Wednesday, February 4, 2009

Magdalena ( 63)

When You Love Someone

When you love someone - you’ll do anything /you’ll do all the crazy /things that you can’t/explain /you’ll shoot the moon - put out the sun /when you love someone /you’ll deny the truth - believe a lie /there’ll be times that you’ll /believe you can really fly /but your lonely nights - have just begun /when you love someone
===============
“ Memang cuma abang yang pernah atau sedang jatuh cinta, orang lain juga.”
“ Tetapi punya jalan cerita yang sangat berbeda-beda, meskipun banyak persamaanya.”
“ Jadi hubungan kalian sudah putus,?” tanya Sinta lagi.
==============
“ Sinta! Dalam dua malam ini aku berpikir, lebih baik abang mundur secara teratur dan baik-baik. Terlalu banyak penderitaan yang dia dan aku alami dalam menelusuri perjalanan cinta itu. Pengunduran diriku juga merupakan wujud dari cinta tulus terhadap dia. Aku tak rela dia terus tersiksa karena aku, bukankah tindakan pengunduran itu bahagaian dari rasa cinta.?”

Ingat kata ompung( nenek,pen) kita dulu,? “masihaholongan ndang pola na ingkon sohot” (bercinta tidak harus menikah, pen)
“ Ompung saja abang dengarin. Aku serius bang, kalian sudah putus?”
“ Belum, tetapi aku akan mengakhirinya.”
“ Kasihan dia bang.!”
“ Cinta membutuhkan pengorbanan.”
“Tetapi bukan seperti itu maksudnya, abang sok pintar.”
“ Syukurlah, aku tak kau sebut lagi bodoh.”

“ Jadi sekarang abang pacaran dengan Mawar.?”
“Bagaimana bisa timbul pertanyaanmu seperti itu,? hanya karena Sinta melihat aku mencium pipinya? Sinta sudah berapa puluh kali mencium pipiku, padahal kita tak pernah pacaran,” ujarku disambut cubitan.

***

Kembalinya Mawar keruangan, mengakiri pembicaraanku dengan Sinta. Sinta dan Sihol mohon ijin pulang, sebelumnya dia mencium pipiku. Kutahan kepalanya, kubisikkan, “ kan kau juga mencium pipiku, tapi aku bukan pacarmu,” ujarku, disambut dengan senyuman.

Kehadiran Mawar mendampingiku di rumahsakit menimbulkan semangat hidup yang hampir pudar karena ketersiksaan yang tak berujung.
“Abang aku ada bawa makan, abang mau cicipi,?
“ Mau, tapi abang belum bisa duduk sempurna.”
“ Mawar suap, mau.?”
“ Iya, kataku, akhhhh...otakku langsung ke Magdalena.”

Dengan sabar sambil memperhatikan wajahku, Mawar meyuapkan makanan kemulutku. Lagi-lagi hatiku tak dapat berbohong, meski aku berusaha menahan rasa pilu, Mawar melihat mataku menerawang jauh.
“ Kenapa bang? Ingat Magda iya.?"
“ Nggak. Aku rindu pada kedua orangtuaku,” jawabku berbohong.
“ Kenapa nggak abang suruh saja bapak dan ibu datang.?”
“ Jangan, abang tak mau keluargaku mengetahui kejadian ini!”
“ Mawar tidak mendengar berita terakhir Magdalena.?”

“ Terakhir, aku ketemu ketika dia tidur dikamar abang. Dia bercerita panjang waktu dia menunggui abang sampai pagi disini. Menurut Magda, orangtuanya masih terus mengekangnya. Terakhir dia sudah mengambil putusan, tidak akan menyelesaikan skripsinya. Dia mau berhenti kuliah. Apa dia nggak cerita ke abang,?”.

"Pernah Magda cerita beberapa waktu lalu,tetapi aku marah, aku tidak setuju."
“ Bagaimana rencana yang ke Bandung.?”
“ Aku sudah pikirkan matang, hal itu tidak mungkin lagi, apalagi kesehatan seperti ini. Sepertinya aku dan dia tidak puya hak untuk menentukan masa depan kami sendiri, teralu banyak siksa derita yang kami alami. Magda puteri satu-satunya bagai hidup dihutan rimba raya, tempat tak menentu, sementara aku tersiksa batin tak berkesudahan.”

“Abang harus bangkit dan mengembalikan semangat. Mawar yakin saatnya nanti abang dan Magda akan melewati masa-masa kesukaran itu.” ujar Mawar
“ Bagaimana Mawar meyakininya.”
“ Dari keteguhan hatinya.”
“Mawar, seandainya dia punya keteguhan hati, saat itu dia harus menunjukkan kepada orangtuanya, kepada pria pilihan papi-maminya, bahwa dia sudah punya pilihan sendiri.”

“ Tapi pada saat itu, katanya, hanya menyenangkan hati orangtuanya, dia tidak mau mempermalukan dihadapan orang banyak.”
“ Dan Mawar setuju sikapnya itu?”
“ Kok tanya ke Mawar. Aku tidak dalam posisi mencampuri terlalu dalam urusan abang dan Magdalena.”

“ Mawar, aku dan Magda sudah berteman selama kurang lebih lima tahun, dan selama itupula Mawar tahu semuanya “a-z” nya kisahkasih kami, bahkan tak jarang Mawar menjadi “conselor” kami. Ada sedikit persamaan kisahkasih antara Magda dan Salomo. Ketika Salomo harus memilih salah satu; meninggalkan Mawar atau nikah dengan pariban pilihan orangtuanya. Akhirnya dia memutuskan menikah dengan pilihan orang tuanya, bukan.? Sebelum hal itu terjadi pada abang, lebih baik mundur secara-baik-baik, meskipun itu sangat menyakitkan. Mawar, maafkan aku bila mengungkit masa lalumu. (BERSAMBUNG)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment