Sunday, March 1, 2009

Dosenku "Pacarku" (52)

http://www.youtube.com/watch?v=8zlt57Q7ZVU

================
Welelhh, aku cuma bercanda, kok ditanggapi serius? Mati aku.
“ Kok, Susan serius, aku hanya bercanda.” ujarku.
“ Aku serius bang.!” jawabnya belum melepaskan pelukannya.
================
KAMI berangkat ke kebun dengan mobil Land Cruiser milik suaminya. " Zung kamu yang setir, hati-hati jalannya masih tanah dan berkubang," ujarnya ambil menyerahkan kunci mobil. Sebelum kami tiba, Susan menyuruhku menghentikan mobil disisi bahu jalan."Tunggu sebentar bang, aku mau mengambil kunci rumah." Aku dan Susan menuju rumah sederhana, disambut seorang perempuan usia paruh baya.

"Selama ini, mereka sudah bertahun-tahun mengurus kebun dan rumah peninggalan ayah. Entah mengapa suamiku tak pernah mau diajak ketempat ini," ujarnya.

" Kapan Susan terakhir kesini? tanyaku, sementara Susan membuka pintu.
" Sejak ayah meninggal. Ini kali pertama aku berkunjung, kecuali ibu sekali dua minggu masih tetap berkunjung,"ujarnya dengan suara tersendat.

"Susan kita datang kisini mau melanjutkan semaian kasih yang sedang bergelora atau untuk mengingat masa lalumu?"
" Iya Zung, maaf aku terbawa perasaan, " ujarnya, bibirnya menyapu suara tersendat.

Susan menuntunku ke sebuah kamar, tampaknya tempat tidur dan bed cover baru terpasang, semerbak wangi menyembul dari dalam kamar. Susan merebahkan tubuhnya diatas kasur, membiarkan aku berdiri menatap sekeliling ruangan.

" Puluhan tahun lalu, kamar ini , tempat aku, ayah dan ibu melepaskan lelah setelah kami selesai "menjelajahi" kebun dan mandi bersama di sungai yang baru saja kita lewati. Zung, kesini rebahan, abang tampaknya letih."
Ibu Rukiah yang merawat rumah dan kebun datang menyusul membawa sejumlah bungkusan. " Neng Susan, aku sudah siapkan makanan dimeja," teriaknya dari ruang makan.

Aku bergegas bangkit dari tempat tidur, tetapi Susan menahanku seraya bertanya, " Zung, aku mencintaimu dengan sepenuh hati. Apakah abang mencintaiku?"
" Iya Susan, aku mencintaimu, tetapi aku bingung kenapa aku mencintai seorang perempuan yang telah mempunyai suami?"
" Zung, aku telah mengutarakan semua kisah pernikahanku dengan suamiku ."
" Iya, tetapi Susan masih terikat pernikahan dengannya. Bagaimanapun aku harus menghargai ikatan itu."

Susan diam, matanya menatap hampa langit-langit kamar, tangannya melepaskan pelukannya dari tubuhku. Aku segera mengakhiri kekakuan dengan membalikkan tubuhku menghadapnya seraya berbisik di telinganya, " Susan, aku akan segera menikahimu setelah Susan resmi bercerai dengan suamimu."

Susan membalas dekapanku erat seakan tak mau melepaskan. " Zung, aku akan meminta cerai setelah dia kembali dari London. Seperti aku ceritakan sebelumnya, suamiku ( dulu) ingin memulangkan aku kerumah ibu, tetapi ketika itu aku masih menolak, aku tidak tega. Bang, nanti setelah kita menikah, kita akan berbulan madu ke California, mau kan abang.?"
"Jangankan ke California, ke bulanpun aku mau," jawab ku bergurau.

Kembali ibu Rukiah mengingatkan kami, jika makanannya telah sedia. Susan melepaskan dekapannya turun dari tempat tidur mendahuluiku, dia berlagak mengangkat tubuhku dari tempat tidur," bang ayo makan," ujarnya sembari ketawa.

Seperti biasanya, Susan mengisi piring dan gelas, dia duduk persis di sebelahku. Sembari menikmati makanan siang dia mengutarakan rencana kedepan bila nanti kami menikah, mulai dari jumlah anak hingga pekerjaan setelah aku di wisuda.

Pada akhir tuturan rencananya, dia bertanya, " bagaimana bang, setuju kita cukup punya anak dua? Zung, mau kan bekerja ditempat ayah bekerja di masa hidupnya?"

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala. Susan mencubit pahaku minta jawaban pasti, " Zung, aku nggak suka cara abang menjawab pertanyaan ku. Ayo bang, jawablah, kita cukup punya dua anak, dan abang mau bekerja ditempat alamarhum ayah bekerja.?"

" Iya, dua belas anak pun aku setuju dan mau bekerja di perusahaan tempat ayahmu-mertuaku- bekerja."
Mendengar aku menyebut "mertua" Susan langsung berdiri dari kursinya dan mendekap seraya memutar wajahku menghadap wajahnya matanya binar, mulutnya berujar, " Zung, sayang, abang belum sempat mengenal ayahku." ( Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment