Wednesday, February 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (15)

Marc Anthony - I need to know

They say around the way you've asked for me/ There's even talk about you wanting me/ I must admit that's what I wanna hear/But thats just talk until you take me there

**) If it's true don't leave me all alone out here/Wondering if you're ever gonna take me there/Tell me what you're feeling cause I need to know/Girl you gotta let
me know which way to go/Cause I need to know, I need to know /Tell me baby girl cause I needto know /I need to know, I need to know/ Tell me baby girl cuz I need
to know

My every thought is of this being true/It's getting harder not to think of you Girl I'm exactly where I want to be/The only things I need you here with me
Back to **)
=================
" Nanti bang aku ceritakan, siapa aku dan suamiku sesungguhnya."
" Kapan?" tanyaku tak sabaran.
" Kamis minggu depan."
" Lho, lama sekali......"
================
SUSAN mengantarkan aku pulang ke rumah kostku. Sebelum tiba di tempat tujuan, Susan memberitahukan, kalau tempat kami tuju adalah tempat kostnya dulu, dibilangan Polonia.

" Susan, kamu mau bernostalgia? "
" Aku mau abang tinggal disana. Masa abang tinggal di pinggiran?"ucapnya serius.

" Susan kenapa kamu tidak bicarakan terlebihdahulu, jika ada rencana seperti itu. Tidak Susan, aku tak mau kesana! Antarkan aku pulang."
Susan menghentikan mobilnya dibahu jalan. Dia menarik nafas sembari menatapku, " Aku mau memberi yang terbaik untukmu bang. Kenapa rupanya bila abang tinggal di daerah Polonia?" tanyanya dengan sedih.

" Terimakasih atas perhatianmu. Tapi, jangan putuskan sendiri. Susan masih ada waktu ? kita bicara dululah."
" Iya bang, aku siapkan waktu khusus untuk mu. Kita bicara dimana sayang..?"

Aku mengajaknya ke restauran dimana aku dan mantan pacarku selalu rendezvous.
"Janganlah bang, disana banyak mahasiswa dating suasananya tidak nyaman," ujarnya.

Aku baru sadar, kalau temanku sekarang "kelas"nya berbeda dengan ku, mahasiswa.
"Terserah Susan , hanya tempat itu yang sering kami kunjungi dulu."
Susan langsung menyambar, " dengan Magda iya."

"Susan, tolong jangan menyebut nama itu lagi, perasaan ku terganggu."
" Iya bang, sorry..... Kita sekalian makan malam saja ?"
" Terserah, tapi cari restauran yang menyediakan gado-gado atau mie pangsit." ucapku iseng.

Susan ketawa sambil melirikku. " Bang, jualan gado-gado hanya di warung atau restauran kecil. Aku juga suka , nanti aku buatkan khusus, gado-gado dan mie pangsit untuk bang Tan Zung.?"
"Terserah ibu lah," ucapku sambil tersenyum.
Sejenak Susan memandangku sembari menyetir mobilnya. " Hati-hati bu, perhatikan jalannya."

"Aku tahu, abang angekin aku. Teruskan bang...ayo lanjut... " ujarnya sambil meraih tanganku, dia mencium, lembut. Kubiarkan dia mempermainkan jemariku sepuasnya hingga tiba di sebuah hotel berbintang yang belum lama di resmikan.

" Susan, nggak apa-apa pakaianku seperti ini ? Sepertinya kurang pantas berjalan denganmu. Nanti orang pada bingung; kok, sopir jalan mesra dengan majikan. Kita lebih baik ke restaurant yang lebih sederhana saja, aku malu ketempat ini."

" Zung, kenapa malu, aku bangga berjalan dengan lelaki "gagah" berhidung mancung," ujarnya ngumbang.
" Huh...aku pikir kamu bilang hidung belang...! Jadi kamu tidak malu jalan dengan aku? "
Susan langsung menggaet tanganku, "Ayo bang, apa perlu kucium sembari kita jalan, seperti di film itu?"

Rasa percaya diriku tumbuh ketika Susan menggandengku seperti remaja sedang jatuh cinta. Sejenak aku terdiam, ketika aku menyadari, pakaian luarku ( jeans dan t-shirt) adalah pemberian dua orang perempuan.

T-shirt "UCLA" yang aku kenakan pemberian Susan. Sementara jeansku adalah kado Magdalena pada saat ulang tahunku. Entah kenapa pula jeans ini kepakai, padahal pernah di daluwarsakan. Sejak aku dan Magda "bercerai" jeans itu sudahku simpan dalam tas, masuk kategori out of order. Tetapi karena tidak ada pilihan lain, terpaksa aku pakai. Memang sejak aku pindah, rasa malas selalu muncul, karena harus menimba air dari sumur, namanya juga di kampung.

Susan terus menggadeng tanganku hingga masuk dining room hotel itu. Dia mengambil tempat duduk persis disebelahku, beda dengan sebelumnya posisi kami berhadapan. Kini aku yang salah tingkah, sesekali aku melirik kesekeliling, jangan-jangan ada teman mahasiswa atau dosen teman Susan.

Hatiku lega setelah mataku menyapu bersih tak ada seorangpun yang aku kenal, aman. Seorang waitress menyapa dan menyodorkan menu book kearahku. Tanpa kusadari aku menatap wajahnya sedikit lama, aku coba mengingat wajahnya mirip siapa.

Susan menegurku," Bang, awas matanya copot. Ceweknya cantik iya?" tegurnya sambil mencubit pahaku, kuat.
" Nggak juga, lebih cantik kamu. Aku cuma ingat-ingat mirip siapa. Dia mirip dengan Ira yang mengantarkanku malam minggu lalu." ujarku lembut.
Wajah Susan sedikit redup hanya gara-gara pandanganku sama waitress, oh...iya..iya cinta, tapi kok iya, cemburunya berlebihan. (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment