Monday, March 16, 2009

Dosenku "Pacarku" (87)

Have You Ever Seen The Rain
Someone told me long ago/There's a calm before the storm, I know;
It's been comin' for some time./When it's over, so they say,/It'll rain a sunny day,/ I know;

*)Shinin' down like water./I want to know, have you ever seen the rain?/I want to know, have you ever seen the rain Comin' down on a sunny day? Yesterday, and days before,/Sun is cold and rain is hard, I know;

Been that way for all my time./'Til forever, on it goes/Through the circle, fast and slow, I know;
It can't stop, I wonder. I know;
*)
=================
" Abang tenang saja, nggak usah gugup menjawab pertanyaan mereka, apalagi mengahadapi bapak "S" itu, soknya bukan main. Pertanyaannya aneh-aneh, nggak ada hubungannya dengan mata kuliah dia. Ibu Susan mantap bang, pertanyaannya sangat enteng," terang Mawar.
================
MAGDALENA keluar ruangan lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa yang diuji sebelumnya. Magda berlari kecil menuju kearahku dan Mawar. Magda memelukku, juga mengeluarkan air mata kebahagiaan. Dia mengangkat wajahnya memandangku. " Bang, akhirnya perjuangan kita nggak sia-sia." ujarnya.

" Kita? Magda, kau lupa, nasibku masih diujung tanduk. Aku belum diuji," kataku datar. Magda terdiam mendengar ucapanku. " Abang pasti lulus, pasti!. Nggak usah gentar bang! Hadapi mereka dengan tenang. Ibu Susan mengajukan pertanyaan sangat ringan," ujarnya memberi semangat.
" Magda, tadi sebelum masuk ke ruangan sidang kamu janji mau.."
" Janji apa bang?.." potongnya. " Ah..abang ada-ada saja. Masak sih disini..?" ujarnya setelah dia menyadari niatku yang tergantung.
" Lha, masak hanya pegang tangan pun harus tersembunyi..?"
" Ya..iya lah..ayo bang..." ujarnya seraya menggemgam tanganku erat menjauh dari keramaian. " Sudah puas? Maunya apa lagi bang...?" tanyanya disambut tawa Mawar.

Sementara menunggu giliran, Magda dan Mawar terus memberiku semangat sebelum giliran tiba. Aku nggak sabaran menunggu giliran, mestinya giliranku sudah tiba. Magda mulai gelisah dia ke sekretariat menanyakan kapan giliranku. Karyawan yang ditanyakan tersenyum menjawab Magda." Gilirannya diganti dengan yang paling akhir, karena namanya berawal huruf " Z".
Ini pasti kerjaan Susan pikirku, setelah Magda memberitahukan alasan sekretariat mengundurkan giliranku yang paling akhir.

Magda dan Mawar mengantarkanku hingga kedepan pintu ruangan sidang. Magda menghentak punggungku," tenang bang."
Aku melihat Susan duduk diantara dosen penguji. Dia memandangiku hingga aku duduk dikursi "pesakitan". Susan mengawali pertanyaan, segeraku sambar. Susan mengangguk. Susan meberi kesempatan kepada dosen lainnya, semuanya aku lahap. Terakhir Susan mengakhiri dua pertanyaan, keduanya " aku kunyah habis".

Aku lulus sangat memuaskan. Aku segera bangkit dari tempat duduk dan menyalami Susan. "Terimakasih bu." ucapku. Juga menyalami semua dosen penguji lainnya. Aku meninggalkan ruangan seperti berjalan di udara karena kebahagian. Aku ingin terbang ke kampung memberitahu hasil ujianku. Tadinya kedua orang tuaku mau menghadirinya, tetapi karena nenekku sedang sakit, mereka tak tega meninggalkannya.

Magda dan Mawar menyambutku, Magda memelukku erat. "Abang lulus.....! Magda menempelkan pipinya ke pipiku agak lama. Kan tadi aku bilang akhirnya perjuangan kita tidak sia-sia," ujarnya sambil menyeka air mata. Mawar mengajak aku dan Magda kerumahnya.

Magda menyerahkan kunci motornya. " Zung yang bawa," ujarnya. Diparkiran aku (lagi) "mencobai"nya. " " Magda, perjuangan kita setengah mati selama kuliah, kemudian aku dan kamu berhasil. Mengapa kita tidak saling memberi "oleh-oleh" sebagai tanda kenangan abadi!?"

" Zung! Tadi kan sudah. Apalagi maunya!?" tanyanya serius. " Nantilah, entah kapan-kapan," lanjutnya seraya mengajakku segera pergi.
" Magda, aku tak mau menunda hingga kapan pun. Aku mau sekarang, jika Magda berkenan."
" Zung! Apa lagi..? Ah..abang banyak maunya. Nggak!"
" Ya. Sudah aku naik angkutan umum saja,"ujarku seraya menyerahkan kunci motornya.
" Lho. Abang serius?" Ya...iya..sinian bang.."
***
Sebelum kerumah Mawar, kami mampir dulu kerumah Magda. Mami Magda menyambut kami dengan rasa sukacita. Satu persatu kami diciumi, air mata kebahagiaan mengiringinya.

Mami mengingatkan Magda, Aku dan Mawar makan malam bersama. Segera kami berangkat menuju rumah Mawar. Suasana dirumah Mawar sangat riuh, seluruh keluarga dan ponakan berkumpul. Mawar memperkenalkanku kepada kakak ipar dan seluruh keluarga. " Oohh..yang ini namanya Tan Zung. Apa khabarmu Zung. Namamu sering kakak dengar tapi nggak pernah ketemu," ujar kakak Mawar yang paling tua.
***
Aku berbisik ke Magda. "Kita pulang saja, lebih baik kita dirumahmu. Suasananya terlalu ramai, aku pusing," keluhku.
"Zung, kau cari perkara. Nanti Mawar marah. Sabar dikitlah bang. Iya nanti kita kerumah, tapi tunggu dulu sebentar," bujuknya.
" Magda, kepala pusing. Aku mau istrahat. Aku kurang tidur tadi malam."

Magda memanggil Mawar dari dapur. Mawar tak keberatan aku pulang duluan setelah melihat pisikku agak lemah. Sebelum kerumahnya, aku singgah di kedai kopi aseng ingin beli makanan pengganjal perut. Aku baru sadar kalau sejak pagi aku hanya minum teh.
" Ngapain kita kesini bang? Jangan, aku nggak mau, " ujarnya. Dia tetap dalam boncengan.
" Magda, aku lapar. Sejak pagi aku nggak makan, nggak selera, " bujukku.
" Kita makan pangsit di Selat Panjang saja. Aku juga lapar ," balasnya.
" Zung, kali ini aku yang traktir, jangan pakai tersinggung segala. Abang nanti kutinggal," ujarnya ketawa.

Aku dan Magda agak lama di restaurant, kebetulan pengunjungnya agak sepi. Kami bicara serius tetapi tak ada lagi menyinggung tentang masa lalu. Kini aku dan dia merasakan sebagai saudara dekat. Magda tak segan-segan lagi menegurku bahkan membentak kalau dianggapnya aku "melenceng". ( Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment