Wednesday, March 4, 2009

Dosenku "Pacarku" (59)


Boasa dung Saonari ( Dewi Marpaung)
Ditonga ni borngin i, hundul ma sasada ahu/Hu ida bulan i tung mansai uli..ho. hooo( Ditengah malam, aku duduk sendirian/Aku melihat rembulan indah nian ..hoo)
Tung tompu mai muse naso panagaman ki/Huida rupami dibulan i da hasian ( Begitu tiba-tiba tanpa kuduga/ Aku melihat wajahmu di rembulan oh..kasihku)
Hape najolo tung denggan didok ho tu ahu/Holong ni rohami, alai ndang hujakhon i ( Padahal dulu engkau berkata jujur padaku/Akan cinta kasihmu, namun aku tak berterima)
reff:
Boasa ma dung saonari ito dung sirang ma au sian ho/Tubu holong di rohangki tu ho ito haholongan (Mengapa kini, setelah aku berpisah denganmu/tumbuh rasa cintaku pada
mu kekasih ku)
Aut boi ma nian ulahan ta i muse/Masihol au ito, malungun ahu tu ho (Andaikan kita dapat mengulang kembali/Aku rindu pada mu, sangat merindukan mu)

Tung tompu mai muse naso panagaman ki/Huida rupami dibulan i da hasian ( Begitu tiba-tiba tanpa kuduga/ Aku melihat wajahmu di rembulan oh..kasihku) Hape najolo tung denggan didok ho tu ahu/Holong ni rohami, alai ndang hujakhon i ho..wooo( Pada hal dulu engkau berkata jujur padaku/ Akan cinta kasihmu, namun aku tak berterima)
=================================
Magdalena menemuiku sore hari. Dia datang sendirian tanpa Mawar
sebagaimana sering dilakukan setelah"perceraian" aku dan dia. ================================
Bibi mendatangiku ke kamar, memberitahukan kalau Magdalena ada diruang tamu. Segera aku bergegas, melompat dari tempat tidur. Aku lupa bahwa kakiku belum dapat berdiri sempurna. Aku membekap mulutku menahan suara teriakan karena rasa sakit.

Aku kembali merebahkan tubuh keatas tempat tidur, sementara bibi berdiri kebingungan melihat penderitaanku. Bibi segera keluar dari kamar untuk mengambil air minum, setelah melihat peluh mulai membasahi wajah. " Sebentar bapa, aku mengambilkan air," ujarnya meninggalkanku.

Sayup, aku mendengar suara Magda," kenapa si abang, bu,?" tanyanya. Bibi terus melangkah ke dapur, tanpa menjawab pertanyaannya. Aku melihat bayangan Magda di depan pintu kamar, tetapi dia enggan masuk ke kamar menemuiku.

Dia bertanya ulang kepada bibi ketika membawa secangkir air putih. Magda mengikuti bibi dari belakang, kemudian berlutut disi tempat tidurku. Magda mengambil cangkir dari tangan bibi, menyodorkan perlahan ke mulutku.

Bibi segera meninggalkan kami berdua dan menutup pintu kamar. Aku melihat wajah Magda sedikit kuyu, sementara tubuhnya dibungkus dengan pakaian sederhana. Diatas tempat tidurku, terbata-bata aku menyampaikan terimakasih atas bingkisannya kepada ibuku.

Magda diam tak menyahutiku, kecuali menatap sendu. Aku mengulangi ucapan terimakasihku sambil memberanikan diri memegang tangannya di sisi pembaringan. Magda menyambut tanganku. Tangannya dingin sedikit bergetar dan berujar, " Bang, aku tadi ketemu dengan ibu Ginting di pasar Peringgan. Ibu itu cerita kalau abang mengalami kecelakaan. Siapa perempuan temanmu kesana bang? Ibu Susan ya?"

Magda mengulang pertanyaan yang sama, ketika mulutku diam membisu. Pertanyaannya menohok jantung. Tak ada lagi alasan untuk make up story. Magda mendapat sumber dari orang pertama, selesailah aku sudah. Pikiran bergejolak diliputi rasa tanya, kenapa Magda menaruh perhatian atas hubunganku dengan Susan?. Terganggukah dia atas jalinan kasihku dengan Susan. Kalu iya, mengapa ? Aku akan mengaku jujur, ingin melihat reaksinya dan barangkali disitu jawabannya, pikirku.

" Iya, aku dan ibu itu ke kebunnya. Ketika Aku dan Susan mandi di sungai, tak senganja kaki terbentur dengan batu kermudian terpelintir sebelum aku jatuh."

"Abang dan Ibu Susan mandi bersama di sungai? Sungai mana bang?" tanyanya seraya mengeritkan keningnya.
" Sungai tempat kita dulu pergi beramai-ramai dengan kawan-kawan kelompok belajar ." Magdalena menghela nafas panjang mendengar pengakuan"jujur" dari mulutku. Mata tetap menatapnya, ingin melihat reaksi lanjutan.

" Baru beberapa hari lalu, abang mengatakan mau meninggalkan ibu itu, kok malah abang semakin nggak karuan. Memang abang serius dengan ibu itu? Abang nggak takut di tuduh perusak rumah tangga orang?" tanyanya dengan wajah serius sembari memperbaiki posisi kepalaku diatas bantal.

" Magda, untuk yang terakhir kali dari kekonyolan ini, tolonglah aku. Aku jujur, aku mencintainya setelah pengakuan ibu Susan kemarin malam!"
"Abang tidur dirumah ibu Susan.?" tanyanya dengan suara tertahan.
" Iya, aku akan ceritakan nanti, kenapa pikiranku berubah sejak pertemuan aku, Mawar dan Magda beberapa hari lalu."

Magda, aku lapar, boleh aku minta tolong beli makanan atau kita pergi bersama, kalau Magda nggak keberatan. Segera dia memotong percakapanku, " Ibu Susan yang keberatan," jawabnya nyinyir.

" Dia kan nggak tahu,?"
" Jadi abang ketakutan pada ibu Susan jika kita jalan bersama.?"
" Nggak tahulah, belum pernah ketangkap basah pergi dengan perempuan lain,!" jawabku seadanya sambil terus melihat reaksi di raut wajahnya.
" Iya sudah, abang pergi saja dengan dia, kenapa ngajak aku.?"(Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment