Wednesday, January 28, 2009

Magdalena ( 25)

Celine Dion - I Surrender

==================
Kami saling menyuap, bergantian.(kali pertama suap menyuap, rasa pangsit berubah saksang)
“Lha...katanya abang nggak selera, kok lahap.”?
“Makanya aku ajak kau makan sama-sama, biar ada nafsu makanku .”
=======
Aku bangkit dari tempat tempat tidur, Magda membantu ku duduk.
“Sudah agak lumayan bang,?”
“Sudah ...sudah sembuh total,” jawab ku semangat.
“Belum makan obat kok sudah sembuh...”ujarnya sambil ketawa.
“ Magda, aku panas dingin karena rindu.”
“ Nah...kan ketahuan, abang penyakit ecek-ecek.”
“ Aku juga panas dingin karena ketakutan. Takut padamu Magda.”

“ Karena ketangkap basah tadi malam iya bang. Jam berapa pulang tadi malam dari rumah Sinta.?”
“Aku segera pulang setelah Sinta tiba dirumahnya.!”
“ Oh..iya. Bagaimana khabar mama dan bapak serta adik-adik di kampung,?”
“Sehat semua, ibuku kirim salam dan menyampaikan terimakasih atas oleh-oleh kain sarungmu,”
“ Mama senang .?
“Ya. Tetapi aku yang pakai duluan buat selimut.”

“Aku tanya serius bang, masa sarung dipakai selimut.?
“Pengobat rinduku.....”
“Kenapa nggak jadi datang hari Jumat lalu. Keasyikan sama pariban iya,” tanyanya sinis.
“ Ibu menahanku. Ibu masih rindu.”
“ Kebetulan Sinta ada juga disana iya bang."
“ Iya...” jawabku. ( aku punya firasat jelek).

“ Pantaslah abang betah, ada pariban mendampingimu.”
“ Magda, aku mau berkata jujur, sejujurnya. Benar, aku dan Sinta pariban, tetapi kami tidak punya hubungan khusus, percayalah padaku. Magda kan tahu kalau dia punya pacar dan hubungan mereka sudah cukup lama . Memang tulang, orang tua Sinta, tidak setuju gara-garanyaa marga mereka marpadan, jadi mereka mar bersaudara,” jelas ku.

“ Ya..dia sudah cerita ke aku, orangtuanya suka kamu kan.?
“ Magda kok tahu .?”
“ Ya...aku tahu. Sinta sendiri yang cerita .”
“ Memang, tulang, bapaknya Sinta senang ke aku, tapi masya aku nikah sama tulang, lelaki lagi,” ujarku.

“ Bang....aku serius nih, abang suka sama Sinta, kan? Enak punya pariban seperti kejadian tadi malam. Tidak punya hubungan khusus tapi Sinta terlelap di sisi bahu abang.” ujarnya getir .
“ Magda, dia kelelahan, selama dikampung tidak ada istrahatnya dan kami di perjalanan selama enam jam. Magda tolonglah jangan berprasangka,"pinta ku. Kita sudah empat tahun berteman, masihkah kau belum memahami hatiku sesungguhnya?. Segampang itukah aku melacurkan hatiku meski dia pariban? Aku harus bagaimana lagi menjelaskan ? Bagaimana kalau kita bicara dengan Sinta sebelum dia pindah ke Labuhan Deli, biar semua jelas. Jangan ada lagi rasa curiga seperti ini, ok Magda.?

Magda diam...matanya menatap kosong kearahku. “Bagaimana, kita bertemu dengan Sinta besok pagi.?”
Magda menggelengkan kepalanya perlahan, dia menggigit bibirnya dan terisak sambil beranjak dari tempat duduknya. Magda merebahkan tubuhnya ditempat tidurku; dia benamkan wajahnya dibantal guling pembeliannya, sesugukan.
Oalah, tadi sudah enak-enak..kok ujungnnya seperti begini...”now I need to live the truth...”

Ternyata Magda lebih hebat dariku soal menyimpan perasaan. Magda masih mampu berlakon mesra “suap menyuap” namun dalam hatinya tersimpan bara yang siap menghanguskan...oooalah...cinta. (Bersambung)
Los Angeles, January 2009
Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment