======================
" Apa dasar keberatan om John jika aku berteman dengan Maya ?" tanyaku.
" Aku juga nggak tahu pasti, tetapi kemungkinan, karena dia tahu kamu berhubungan dengan Susan."
" Baiklah ! menurut kakak aku harus bagaimana.?"
" Aku mendukung hubungan kalian, nggak usah terlalu dipikirkan sikap om John. Mungkin setelah Tan Zung selesai sidang dan dia tahu kalau kamu tidak lagi berhubungan Susan, om pasti berubah."
" Jadi maksud kakak, aku dan Maya selama sebulan ini "puasa" dulu?"
" Kan nggak lama itu, " ujar Lisa sambil mengajakku pulang.
" Iya aku rindu kepada kalian bertiga."
" Kok bertiga,?" tanya Magda serius
" Magda, Susan dan tongkatku." Magda tak dapat menahan ketawanya.
" Iya aku tahu itu, aku mencium baunya hingga kekampung. Paling tidak, sekarang, aku mau melihat abunya."
" Abang dapat sahabat baru disana?" tanya Magda. Maminya segera meninggalkan kami setelah mendengar pertanyaan Magda dan berujar, " eehee.. tahe borukhon( oalah...putriku ini, pen)"
" Iya aku ketemu, tetapi dia sekarang sedang di pasung," ujarku.
" Zung serius?"
" Serius lah, tak kau lihat abang lemas tak bergairah?"
" Oalah.. nasibmu bang. Ada perempuan bebas, abang memasungkan diri. Sekarang abang sudah bebas, sahabatmu yang terpasung, kasihan!" ucapnya berpura-pura sedih.
" Magda, jangan kamu tambahkan penderitaanku. Telephon lah Mawar biar kita mulai diskusi."
" Diskusi tentang perempuan yang terpasung?" tanyanya ngenyek.
" Magda bilang mau belajar, mengulang, kok sekarang bicaramu ngelantur.?"
" Iya, mana buku abang, pena juga nggak punya!?"
" Kan kau punya. Apa bedanya bukuku dengan bukumu," sahutku
" Nggak! Abang pulang ambil buku, catatan dan skripsimu," balasnya lagi dengan setengah teriak.
Mami Magda menemui kami ke ruangan tamu sambil geleng- geleng kepala. " Kapan kalian bisa akur. Setiap ketemu pasti ribut."
" Si abang buat gara-gara. Mau belajar tapi nggak bawa apa-apa, enak saja si aban," katanya kesal.
"Apa bedanya dengan bukumu, namanya belajar bersama itu harus akuran." ujar maminya.
Magda pergi melengos mendengar pembelaan maminya kepadaku. Magda menelephon Mawar supaya bergabung dengan kami.
" Bagaimana bu, sudah boleh kita mulai,?" tanyaku.
" Si Susan ibumu bukan aku," balasnya masih merasa kesal meninggalkan aku diruang tamu.
" Berikan padaku sebagian, atau aku pangku kau berikut buku-bukunya ke teras, mau?" ancamku.
" Huh...nih, abang," ujarnya seraya menyerahkan semua yang ada ditangannya.Sayang, tanganku tak mampu memegang semua buku itu. Magda mengomel ketika buku-buku itu bertaburan di lantai. " Abang sok mau memangku orang, buku sajapun tak dapat abang pangku," ujarnya sambil membantuku mengangkat buku yang bercereran, Magda terus mengoceh sambil berjalan ke teras. (Bersambung)
Los Angeles, March 2009
Tan Zung
No comments:
Post a Comment