Monday, March 16, 2009

Dosenku "Pacarku" (88)

http://www.youtube.com/watch?v=znS3rVjXRrg&NR=1

===========
Kami bicara serius tetapi tak ada lagi menyinggung tentang masalalu. Kini aku dan dia merasakan sebagai saudara dekat. Magda taksegan-segan lagi menegur ku bahkan membentak kalau dianggapnya aku "melenceng".
==================


DENGAN kedekatanku sebagai saudara mengharap, dia akan merubah keputusan tidak akan menikah selamanya. Aku telah tulus melepaskannya seandai Magda mempunyai pilihan lelaki lain. Aku juga tak segan mengutarakan masalah pribadiku tanpa ada maksud mempengaruhi agar hubungan kami kembali. Kini, hanya aku ingin menunggu waktu yang tepat membicarakan mengenai Maya. Kembali kami berbicara mengenai hubunganku dengan Susan.

" Zung, perkuliahan kita sudah selesai. Tak ada lagi yang perlu abang takut kan. Jangan abang gantung perasaan ibu Susan. Segeralah abang mengambil keputusan. Tetapi saranku, akhirilah hubunganmu dengan dia. Aku berani mengatakannya, karena ibu itu punya suami. Aapapun alasannya, abang tak pantas menggunting dalam lipatan," ujar Magda serius.

" Iya, rencanaku besok hendak kesana. Boleh aku pinjam motormu?"
" Nggak terlalu jauh naik motor kerumahnya?" tanyanya.
" Iya memang cukup jauh, tapi nggak apalah, biar ada alasanku pulang mengembalikan motor bila Susan menahanku menginap dirumahnya. Magda, entah kenapa aku paling sukar menolak permintaannya, itu kelemahanku yang selalu dimanfaatkan ibu Susan.

Memang selama ini kalaupun aku nginap, kami tak pernah berbuat melampaui batas. Aku dan Susan masih bisa menahan diri. Magda, mungkin aku pinjam motormu dua hari karena aku juga rencana mau pindah dari rumah kosku sekarang, menungu berangkat ke Jakarta akhir bulan ini.

" Abang pakai saja sesuai kebutuhanmu, nanti aku pakai mobil antar mami kepasar atau ketempat lain. Abang serius mau ke Jakarta,?" tanyanya pelan.
" Iya, aku serius," jawabku. Aku segera mengajak Magda pulang, aku melihat ada perubahan dalam wajahnya ketika ku katakan akan berangkat ke Jakarta akhir bulan. Memang aku pun merasakan beratnya meninggalkan kota Medan, kota kenangan yang tak akan pernah terlupakan. Dikota ini aku mengenal indah dan pahitnya hidup bercinta.

" Ada yang aku bicarakan denganmu Magda tetapi kita bicarakan dirumah saja." Magda merasa heran setelah aku mengajak pulang dan ingin membicarakan hal yang serius sementara aku akan berangkat ke Jakarta. Aku menduga, pikirannya pasti mengenai hubungan kami.

Magda mengajakku bicara di rumah, ketika aku mengambil tempat duduk di teras. Dia mengajakku ke dapur. Magda menyediakan minuman teh hangat untuk kami berdua. " Ada hal yang serius bang? " tanyanya sambil menyeduh teh. Aku membantu dia mengangkat kedua gelas ke ruang tamu. Magda duduk berhadapan denganku.

"Magda, ketika aku pulang kampung, Sinta mendesak-desakku berteman dengan Maya. Awalnya aku nggak tertarik. Tetapi karena semua keluarga termasuk ompung kita "komporin" akhirnya aku mau. Maya itu temanku sekelas ketika di es-de hingga di es-em-pe. Orangnya baik dan cerdas seperti kamu."

" Lalu kenapa dengan Maya?"
" Sebenarnya aku tidak ada masalah dengan Maya. Yang menjadi masalah adalah om dia. Ketika aku mengantar Maya pulang, om itu menunjukkan rasa tidak senang denganku. Dia adalah dosen di salah satu fakultas di kampus kita. Dia mengetahui hubunganku dengan Susan. Menurut Lisa kakak Maya, itu lah alasannya melarang Maya berteman denganku. Hampir sebulan ini aku tak pernah ketemu dengan dia, kecuali dengan kakaknya. Om nya selalu mengawasi langkah Maya."

" Nah....sekarang baru ketahuan. Aku dan Mawar sudah tertanya-tanya setelah pulang dari kampung abang seperti kehilangan semangat. Rupanya ini penyebabnya. Ya..ya..iah......itoku. Aku kan sudah bilang sebelum abang berangkat kekampung, jangan lagi "main api". Yang satu belum beres, masalah baru menggerogotimu."

" Itulah alasannya, aku mau berangkat akhir bulan ini. Tadinya rencanaku dua bulan yang akan datang."
" Zung, aku mau mendatangi Maya, apa pesanmu.?"
" Nggak usah lagi lah, aku capek. Aku hanya ingin memberitahu sebelum kamu tahu dari orang lain."

" Jadi abang mau "melarikan diri" ?
" Nggak.! Aku hanya menenangkan diri sambil mau cari kerja."
" Bang, kenapa harus di Jakarta. Abang kerja di Medan saja. Kalau abang berangkat, nggak ada lagi temanku berantam. Aku serius, minggu depan aku dan mami ke kantor gubernur, biar aku tanyakan bagian personalianya."

" Nantilah aku bicarakan dulu dengan ayah. Tetapi aku ke Jakarta dulu sambil mau liburan. Magda mau ikut?"
" Terlalu jauh bang, mami nggak ada temannya." ujarnya dengan suara lemah.( Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment