Wednesday, February 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (13)


http://www.youtube.com/watch?v=KslgDHhSINo

Feelings
Feelings, nuthin' more than feelings, /Tryin' to forget my, /Feelings of love . . . Teardrops, rollin' down on my face, /Tryin' to forget my, Feelings of love . . .
Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you girl, You'll never come again . . .

Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you, Again in my arms . . . /Feelings, feelings like I've never lost you, /And feelings like I've never held you again in my arms!

Feelings, for all my life I'll feel it, /I wish I'd never met you girl, You'll never come again . . . /Feelings, Oh Oh Oh feelings, /Oh Oh Oh feel you, Again in my arms . . . ( Again, again! )

MENUNGGU Susan selesai mandi, di dining room aku mulai memperbaiki beberapa catatan koreksi dalam lembaran skripsiku. Sepasang tangan menutup mataku dari belakang, ah....siapa lagi kalau bukan si genit ibu dosen.

Masih dari belakang, dia mencium pipi dan segera pindah kesampingku serta mendaratkan bibirnya dikeningku. Tubuhnya dibalut dengan daster tipis, tembus pandang, oh..ya...ya.

" Kita makan dulu bang, nanti kita selesaikan," ucapnya seraya tangannya menarik bahan skripsi dari tanganku. Susan tidak membiarkan pembantunya sendirian menyiapkan hidangan makan siang kami.

Dia memilih tempat duduknya persis diahadapanku. Sementara kami menikmati makan, Susan bercerita ketika dia menyelesaikan S2 nya di UCLA, Amerika selama dua setengah tahun.

" Ibu..eh...Susan dapat pacar disana?" tanyaku polos. Susan menghentikan makannya, dia menatap ku, " Zung.....nggak ada waktu pacaran, setiap hari kita di jejalin tugas, mana kita terus
memperdalam bahasa Inggeris.Itu sebabnya aku selalu menekankan kepada kalian mahasiswaku, tekunlah belajar bahasa asing terutama bahasa Inggeris."

" Iya...bu." jawabku singkat.
" Zung...aku serius."
" Oh...begitu... maaf bu, perlu dicatat? tunggu, aku mau mengambil buku catatan ku dulu," ucapku, sambil berpura-pura mau berdiri.

Susan menahan ujung jari kaki ku dengan kakinya dibawah meja makan, " Zung....aku tahu kamu ngenyek, ok, kita makan dulu."ujarnya tersenyum.
Usai kami makan, Susan mengalihkan pembicaraan, dia menanyakan ulang tentang hubunganku dengan Magdalena, dia menyesalkan kenapa harus berakhir setelah berhubungan lima tahun, " Zung, kamu sudah punya pacar lagi.?"

" Kalau aku masih dengan Magdalena, atau punya pacar baru, aku tak mungkin berada di tempat ini menikmati indahnya malam bersama mu"
" Tan Zung belum punya pacar.?"

Dengan enteng kujawab, " sekarang sudah.! pacarku, dosen ku." mulut ku ceplos. Susan bangkit dari tempat duduknya, dia menarik tanganku, berdiri. Uhh...Susan menghujaniku ciuman, kedua tangannya memegang wajahku seakan tak mau melepaskan.

Tanpa sadar, aku telah "mengetuk palu kematian" aku dan Susan pacaran, ohhh ya..ya..lidah, lagi-lagi menjerat ku. Begini rupanya pacaran dengan nyonya tak bisa membedakan waktu, pagi, siang dan malam, ada kesempatan hajar....

Susan duduk disampingku setelah dia menghujaniku ciuman, sebagai ungkapan hatinya yang sedang berbunga-bunga.
" Zung bisa menyetir ?"
" Bisa, kecuali nyetir perempuan.!"
" Zung, aku serius.! Sabtu ini aku mau ke Berastagi bersama dengan arisan ibu-ibu dari kantor suami ku."

Aku menyesal menjawab "bisa". Aku kira perusahan tempat suaminya bekerja membuka lowongan. Tak apalah kerja paruh waktu sambil menunggu akhir kuliah pikirku.

"Tetapi Sabtu dan hari Minggu ini aku ada janji."
" Zung, aku nggak enak pergi sendiri dengan sopir. Janjiannya nggak bisa ditunda ? Apa kamu janjian dengan pacar baru mu ? "

" Bukan! Susan masih ingat dengan dua perempuan yang membawaku pulang malam minggu lalu?"
"Kenapa dengan mereka,?" tanyanya
" Aku ingin menolong mereka. "

Susan mengeritkan dahinya," menolong perempuan pramuria itu? apa yang kamu mau tolong? Aku nggak setuju, waktu mu terbuang percuma dengan perempuan malam. Pantasan kamu selalu berada disana dan ternyata ada perempuan simpanan mu. Pantaslah tugas-tugas perlkuliahan mu juga terbengkalai." ujarnya sengit.

Bah, baru saja di "deklarasi"kan pacaran, kok sudah mulai mengatur, apakah ini permintaan dari seorang dosen? Atau, barangkali ekspresi kecemburuan.? Aku menolak, terbentur dengan urusan masa depan, skripsi . Dituruti, Sari dan Ira korban pemerasan preman discotik akan terus berlanjut.

"Susan, aku belum pernah bersama dengan mereka, baru kali pertama malam minggu lalu. Aku hanya kasihan dan simpati dengan perjuangan mereka. Mereka bukan perempuan murahan. Mereka terpaksa melakukannya karena orang tuanya tidak mampu membiayainya; mereka ingin seperti Susan, tidak kampungan." jelasku

" Maksud mu, ?"
" Mereka itu adalah mahasiswi disalah satu universitas swasta yang cukup terkenal di kota ini; jurusannya sama dengan ku."
" Zung, terserah kamulah, aku hanya mengingatkan. Jadi kamu nggak bisa bantu aku malam minggu nanti.?"

" Susan, mereka selama ini selalu dipalak oleh preman discotik itu, kasihan, mereka jadi sapi perahan."
" Oh..jadi kamu mau jadi pahlawan?"
" Susan, terserah kamu mau katakan apa. Yang pasti aku hanya mau memberi keteduhan kepada mereka, hanya itu yang dapat kuberikan. Sama seperti tadi malam hingga saat ini, aku mencoba memberi keteduhan kepadamu.!"

" Keteduhan ...? Bahasa apa itu...?"
" Bahasa jiwa dan bahasa tubuh......" ujarku tertawa.
" Zung, keteduhan apa yang kau berikan kepada ku sejak tadi malam hingga sekarang, nothing...."( Bersambung)


Los Angeles, February 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment