Tuesday, March 3, 2009

Dosenku "Pacarku" (57)

" My Girl "
I've got sunshine on a cloudy day. /When it's cold outside I've got the month of May. /I guess you'd say What can make me feel this way? /My girl (my girl, my girl) /Talkin' `bout my girl (my girl).

I've got so much honey the bees envy me. /I've got a sweeter song than the birds in the trees.
I guess you'd say /What can make me feel this way? /My girl (my girl, my girl) /Talkin' `bout my girl (my girl).

Hey hey hey /Hey hey hey /Ooooh.

I don't need no money, fortune, or fame. /I've got all the riches baby one man can claim. I guess you'd say /What can make me feel this way? /My girl (my girl, my girl) /Talkin' `bout my girl (my girl).


Aku menjerit kesakitan ketika pak Ginting mengurut kakiku, sementara Ibu terus mengajakku ngobrol untuk mengalihkan rasa sakit. Aku melihat wajah Susan meringis, tangannya melap peluh di wajahku.

Susan duduk diatas dipan setelah minta ijin dari pak Ginting. Dia mengangkat kepalaku ke atas kedua pahanya sambil mengusap kening dan wajahku. Susan memegang erat tanganku ketika aku berteriak menahan pijatan tangan pak Ginting. Sepertinya aku kehabisan nafas menahan rasa sakit; "ini yang terakhir," ucap pak Ginting mengakhiri pijatannya.

Pijatan terakhir ini menguras habis tenagaku. Aku terkulai lemah diatas pangkuan Susan; dia tidak merasa sungkan menciumiku dihadapan pak Ginting dan isterinya.

"Dia nggak apa-apa nak. Sakitnya hanya sebentar, biarkan dulu dia tidur sejenak, " ujar pak Ginting kepada Susan yang masih terus mengelus-elus kening dan pipiku.
" Zung, kita pulang, tidur dirumah iya bang," bisiknya ke telingaku.

Pak Ginting kembali kedapur, dia menyeduh jamu," Nak, minum ini untuk mengembalikan tenagamu," ujarnya. Sejam kemudian, pak Ginting mengijinkan aku pulang. Sebelum meninggalkan "klinik", Susan berbisik menanyakanku berapa yang harus dibayar sebagai balas jasa pak Ginting. Susan menyalamkan ketangan pak Ginting, duakali lipat dari jumlah yang aku sebutkan. Aku membujuk Susan, supaya aku diantar langsung pulang kerumah, tetapi dia menolak, " Nggak bang, malam ini abang tidur dirumahku. Besok pagi aku antar pulang sekalian aku ke kantor."
***
Semalaman Susan mendampingiku tidur, sebelum aku dan Susan tidur terlelap, aku mengutarakan rencana pulang ke kampung sebelum maju ke meja hijau. Susan menolak rencanaku dengan dalih, persiapan meja hijau, " kenapa nggak setelah wisuda saja pulang kampung.?"

" Aku sangat rindu kepada orangtua dan adik-adik."
" Kapan ? Rencana berapa lama dikampung.?"
" Besok lusa. Hanya dua minggu, " jawabku.
" Zung, itu terlalu lama. Abang harus benar-benar persiapkan diri, kaki abang belum pulih."

" Bilang saja, Susan nggak tahan menanggung rindu. Dua minggu serasa dua tahun..."
" Iya..., abang sudah tahu, kenapa masih tega pergi terlalu lama. Memang seminggu rindunya belum puas kepada orangtua.?"

" Kenapa nggak ikut saja Susan, seharian bisa "lengket" terus," ujar ku bergurau.
" Zung, aku mau, tetapi aku nggak bisa meninggalkan pekerjaan. Abang sendiri dulu kali ini, tetapi janganlah dua minggu, seminggu saja iya bang, " bujuknya sambil memelukku dalam pembaringan. ( Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment