Thursday, April 2, 2009

TELAGA SENJA ( 1)


http://www.youtube.com/watch?v=5VMdiX5tq5A

Dalam kelam malam
duduk terpaku terpasung rindu
rindu berlari engah dibelantara luas
bagai kijang rindu telaga

Bayang-bayang sepi menghantui kalbu
hening, membelengu rindu
angan menata tapak bayang
pada rentang waktu

Sahabat menahan rindu
sendu
tak tahu jarak waktu
memuas rindu


SEHARIAN langkahku berat menapak waktu menembus sunyi, galau, meski aku ditengah crowdednya kehidupan megapolitan. Terik sinar mentari tak mampu mencairkan rindu dendamku. Angin semilir malam itupun tak pernah menjawab ketika aku bertanya, berapa lama rindu mendera sukmaku. Bayang wajah senyum, airmata dan amarah Magdalena tak pernah beringsut dari sudut hati; disudut itu kenangan bertumbuh subur seiring perjalanan waktu.

Dalam mimipi, aku berjalan tertatih lesu di hamparan pasir putih panas menyengat selepas terhempas oleh gulungan ombak samudra luas. Dalam mata rabun berkunang, pucuk kelopak bunga luruh diatas tangkai hampir menyentuh pasir. Dahaga yang membuat kerongkongan kering kerontang diriku tak mampu menggapai kelopak yang luruh sebelum waktunya.

***

“ Hei...bang...bangun. Abang ngingau sepanjang malam,” entak adikku Lam Hot. “ Daripada abang terus tersiksa rindu, lebih baik kembali ke Medan saja. Atau kenapa nggak menhikah saja?” tambahnya.

“ Halah kamu juga cengeng ketika kau pulang kampung. Kurencong pula kau nanti. “
“ Kutikam kau” balasnya.
Halahhh...... kamu berjam-jam dikantor wedana ( kecamatan) telefon Rima, padahal baru berpisah dua hari,” balasku. Kami terbahak dipagi mengenaskan itu. Sementara aku dan adikku saling mengejek, ketukan pintu kamar bertalu-talu, “ Hei mas-mas buruan sudah pukul delapan; kok ketawanya seperti dapat pacar baru,” teriak Rina kakak Rima pacar adikku dari balik pintu kamar.
“ Mas, siap-siap kita mau berangkat. Mau mandi dulu atau aku buatkan kopi,” tanya Rina ketika aku membuka pintu.

“ Ya, biarkan Lam Hot yang duluan mandi,” ujarku sambil melangkah keruangan tamu. Pikiran masih terganggu akan makna mimpi malam. Aku melorotkan tubuhku diatas sofa.
“ Mas, jangan bengong seperti itu,” suara Rina mengagetkan, ketika melihat wajahku menatap kedepan, hampa.
“ Oh...nggak. Aku nggak bengong.”

Rina menangkap gagap mulutku, “ mas rindu dengan seseorang.?”
“ Oh..iya..oh..bukan. Aku ingat orangtuaku,” jawabku .
“Bukan pacar mas.?”
“ Ya juga.”
“Baru seminggu terasa sewindu iya kak,” selah Rima pacar adikku. Hm..bening matanya mengingatkan temanku Ira, pramuria diskotik yang pernah mampir sejenak dalam pikiranku.
***
AKU, Lamhot, Rina dan Rima adiknya duduk melingkar disi meja menikmati serapan pagi sebelum berangkat menuju taman hiburan Ancol.
“ Mas, duduk disini,” ajaknya seraya menarik tanganku duduk disisinya, sementara Rima duduk dipangkuan adikku Lam Hot.

“ Rina mau aku pangku, gantian, adikku pangku adikmu,” kelakarku.
Hush! mas berani-beraninya, ntar pacarmu marah.”
Hih...kakak Tan Zung berani malu,” sambut Rima adiknya.

“ Siapa nama pacarnya mas?”
“ Banyak ! Mau yang mana, pacar sekarang, dua minggu, lima bulan, setahun atau yang lima tahun.?”
“ Busyet! Kakak punya pacar berapa?” sergah Rima.

“ Banyak, dari usia remaja hingga ibu-ibu.”
“ Mas! Aku tanya serius,” seru Rina.
“Aku juga jawab serius.”
Huh! payah orang Medan.”
“ Aku bukan orang Medan. Aku orang Batak-Aceh.”
" Aku baru tahu ada suku Batak Aceh,"balasnya seraya menyedok nasi dan lauk kepiringku.
***
“ Mas, mau dicariin kerja ? Kalau mau, Senin depan aku temani mas melamar pekerjaan ke tempat pakle; kebetulan mereka butuh jurusan akuntansi,” ujar Rina dalam perjalanan menuju taman Ancol.

‘Terimakasih Rin. Aku akan mencoba mencari sendiri.” Dalam hatiku tidak begitu tertarik bekerja dalam perusahaan yang ada kaitannya dengan keluarga. Tiba di Ancol, Rina mencegahku ketika mau membayar uang taksi.
“ Biar aku yang bayar, mas kan belum bekerja.”
“ Rina juga belum."
“ Sudah, aku kerja habisin uang papaku,” jawabnya centil disambut ketawa adikku Lam Hot dan Rima.

Adiku Lam Hot dan Rima segera memisahkan diri meninggalkan aku dan Rina disebuah art galery. Masuk ke ruangan ini bagiku seperti memasuki dunia fantasi. Aku terlalu asyik menikmati sentuhan warna pada kanvas hingga terlupa kalau aku bersama dengan Rina; aku merasa berpergian dengan Magdalena.

“Mas, belum puas ? Disana masih banyak lukisan,” ujarnya mengganggu kenimkmatanku mengurai makna lukisan abstrak yang digelar didinding.
“ Ya...iya sebentar, “ ujarku tanpa menoleh.

Aku bergerak dari satu lukisan kelukisan lain tanpa menyadari, aku mengabaikan Rina yang terus mengikutiku. Agaknya dia kurang tertarik dengan jenis lukisan abstrak. Berulangkali aku berceloteh tentang makna garis lurus dan lekuk diatas kanvas, namun tanpa respons. Hampir saja dia kuhardik, ughh....dia Rina bukan Magdalena sahabat lamaku.

Rina meninggalkanku sendirian, aku memang terlalu egois hanya ingin memuaskan diri sendiri. Bebeberapa saat aku mencarinya tapi tak ketemu, juga adikku. (Bersambung)

Los Angeles. April 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment