Wednesday, March 11, 2009

Dosenku "Pacarku" (79)

http://www.youtube.com/watch?v=8GxHfJsemnU

===============
Maya diam ketika ku tanyakan siapa pacarnya sekarang, malah bertanya, mengenai hubunganku dengan Magdalena.
===============
" Hubunganku dengan Magda telah berakhir. Maya mau pacaran denganku,?" ujarku berguyon. Maya keok, wajahnya menunduk, modalnya hanya senyum. Aku tahu dia tak akan mampu bermanuver seperti Magda, Mawar dan Susan. Sekampung tahu, kalau urusan berpacaran, Maya zero kilometer. Malam ini ketemu pula sama lelaki yang" kilometernya" sudah hampir kembali ke zero lagi."

Aku mengulang pertanyaanku seakan serius, mau nggak?" Maya tak menjawab hanya memandangku kemudian menunduk sambil menikmati makanannya. Sebelum dia menjawab iya atau tidak, segera ku alihkan pembicaraan kepesta pernikahan Sinta esok paginya. Sungguh, saat itu, aku belum terpikir untuk "menenun " lembaran baru, kecuali iseng.

Sepertinya, hati mulai jenuh berurusan dengan api asmara yang menghanguskan, apalagi dalam waktu dekat aku harus mengahadapi masalah baru, "bercerai" dengan Susan. Aku juga ingat pesan Magda, "jangan ada lagi korban baru." Makan malam kami akhiri tanpa ada "komitmen" antara aku dan dia, meski aku merasakan, Maya menaruh perhatian pada ku.
***
Ibu menegur ketika melihatku belum berkemas setelah bangun pagi. Aku tak bergairah pergi ke pesta pernikahan Sinta. Tidak hanya ibu menegurku, semua keluarga termasuk tamu dirumah "mengeroyok" ku agar segera berkemas.

Milhat aku bergeming dengan keroyokan mereka, tanpa sepengetahuanku ompung pergi menjemput Maya ke rumah. Maya datang bersama ompung. Maya pasang badan dan membujukku agar segera berkemas.

" Zung, sebentar lagi acara pemberkatan, ayolah bang, temani Maya, " bujuknya.
" Berangatlah kalian, aku menyusul," jawabku.

Maya tak bergerak dari tempatnya berdiri dan terus membujukku di dukung oleh ibu. Akhirnya aku mengalah, segera aku bangkit meski perasaan dihinggapi rasa malas. Aku melihat Maya masih dirumah, ah....dia menungguiku selesai mandi seraya bercakap-cakap dengan ibu. Ibu agak lemas, tak bergairah, ketika melihatku mengenakan pakaian kemeja lengan pendek tanpa dasi. Maya mendekatiku," Zung, kok ke gereja pakaiannya seperti itu. Abang marahan dengan Sinta.?"

" Nggak, apa hubungannya pakaianku dengan Sinta?" Ibu mendekatiku dan berujar, " Kamu nggak menjaga perasaan pamanmu. Pamanmu juga akan kesal kepada ibu dan ayah, dikira kami tidak mengingatkanmu," ujar ibu lembut.

Lagi-lagi aku mengalah menuruti "kemauan" ibu dan Maya untuk mengganti kemeja dan memakai dasi. Maya mengajakku jalan bersama diiringi senyum dikulum dan menyanjungku, " Zung tampak semakin gagah dengan pakaian seperti itu."
" Gagah katamu, nggak tahu perasaanku tersiksa dengan pakaian seperti ini. Aku tak suka. Tapi demi kau aku rela." Aku tak menyadari kalimat terakhir membuat hatinya berbunga-bunga.
" Maya pergi duluan dengan ibu, aku belum dapat berjalan dengan sempurna. Nanti kita ketemu di gereja." ucap ku.
" Kita sama sajalah bang, aku nanti mendampingi abang jalan."

" Hari ini, Maya mendampingi Sinta bukan aku," ucapku.
" Iya, aku tahu bang, ayolah, " ajaknya ambil menggandeng tanganku. Pagi ini Maya sedikit lebih "agresif", tidak seperti yang aku kenal dulu, pemalu dan pendiam.

Aku coba lagi "mengusirnya": "Maya duluanlah, kamu kan pendamping Sinta, nanti kamu di tungguin."
" Nggak. Aku sudah katakan kepada mereka, nanti ketemu di gereja, " jawabnya.
Aku berusaha menutupi langkah ku yang masih pincang dengan berjalan pelan dengan Maya. Jarak rumah ke gereja hanya sekitar seratus meter.

Selama prosesi acara pernikahan dalam gereja, pikiranku tak fokus. Pikiran dan hati masih terganggu dengan hubunganku dengan Susan. Sementara acara berlangsung, Maya sekali-sekali melirik kearahku, tak sengaja kami bersua mata. Selesai acara pemberkatan nikah, Maya memisahkan diri dari rombongan pengantin saat undangan memberi ucapan selamat kepada kedua pengantin dan keluarga.

Maya menjemputku dari kursi dan menggandeng lenganku menuju depan mimbar tempat keluarga menerima ucapan selamat. Aku berusaha menolak, tetapi Maya bersikeras mengajakku. Akhirnya aku mengalah lagi dengan bujukannya. Aku tak ingin mempermalukannya dihadapan orang banyak. ( Bersambung)
Los Angeles, March 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment