Wednesday, February 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (14)

http://www.youtube.com/watch?v=CbEGMww0T1Q

" Keteduhan ...? Bahasa apa itu...?"
" Bahasa jiwa dan bahasa tubuh......" ujarku tertawa.
"Zung, keteduhan apa yang kau berikan kepada ku sejak tadi malam hingga sekarang, nothing...."
================
" Susan, keteduhan jiwa dan hati mu. Kamu meniadakan apa yang telah ku berikan, bahkan aku merasa telah mengorbankan hatiku!? Bukankah semalam aku dan kamu telah menikmati indahnya malam meski kita baru saling bersua. Bukankah hatiku dan hatimu telah melabrak rambu-rambu yang seharusnya tak pantas kita lakukan, meski tidak melakukan pencemaran tubuh ?"

" Zung, kenapa kamu tiba-tiba menjadi manusia moralis.?"
" Susan, aku bicara seadanya, tokh, kamu juga mencoba menghidar dari apa yang sudah kita nikmati, bukan?"

Susan terdiam. Kedua tangannya menopang wajahnya, dia menatapku dengan pandangan kosong. Beberapa saat aku dan Susan saling menatap, mulut terkunci rapat, hening. Dering telephon mengkahiri keheningan. Susan beranjak dari tenmpat duduknya , tak bergairah, mulutnya berdesah " ah...Tan Zung......tak kusangka...," Susan mengangkat gagang telephon sebelum meneruskan kalimatnya.

" Helllo pap....how are you...I miss you. Papi.....kesepian sayang...? oh..kasihan.. disana sudah larut malam iya pap. Sudah makan...?

Iya...aku disini baik-baik saja.. Oh iya .. bang Tan Zung? dia masih ada disini, aku belum selesai periksa skripsinya. Oh..arisan Sabtu malam itu....Iya aku mau pergi, tapi mami belum tahu pergi dengan siapa, aku nggak mau pergi hanya dengan sopir pap!.
Tan Zung nggak mau, dia ada janjian dengan pacarnya...itu lho pap... dua orang perempuan yang mengantarnya malam minggu lalu. Akh...entahlah, papi mau bicara sama dia?.

" Bang...bang Tan Zung, papi mau bicara dengan kamu."
Aku meraih gagang telephon dari Susan, " Iya omm...aku baik-baik saja. Iya aku nginap tadi malam, iya om...aku tak bisa tidur tadi malam....iya...aku jagaiin ibu; dia kurang enak badan, terpaksa aku jemput tukang pijat...oh...iya..sekarang sudah mendingan. ( mataku melirik kepada Susan. Susan kelimpungan......dia bangkit lari ke meja makan, dia tak dapat menahan ketawanya.

Bukan ..! Bukan aku nggak mau om...hanya aku sudah ada janji dengan temanku. Tidak...om, mereka bukan pacar, hanya teman biasa saja.

Malam ini ..? aku belum pasti om..tergantung, kalau ibu sudah pulih total, aku pulang. Iya...om... aku temanin dia Sabtu nanti..iya..aku janji om. Aku akan jagaiin ibu sampai om datang...daggg...." gagang telephon aku serahkan kembali kepada Susan, wajahnya tampak sumringah.
Hmmmm......kini aku dapat licensed dari owner untuk "mengoperasikan" selama tiga bulan, hohoho...

Susan kembali bicara dengan suaminya, "Iyalah...aku pergi dengan dia. Tadi dia bilang nggak..benar aku nggak bohong pap. Iya ...hanya pilek saja, ...memang Rojan pergi dengan dia jemput tukang pijat langganan kita. Iya..pap...dagggg...papi selamat tidur...mimpi indah iya...pap."

Susan berlari menemuiku, dia merasa excited. Susan berdiri didepanku sambil bertolak pinggang, welehh...gayanya kayak anak remaja.

" Kapan aku sakit...hah...?" tanyanya.
" Tadi malam.! Aku nggak bilang sakit, kurang enak badan. Iya aku enakin kamu kan ...?!"
" Tan Zung bohong lagi, nggak ada orang yang mijat aku."
" Iya akulah."
" Zun, untuk yang satu ini kamu benar-benar pengalaman, dengan gaya bicaramu bisa saja orang percaya."

" Tapi mengenai malam minggu nanti, kamu sukar mempercayaiku. Aku tahu kamu tak rela, karena kamu cemburu."

" Zung....iya...aku cemburu, aku tak merelakan mu dengan siapapun."
" Lho, aku mau jadi panglatu ( panglima lajang tua)?"
" Zung, bukan....tolonglah...aku..."
" Apa yang bisa kutolong..?"
" Nanti bang aku ceritakan, siapa aku dan suamiku sesungguhnya."

" Kapan.." tanyaku tak sabaran.
" Kamis minggu depan."
" Lho, lama sekali......" ( Bersambung)

Los Angeles. February 2009
Tan Zung

No comments:

Post a Comment