Sunday, March 1, 2009

Dosenku "Pacarku" (53)



All You Need Is Love - Movie Mix
Love, love, love./Love, love, love./Love, love, love. There's nothing you can do that can't be done./Nothing you can sing that can't be sung./Nothing you can say but you can learn how to play the game./It's easy.

Nothing you can make that can't be made./No one you can save that can't be saved./Nothing you can do but you can learn how to be you in time./It's easy. All you need is love./All you need is love./All you need is love, love./Love is all you need.

All you need is love./All you need is love./All you need is love, love./Love is all you need. Nothing you can know that isn't known./Nothing you can see that isn't shown. /Nowhere you can be that isn't where you're meant to be./It's easy.

All you need is love./All you need is love./All you need is love, love./Love is all you need.
All you need is love (all together, now!)/All you need is love. (everybody!)/All you need is love, love. Love is all you need (love is all you need). Yee-hai!/Oh yeah!/She loves you, yeah yeah yeah./She loves you, yeah yeah yeah.
===================
Mendengar aku menyebut "mertua" Susan langsung berdiri dari kursinya dan mendekap seraya memutar wajahku menghadap wajahnya matanya binar, mulutnya berujar, " Zung, sayang, abang belum sempat mengenal ayahku."
===================
Selesai makan, Susan meninggalkanku sendirian di ruang makan. Sejenak kemudian Susan keluar dari kamar dengan pakaian celana pendek dan t-shirt. Kali pertama Susan berani "mempertontonkan" kemolekan tubuhnya di hadapanku dengan pakaian minim. Tanpa sepengetahuanku, Susan juga sudah menyiapkan pakaian yang sama seperti yang dia kenakan, "Zung, ganti pakaiannya, aku sudah siapkan dikamar," ujarnya.

Aku dan Suan menelusuri jalan kecil menuju sungai bening yang terbentang luas mengalir membentur batu-batu besar, meliuk diantara akar pohon besar yang tumbuh dipinggir sungai. Sambil berlari kecil, Susan meraih tanganku dan melingkarkan di atas pinggulnya. Sesekali dai menatapku dan mendaratkan bibirnya di pipiku.

Susan menghentikan langkahnya di tepi sungai, kembali menatap, tangannya diletakkan diatas pundakku. Meski baru dalam hitungan minggu bersahabat dengannya, aku telah paham body langguagenya. Segera aku mengangkat tubuhnya dalam pelukanku sembari melangkah menuju ke dalam sungai.

Beberapa pasang mata memperhatikan tingkah anak manusia yang sedang merajut kasih, aku dan Susan. Ibu Rukiah tersenyum menatap kami dari seberang sungai sambil menuntun bocahnya meninggalkan kami yang sedang "menenun" kasih di tengah dinginnya sungai mengalir.

Susan masih dalam pangkuanku, aku memilih duduk tempat diatas akar kokoh yang menopang pohon besar. Susan enggan melepaskan tanggannya dari atas pundakku, sementara aku duduk diatas akar pohon sementara Susan masih bergelayut manja dalam pelukan.

"Susan, kamu nggak malu dilihatin banyak orang dari seberang sana,?" tanyaku. Susan hanya menggelengkan kepala perlahan kemudian memagut daguku. Aku akhiri "sesi" ini dengan melepaskan tanganku, tubuhnya tercebur kesungai. Aku segera melompat kearahnya sebelum dia mengumpat, marah.

Sementara dia gelegapan dalam sungai, aku mengangkat tubuhnya. Wajahnya merengut, tangannya memukul-mukul dadaku, "Zung nakal," ujarnya. Kembali aku benamkan tubuhnya kedalam sungai. Aku melepaskan tanganku sembari meninggalkan Susan, berenang menjauhinya.

Susan berteriak ditingkahi batuk karena kerongkongannya keselak air masuk melalui mulutnya. " Bang aku kedinginan," teriaknya sambil mengangkat kedua tangannya minta tolong. Aku biarkan dia sendirian, aku duduk diatas batu besar ditengah sungai. Susan terus berteriak meminta tolong keluar dari sungai. Aku balas teriak, " berusahalah sendiri, hidup harus ada perjuangan," jawabku dalam gurauan.

Susan mengomel sambil melangkah keluar menuju akar pohon. Dia duduk kedinginan mengibas-ngibaskan rambutnya tanpa menolehku. Aku merasa puas "mempermainkan" nya, aku juga merasa geli melihat tingkah Susan yang sehariannya adalah dosenku.

Aku bangkit dari batu besar tempatku duduk berjalan menuju pinggir sungai meninggalkan Susan masih duduk di atas akar pohon. Susan terus berteriak memanggil, aku terus melangkah tanpa menolehnya. Susan menyusul, berlari terseok-seok tertahan arus sungai. Kali ini Susan berteriak agak keras memanggil, " Zung, tunggu, abang mau kemana? Tunggu Susan bang." (Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment