Wednesday, February 4, 2009

Magdalena ( 64)

why do you love me

===============
Sebelum hal itu terjadi padaku, lebih baik mundur secara-baik-baik, meskipun itu sangat menyakitkan.
===============
“ Zung, hubunganku dengan Salomo sebatas teman kuliah, teman kelompok belajar,”
“ Mawar, mulut dapat berkata demikian, tetapi hatimu tidak.”
“ Zung kok tahu, memang dia pernah cerita pada abang,?”
“ Iya, ketika itu, Magda ngambek nggak mau keluar dari kamarnya, aku dan Salomo bicara diteras Magda hingga malam. Salomo bercerita, dia harus mengambil keputusan yang sangat berat seperti saya utarakan tadi.

“ Tetapi dia tidak pernah sekalipun mengutarakan kalau dia mau berteman serius denganku. Aku serius bang!”
“ Mawar dua tahun bersahabat dengannya, kamu tak dapat menangkap “signal” darinya.? Untuk apa dia membuang waktu denganmu duduk bersama besenda gurau, marah-marahan, cemburuan? Pernah nggak kamu merasa cemburu sama Salomo?
“Nggak tuh,”

“ Abang saja masih ingat, waktu itu Salomo pulang bersama dengan Sorta yang baru saja kita hadiri pernikahannya, kamu tak bicara dengan dia selama seminggu. Magdalena capek membujukmu dan menjelaskan kesalahpahaman kamu dengan Salomo. Mawar, rasa cemburu itu dimiliki orang yang sedang jatuh cinta, seperti aku dan Magda, dan rasa cemburu itu pula yang menghantarkanku ke ruangan ini!”

“ Sungguh bang, aku dan Salomo sebatas teman belajar saja, tak pernah merasakan aku jatuh cinta, mungkin hanya perasaannya dia saja.”

“ Mawar hanya orang yang mempunyai rasa yang memiliki cinta. Mawar, perasaan itulah menimbulkan cinta, dia datang tak kenal waktu, dia bisa muncul kapan saja, pagi, siang atau malam. Ketika Salomo menikah, kamu hilang dari “peredaran” selama seminggu. Dikampus menyendiri, ditegur wajahmu mutung, tak mau lagi belajar bersama. Kemudian katamu tidak jatuh cinta kepada Salomo.? Seperti tadi abang katakan, cinta dan cemburu itu kembaran, lahirnya diiringi “tangisan”yang sama."

“Sudah bang, nggak usah diteringati Salomo lagi, dia sudah bahagia dengan pilihannya.”
“ Nah, kan ucapan itu masih menyisakan rasa cintamu,”
“ Zung! Sudahlah, kita bicara yang lain.”

“ Baik! Mawar, ketika aku sedirian di ruangan ini, aku berangan-angan, ingin membuat novel, judulnya,” Cinta saja tidak cukup” Disana aku bercerita tentang kegigihan seorang lelaki mempertahankan cintanya ketika seekor serigala mau menerkamnya, walau penuh resiko, tangan dan kaki bahkan seluruh tubuhnya hampir remuk.

Kemudian lelaki itu menapak bersama dengan pilihan hatinya diatas belantara luas dan ganas. Dia terus berjuang, tetapi pada akhirnya kekuatannya melemah setelah dia berjalan melintasi belantara itu. Semangat lelaki itu tak kunjung padam.

Diabangkit, berlayar, berjuang melawan gulungan ombak disamudera luas dan akhirnya terdampar diujung pulau tak bertuan. Diujung pengembaraannya, dia terbang bersama juwita hatinya, terhempas diatas batu cadas dan tajam hampir merenggut nyawa. Penderitaan itu menghantarkannya pada keputusasaan, pada hal cinta mereka telah terajut selama lima kali kalender berganti.

“Mawar masih dengar nggak?” tanyaku setelah melihat tatapan matanya, hampa.
“ Iya aku dengar, terus bagaimana lanjutannya bang?

Dalam dekapanku, ia telah memberikan cinta sepenuhnya, tetapi pada akhirnya wanita yang dicintainya “surut” atas cobaan yang melilitnya. Sayang, pengorbanannya tidak total. Mawar! mewujudkan cinta hingga akhir, membutuhkan pengorbanan, cinta saja tidak cukup.

Tetapi, diakhir cerita itu - happy ending - beruntung lelaki itu menemukan seorang wanita yang baik budi, mengerti dan memahami si lelaki malang yang sedang terbujur dipembaringan karena pengorbanan cintanya. Wanita itu, kini sedang duduk menatap korban akibat cinta.
“ Ah... kirain abang serius, aku tinggal abang sendirian nih.”

“ Oh...iya, tunggu, ujung cerita diubah lagi, akan kutuliskan, “ Ah...ternyata lelaki itu masih bernasib malang. Wanita yang dianggapnya dapat mengerti penderitaannya, ternyata hanya perasaanya lelaki itu saja. Kini lelaki itu malang pergi mengembara mencari sejumput cinta ditengah padang pasir, entahlah kalau dia akan mendapatkannya.”

“ Abang, jangan dulu punya kesimpulan seperti itu, aku tak tega dengan sahabatku Magdalena.’
“ Mawar, kalau begitu aku akan mengubah lagi ujung cerita itu, “ wanita itu mengubah keputusannya, ternyata dia bukan menolak, hanya “ mohon tunggu sebentar, nomor yang anda tuju sedang sibuk.” kataku, disambut tawa Mawar. (BERSAMBUNG)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment