Friday, January 23, 2009

Magdalena( 12)

http://www.youtube.com/watch?v=siBoLc9vxac


==================
“Naik bus, taksi luar kota mahal sekali,” jawabku
“ Aku ikut bang, naik taksi saja kita. Aku bilang nanti sama papi, kebetulan kita lagi libur dua minggu kan,”?
“Bah, kau mau ikut.?????”
=================
“ Magda..... kamu mau ikut ke kampung,?” tanyaku seakan tak percaya. Sungguh aku terperanjat bukan kepalang. Aku semakin mengagumi ketulusan hati ito sekaligus pacarku Magda .
Aku.... selama ini hanya hanyut dalam pertimbangan-pertimbangan konyol dan sering bodoh. Aku jadi muak terhadap diriku sendiri. Kadangkala aku berpurapura menutupi ketololanku.

“Boleh aku ikut bang,? agar aku permisi sebelum papi berangkat kekantor,” bujuknya. Ajakan dan perhatiannya begitu besar terhadapku membuat diriku semakin kecil dihadapannya.

Kali ini aku jatuh hingga ke titik nol dan cengeng. Kupeluk dia sambil aku berbisik ditelinganya, “Magda terimakasih, lain waktu saja kita pergi bersamaku." Ku kecup pipinya kemudian merangkul rapat sambil membenamkan wajahku dipundaknya. Aku malu dia melihat tetesan air mataku. Magda mengelus kepalaku. Ternyata diapun larut dalam kesedihan.

“Sakit apa mama? dirumah sakit mana di opname,” tanyanya .
Aku hanya menggelengkan kepala masih dalam rangkulannya.Magda membiarkan kepalaku bersandar dipundaknya, dia mengusap kepalaku . Magda mencium pipiku berulangkali, “Berdoa kita bang,”ajaknya. Usai berdoa, Magda meninggalkanku sejenak.

“ Magda ambil air panas dulu bang,’” katanya sambil membawa termos kerumah induk kostku.
“Minum dulu bang ,” katanya sambil menyeduh kopi hasil ”jarahan” dari rumahnya. Matanya masih merah, basah. “Kalau nggak boleh ikut, akulah yang mengantar abang keterminal besok pagi,” pintanya.
Terimakasih sayang --kali pertama kupanggil sayang-- aku sudah pesan teman satu kampung ku untuk mengantarkan keterminal.

Nggak bang, aku yang antar. Aku pulang dulu ganti pakaian,”katanya. Magda bergegas meninggalkanku. Aku diam, tak mau lagi berbuat bodoh. Tak lama kemudian dia datang dengan mobil Hardtop mobil dinas papinya.
Magda menanyakan tas pakaianku. Waduuhh...sampai aku terlupa karena terlena atas ketulusan hatinya, really pure.

Kuambilkan koper kecil dari kolong tempat tidurku. Magda membuka lemari mini tempat pakaianku.
“Berapa pasang mau dibawa bang,” tanyanya sambil memilih beberapa pasang pakaianku.
‘Cukup dua pasang . Kalau kebanyakan bisa-bisa aku tak ingat pulang , nanti kau kesepian,” ujarku tersenyum.
“Abang jugalah ...ahhh.” katanya sambil melemparkan t-shirt ke kepalaku.
***
“Pak, kita ke Jln. Bintang dekat pasar Sentral,” katanya kepada sopir dinas papinya.
Didalam mobil menuju terminal , “Ini titipan mami sama mama tua dan bapak tua dikampung,” ujarnya.
Aku yakin bukan maminya yang beli, pasti Magda. Tanganku terasa berat menerima.

“Masih ada uangmu bang,” tanyanya.
Soal uang memang dia tak mau lagi main sodor. Dia trauma, satu saat aku marah ketika dia membayar, diam-diam, minuman kami di kantin. Untuk urusan ”gengsi”ini aku paling rawat habis. Niru-niru anak Medan.

“Iya aku masih punya. Nantilah kalau aku pulang kau yang bayar minuman kita,” ujarku.
Magda tertawa. “Betul ya bang aku yang bayar,” ujarnya.
Aku tak mau lagi larut dalam sedih. Aku mau meninggalkan Magda dalam keadaan ceria.

“ Kalau Jumat nanti aku belum kembali, kau dan Mawarlah pergi kepesta Bistok.”
“ Kalau abang belum datang, aku nggak pergi,” ujarnya
“Ngga enaklah tadi malam kita sudah janji sama dia ,” ujar ku.
“Lihat nantilah bang, urus mamatua dululah,” katanya. Lagi-lagi kalimatnya menyentuh hatiku.

Aku serahkan kunci kamarku kepadanya. “Magda titip kunci ruang perpustakaan kita.” kataku.
Magda kembali ”pulih”, dia memelukku dan mendekatkan wajahnya kewajah ku.
“Ya sayang,” balasnya.
Sebelum bus berangkat, kami masih sempat bercengkrama di mobil dinas papinya. Orang-orang sekitar kami sesekali melirik kami di dalam mobil.

“Bang, kirim salam sama mamatua dan bapatua serta adik-adik, sama Sinta juga” katanya sesaat bus akan meninggalkan terminal. Mendengar Magda menyebut nama Sinta aku terhenyak. (Bersambung)

Los Angeles, January 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment