Friday, January 23, 2009

Magdalena ( 10)

http://www.youtube.com/watch?v=OY48vyzgcZY

=============
" Si Bistok sijerawat batu teman kita di es-em-a itu mau nikah?. Adanya rupanya cewek mau sama dia.? Jadi ditinggalkannya kau,” kataku usil. “Bangngng.....aaahhh “ katanya manja sambil memukul-mukul dada ku.
=============

Magda gemas, dia mencubit pahaku kuat sekali. Aku menjerit kesakitan. "Biarin biar berbekas. Ayolah bang sudah malam,"ajaknya. Dia bangkit tangannya bertumpu kepahaku yang baru saja dicubitnya. Sebelum kuantar pulang kerumahnya, kami makan pangsit dulu ke Selat Panjang.

Disana kami kebetulan ketemu dengan Bistok dan calon isterinya. Bistok berteriak memanggilku dan Magda. Dia memelukku hangat. Wajahnya memang tampak berubah, tak berjerawat lagi, hanya aku tak suka perutnya buncit. Belum nikah kok perutnya sudah buncit begini," ujarku sambil menepuk perutnya.

Magda segera mencubit ujung jariku takut berkepanjangan. Bistok memperkenalkan calon isterinya dan bercerita sekilas masa lalu. Untung tak diungkitnya ketika aku timpuk perutnya pulang sekolah dulu.

"Pantaslah buncit perut kamu, rupanya lae bekerja dikantor beacukai Tanjung Priok," kataku.

"Jadi masih berlanjut nih. Kapan pestanya,?" tanya Bistok, wajahnya mengarah ke Magda. Sebelum Magda menjawab aku mendahuluinya, "Tahun depan lae," jawabku sok serius.

Bistok menyodorkan tangannya memberi selamat kepada kami berdua. Magda terkesima, meski merasa berat dia menerima ucapan selamat Bistok dan calon isterinya. Aku skak kau Magda pikirku. Sebelum berpisah Bistok mengingatkan kami untuk menghadiri pesta pernikahannya di Sopo Godang HKBP Sudirman.

Menunggu pesanan pangsit datang, Magda berbisik, "kau gila bang, pesta apa tahun depan," ujarnya dengan rasa geli.
"Ya pesta kitalah, memang pesta siapa lagi," jawab ku pura-pura serius.

"Banggggg ...selesai dululah sekolah kita,"ujarnya gemas.
"Ssst...banyak orang ini ngomongnya pelan-pelan,"kata ku setengah berbisik.
Dia tertunduk cekikian ingat peristiwa di restaurant Kp. Keling ketika dia skak aku.
"Iya... iyalah selesai dulu baru kita pesta, masa belum selesai sudah pesta," balas ku. Magda semakin bingung, tak sadar dia aku sedang menggoceknya.

"Maksud abang pesta apanya,?"tanya dia ulang.
"Jadi menurut mu pesta apa rupanya yang aku maksud,?" tanyaku balik.
"Aku kira... ,"
" Pesta pernikahan ," sergahku memotong pembicaraannya.
Magda tertunduk malu dan cekikian. Akupun mengikuti irama ketawanya sekedar mengimbangi rasa malunya. Aku tak mau dia hanyut dengan rasa malu. Aku alihkan pembicaraan rencana menghadiri pesta si Bistok orang Lubuk Pakam itu.
***
"Salomo tidak bisa ikut, dia pulang ke Porsea kita bertiga saja sama Mawar, " katanya.
"Aku pakai baju yang mana bang nanti,"tanyanya.
"Yang biru itulah ." jawabku singkat.
"Bosanlah bang itu melulu. Pesta si Ramian pun itunya kupakai," katanya memelas.

"Ya sudahlah, akupun tahu kalau kau sudah mulai bosan melihatku," kataku berlagak serius.
"Ya...iyaa itupun aku pakai," jawabnya dengan nada terpaksa.
"Nanti kita naik beca mesin kepestanya,"ujarku bercanda.
"Aku sudah bilang papi, kita naik mobil Hardtop."
"Aku nggak mau naik mobil plat merah, orangtuaku pedagang bukan pegawai negeri ,"kataku. Malam itu ku kerjain habis dia .
"Apa hubungannya bang,"tanyanya polos.
"Kita naik mobil yang satu lagilah, Fiat biru, "usulku.
"Ya nanti aku minta kepada papi," jawabnya polos.

Usai makan pangsit kami segera pulang. Magda super yakin kalau aku sudah menjadi miliknya. Tangannya tak merasa canggung lagi melingkar dipinggaku dari belakang boncengan.

Inanguda dan amanguda sedang duduk diteras ketika kami tiba dirumah. Sebelum ditanya, Magda jelaskan kalau kami dari perpustakaan dan makan di Selat Panjang.

"Boong kau Magda," kataku ketika dia mengantarkan aku kehalaman rumahnya.
"Iya..iyalah, kan kita tadi dikamar abang, perpustakaan cinta," katanya diiringi tawa .
" Magda, kamu sudah mulai garang memakai kata-kata cinta," ujarku.
"Satu-satu bang," ujarnya ketawa. Akupun ketawa lepas, ingat kejadian tadi dengan Bistok, Magda ku skak.

Ketika mau pulang dari rumah Magda, suara agak aku keraskan agar di dengar inanguda dan amanguda papinya Magda itu, "dada..dag....ito Magda.!"
Mata Magda melotot, "nggak...,"ketusnya.
"Daag...Magda sayang..,"ujarku lagi untuk menyenangkan hatinya.
Tiba di kamar kost, aku merasa tersiksa. (Bersambung)

Los Angeles, January 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment