Tuesday, March 3, 2009

Dosenku "Pacarku" (56)


"Every Little Thing You Do"
Hello, let me know if you hear me /Hello, if you want to be near /Let me know /And I'll never let you go Hey love /When you ask what I feel, I say love /When you ask how I know /I say trust /And if that's not enough
[ Chorus ]
It's every little thing you do /That makes me fall in love with you /There isn't a way that I can show you /Ever since I've come to know you It's every little thing you say /That makes me wanna feel this way /There's not a thing that I can point to /'Cause it's every little thing you do Don't ask why /Let's just feel what we feel /'Cause sometimes /It's the secret that keeps it alive /But if you need a reason why

Is it your smile or your /laugh or your heart? /Does it really matter why I love you? /Anywhere there's a crowd, you stand out Can't you see why they can't ignore you /If you wanna know /Why I can't let go /Let me explain to you That every little dream comes true /With every little thing you do
[ Chorus X2 ]
==============================
Kembali suara ibu Rukiah memanggil Susan dan memberitahu jika air
panasnya telah tersedia. " Bang sebentar aku persiapkan permandian
mu." ucapnya sambil meninggalkan ku.
=============================
Susan dan Rukiah memapahku ke kamar mandi. Aku menolak ketika Susan menanyakan bila aku perlu dibantu, meski sebenarnya aku membutuhkan bantuannya, " Zung, perlu dibantu?" tanya Susan setelah Rukiah meninggalkan kami.

Susan menggedor pintu kamar mandi setelah beberapa lama dia tidak mendengar percikan air dikamar mandi. Entah kenapa tangan kurang kuat mengangkat gayung membasahi tubuh. Aku terduduk di kursi yang di sediakan Susan, mengerang kesakitan. Dia menggedor ulang seraya menyuruhku membuka pintunya.

Buru-buru aku membasahi wajah menutup1 kelopak mata yang mengeluarkan cairan menahan sakit. Susan segera menahan tubuhku yang hampir terjatuh setelah pintu terbuka. " Aku tadi tanya kalau mau dibantu, abang menolak," ujarnya kesal.

" Susan, aku kedinginan," ujarku. Sebenarnya, menolak secara halus uluran tangannya memandikanku. Susan memapah ke kamar tidur setelah melap sebahagian tubuhku. Susan tidak keberatan ketika aku mengajak pulang dan mampir di"klinik" pak Ginting yang merawat beberapa bulan lalu ketika aku mengalami kecelakaan.

Tiba di rumah pak Ginting, Susan heran dan enggan turun dari mobil, " Bang, kita kerumah sakit saja," ajaknya. Aku jelaskan, bahwa pemilik rumah ini adalah " dokter spesial tulang" yang telah merawatku ketika mengalami dua kali kecelakaan.

Pak Ginting dan isterinya menyongsongku ke halaman rumah sambil membawa tongkat penyanggah. "Kenapa lagi kau nak?" tanya ibu Ginting dengan wajah prihatin.

Aku menyuruh Susan meninggalkanku setelah melihat rasa enggannya masuk ke rumah pak Ginting. " Susan pulang saja, aku nanti diantar pulang pak Ginting," ujarku pelan ketika pak Ginting mengemasi ramuannya di dapur.

" Pukul berapa abang aku jemput.?"
" Tidak usah dijemput, nanti aku ditemani oleh pak Ginting, mungkin aku sampai besok disini," ujarku kesal, suaraku agak meninggi.

" Tidak usah menginap nak, nanti malam juga sudah bisa pulang," sahut pak Ginting dari dapur. Susan merasakan rasa dongkolku, "abang kok marah,?" tanyanya pelan. Pak Ginting menyela percakapan kami, sebelum aku menjawab Susan.
" Yang ini yang ke berapa nakku," tanyanya ketawa dalam bahasa daerah, sambil membawa obat ramuannya.
"Tellu ( tiga pak, pen)" jawabku ketawa. Aku teringat pertanyaan yang sama diajukan pak Ginting, ketika Magdalena dan Mawar bergantian merawatku dirumahnya, dulu.

Ibu Ginting yang mendengar percakapan kami, menasehatiku ketika aku mengatakan, Susan adalah "serap". Dengan bahasa daerah, segera aku minta maaf kepada ibu atas kelancanganku meski itu hanya gurauan, sementara pak Ginting tersenyum seraya kedua tangannya mengurut kakiku. (Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment