Wednesday, February 4, 2009

Magdalena ( 62)

Listen to youre heart
http://www.youtube.com/watch?v=3sJPUTTfNbg

I know theres something in the wake of your smile./I get a notion /from the look in your eyes, yea./Youve built a love but that love falls apart./Your little piece of /heaven turns too dark./Listen to your heart/When hes calling for you./Listen to your /heart/Theres nothing else you can do./I dont know where youre going/And I dont know why,/But listen to your /heart/ Before you tell him goodbye.
===================
“Ajaklah Mawar besertamu,”
“ Tidak pap, itu hanya tempat tidur untuk papa dan mam.”
“ Terserahlah, tapi setelah itu, kau harus kembali kerumahmu.”
“ Tidak, sampai papa keluar dari rumah sakit ini.”
===================
HARI-HARI dalam pembaringan cukup merepotkan para sahabat. Sinta terpaksa “turun gunung” meninggalkan kesibukan hari-hari mengajar. Magadalena hanya berkunjung pada hari pertama. Hari kedua dan ketiga, aku ber”tekuk” sendirian. Dalam kesendirian di kamar pengap itu, mengharap kehadiran Magda, namun tak kunjung muncul, sementara Mawar disibukkan penyelesaian skripsinya.

Sebelumnya Mawar telah meberitahukan,“ Zung, dalam dua hari nanti Mawar tidak bisa mengunjungi abang. Mawar mau merampungkan skripsiku,” ujarnya. Aku hanya mengangguk pelan. Mendengar kata skripsi ini hatiku mendidih, ingin segera meninggalkan ruangan rawat, ingin mentuntaskan skripsiku juga, tetapi apa daya, luka duka menjeratku dalam waktu yang tidak tahu pasti kapan dapat meninggalkan rumah sakit.

Perasaan syakwasangka terus berkecamuk dalam pikiran setelah dua hari menunggu Magdalena tak juga berkunjung. Bayang-banyangan gelap muncul dalam pikiran. Huuh...entah sampai kapan jawaban sesungguhnya aku dan Magdalena dapatkan. Untuk sementara Sinta berkenan menungguiku sepanjang hari dan malam, dia meninggalkan tugas sebagai guru.

“ Aku sudah minta ijin selama dua hari dari kepala sekolah ,” ujarnya. Sinta tampak lebih dewasa setelah mengajar beberapa lama. Selama dia menungguiku, tak henti-hentinya memberi semangat, tak jarang pula mengingatkan kenangan masa lalu kami ketika usia anak-anak hingga remaja. Semangatku selalu timbul bila dia bercerita apa saja. Kadang kala dia cemberut ketika aku sambut akhir ceritanya, “ iya bu guru.!”
***
Hari ketiga, Mawar mengunjungiku dengan mata berbinar, “ skripsiku telah disetujui, hanya ada sedikit perbaikan,” ujarnya. Keceriaanya menimbulkan rasa”cemburu”. Aku ingin sepertinya segera menyelesaikan kuliah. Sinta turut senang mendengar kabar baik Mawar.

“ Mendekatlah kau Mawar abang mau memberi ucapan selamat,” Sinta mengeritkan keningnya mendengar ucapanku. Mawar agak enggan mungkin karena Sinta masih diruangan ku. Aku meraih tangannya, kemudian tanganku melingkar dilehernya, Mawar menunduk. Aku beri dia ciuman dipipi, “Selamat, semoga sukses’” ujarku. Sihol pacarnya Sinta menatapku dengan rasa heran, tetapi dia tak berkata apa.

Ohh iya aku kelupaan, sebentar, Mawar mau mengambil minuman untuk abang,” ujarnya permisi meninggalkan ruangan.
“ Bang, apa-apa nih,” tanya Sinta.
“ Kenapa bu guru,?” tanyaku.
“ Memang kak Magda sudahan ? kok cepat benar.”
“ Ceritanya cukup panjang, dan sebenarnya kamu telah menyaksikan sendiri bagian dari perjalanan panjang kisahkasihku dengan Magda seperti Sabtu lalu, bukan.?”

“ Jadi berakhir begitu saja.?”
“Belum tahu pasti, tetapi aku sudah pasrah menghadapi kekerasan hati orangtuanya, memilih calon suami Magda.
“ Abang nggak boleh begitu, Magda belum tentu mau dengan pilihan orangtuanya. Kenapa abang jadi larut dan bodoh dengan pikiran seperti itu.” ujar Sinta geram, sengit.

“Sinta, urusan bercinta, pintar dan bodoh beda tipis, dan apa takaran pintar dan bodoh dalam bercinta? Ada beberapa contoh disekitar kita, Ratna kakak kelasmu, kecantikannya melebihi kecantikanmu, bintang kelas sejak es-em-a dan mendapat beasiswa dari kampus. Setelah selesai kuliah, nikah pula sama pria pegajul, setiap malam mabuk terus. Mereka akhiri pernikahannya dengan perceraian. Sadar atau tidak mereka mengorbankan seorang anak yang belum berdosa. Keduanya egois.”

“Iya itu kan hanya kebetulan saja bang, “
“ Contoh berikut, menurutku, Sihol pacarmu itu “bodoh”, segagah itu mau pacaran dengan kamu, aku saja mikir.”
“ Lha kok bawa-bawa Sihol?” protesnya.
“ Iyalah, sudah hidungmu mancung kedalam, pendek lagi....” ucapku sengaja angekinnya. Belum habis aku bicara kepalaku didoltuknya (digetok,pen). “ Dasar...., abang nggak berubah, bicara negelantur melulu nggak pernah serius,” ujarnya dengan wajah masem, sementara Sihal senyam senyum mendengar "pertikaian" yang berpariban.

“ Aku serius, sukar kita deskripsikan pintar atau bodoh dalam urusan bercinta. Hanya hati yang dapat menjabarkan sesungguhnya apa arti cinta, percayalah sama abang, karena aku sedang terlibat didalamnya.”
“ Memang cuma abang yang pernah atau sedang jatuh cinta, orang lain juga.”
“ Tetapi punya jalan cerita yang sangat berbeda-beda, meskipun banyak persamaanya.”
“ Jadi hubungan kalian sudah putus,?” tanya Sinta lagi. ( BERSAMBUNG)

Los Angeles. February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment