Wednesday, February 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (11)



http://www.youtube.com/watch?v=_iE-fWs4GFk

Uncle Kracker - Drift Away
Day after day I'm more confused/But I look for the light through the /pourin' rain/ You know, that's a game, that I hate to loose/I'm feelin' the strain, ain't it a shame
[CHORUS:]
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock /and roll and drift away
Give me the beat boys and free my soul/I wanna get lost in your rock /and roll and drift away
Won't you take me away / Beginin' to think, that I'm wastin' time/And I don't understand the things I do The world outside looks so unkind/I'm countin' on you, you can carry me through
==================
Berulangkali aku membisikkan ketelinganya, bila aku telah letih. Susan tak perduli, dia terus mememeluk ku erat, kadangkala aku merasakan tubuhnya gemetar menahan gelora nafsunya.
==================
Jarum jam telah menunjukkan pukul empat pagi, Susan akhirnya terkulai dalam pelukanku. Tak berdaya. Aku rebahkan dia diatas sofa . Kepalaku terasa pusing, dadaku sesak pengaruh minuman.

Sebelum aku terjengkang konyol, aku siksa diriku di kamar mandi mengeluarkan alkohol dari perutku, sedikit lega. Kembali dari kamar mandi, aku menemukan Susan telungkup diatas sofa. Tubuhnya terguncang menahan tangis, kedua tangannya menutupi kedua wajahnya.

Oalah......airmata lagi di pagi-pagi begini? Urusan air mata ini paling aku tak suka. Lebih baik aku disuruh kelililng stadion sampai pingsan dari pada menghadapi perempuan berurai air mata. Urusannya sangat panjang, bukan saja energi yang terbuang, juga putar otak bagaimana menghentikannya; entahlah mungkin "kantong" air mata perempuan diciptakan lebih besar dibandingkan dengan lelaki.

Aku pun mulai menangisi diri sendiri ( tanpa air mata), kenapa malam ini aku berurusan dengan air mata perempuan, bersuami pula. Pacar tidak (belum) apalagi isteri, huh..., ini baru satu malam, jangan- jangan aku menjadi "pelengkap penderita" sampai suaminya kembali dari London. Tiga bulan? lama sekali aku harus terpasung.

"Klien"ada didepan mata, mau tak mau aku harus menjalankan terapi, "tiup lilin". Entah ilmu apalah ini, pokoknya sumbunya sedang terbakar, tiup ujungnya jangan terlalu kencang, supaya lelehan lilinnya tidak terikut, panas . Ahh...ada saja ilmu sedang kasmaran, meski kasmaran ecek-ecek.

Aku duduk disampingnya, ku angkat tangannya ke bahuku, ku rapatkan tubuh kesisi tulang rusuknya, mungkin disini "sumbu api"nya pikirku, Susan masih sesugukan. Aku sorongkan jariku ke tangannya- gaya ini paling dia suka-- tapi masih tak bersambut. Aku coba mengingat-ingat caraku dulu sama mantan pacar, tetapi yang tertinggal hanya mengurai rambutnya.

Aku coba, tapi kok aku merinding, batal. Habis sudah akal, aku masih tetap duduk disisinya sambil memikirkan cara lain, mentok. Masih disofa, aku baringkan tubuh ku disampingnya karena aku sudah menyerah, give-up.

Segera Susan membalik tubuhnya, menciumi ku, matanya terus mengucurkan bening-bening cair. Dia berhenti sendiri setelah aku tak bereaksi. Susan melanjutkan (lagi), tangis kok berseri - aku tak peduli. Dia kecapekan sendiri, diam. Sebenarnya aku mau pulang malam itu, ketika dia tertidur di sofa. Tetapi aku takut, dia akan tersinggung, urusan skripsiku jadi taruhannya.

Aku tak tega melihat dia tertidur di sofa, sementara udara malam semakin menusuk. Aku mau mengambil selimut, tak tahu dimana kamar diantara lima pintu kamar di rumahnya. Tidak ada jalan lain kecuali "menyelimuti"dengan tubuhku, sedikit hangat.

Mataku sudah mulai redup, tak mungkin aku dan Susan tidur hingga pagi diatas sofa. Aku bangkit mencari kamar tidurnya. Satu-satu pintu ku buka, akhirnya aku menemukan "master room"nya. Aku pindahkan Susan ke kamar, tubuhnya masih lemah. Aku tinggalkan dia sendirian setelah ku tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Aku kembali ke sofa, membaringkan tubuh ku, meringkuk menggigil kedinginan.

Sebelum tidur aku meneguk sedikit alkohol untuk pemanas tubuh, hangat. Ketika tidur mulai merangkai mimpi, Susan terbangun dan menemuiku, " Zung, kenapa tidur disini? ayo tidur dikamar" ujarnya.

" Nggak apa-apa, tanggung, sebentar juga sudah pagi."
" Zung ...ayolah..." ujarnya sambil menarik tanganku.

Tubuhku yang hampir "rontok" mengikuti Susan membawa ku ke kamar bersebelahan dengan kamarnya. Dia bergegas mengambil selimut dari kamanya. Aku tergeletak tak bergairah. Susan ikut membaringan tubuhnya disisiku.

Dia memiringkan tubuhnya, menatapku seraya mengelus wajah ku.
"Susan aku mau tidur, aku lelah," bisik ku.Susan mengecup bibir ku, "selamat malam, selamat bermimipi indah honey " balasnya, sembari menarik selimut untuk kami berdua.

Ahh.....Susan, kenapa nggak habis-habisnya kau menggodaku? kata ku dalam hati. (Bersambung)

Los Angeles. February 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment