati," Magda ngenyek.
" Magda hentikan dulu ocehanmu sebentar lagi giliranku," pintaku. Magda menjauh setelah dilihatnya aku merasa terganggu. " Bang tenang saja, jangan panik," balasnya meninggalkanku.
Mawar mendahului aku dan Mawar maju ke sidang. Aku hentak lengannya memberi semangat. Magda duduk dekatku menggantikan Mawar. Magda diam malah perasaanku semakin tegang. Aku awali pembicaraan ringan seakan aku tak punya beban lagi menghadapi sidang.
" Magda, tadi ibu Susan ngajak aku, Magda dan Mawar makan malam dirumahnya," ujarku bergurau.
Magda menyahutiku dengan berguyon juga. " Aku akan mengundang ibu itu dan abang kerumah makan malam, " ujarnya tak serius.
Sementara aku asyik bicara- menghilangkan rasa tegang- dengan Magda, Mawar keluar dari ruangan sidang dengan wajah ceria. Mawar berlari menuju kami dan merangkul Magda kemudian merangkulku. " Aku lulus dengan nilai sangat memuaskan bang!" ujarnya berurai air mata bahagia.
Giliran Magda masuk ke ruangan sidang. Aku hantarkan dia hingga ke pintu ruangan sidang seraya memberi semangat. Magda menepis tanganku ketika mau mencium tangannya. " Zung, banyak orang tuh.."
Los Angeles. March 2009
Tan Zung