Monday, February 9, 2009

Magdalena (68)

Bonnie Tyler It's A Heartache
It’s a heartache/Nothing but a heartache/Hits you when it’s too late/Hits you when you’re down It’s a fool’s game/ Nothing but a fool’s game/Standing in the cold rain/Feeling like a clown. It’s a heartache/Nothing but a heartache./Love him till your arms break/Then he lets you down./It ain’t right with love to share

=====================
“ Aku nggak bisa jalan, dekatlah,” ajakku
“ Nggak ah, Mawar besok lusa masih kembali lagi,” jawabnya
“ Urusan besok iya besok, sekarang jangan ditunda,” ujarku geli karena ditolak mentah.
=====================

" Nggak, selamat tidur bang, selamat bermimpi indah," ujar Mawar
‘ Iya selamat malam, tolong bawa dalam mimpimu, kalau abang lagi kesal pada kakinya. Akibatnya, abang tak dapat mencium adiknya ketika mau pergi."
Mawar mendekatiku, " abang merajuk iya, protes kok pakai perantaraan mimpi,? ujarnya ngenyek.

" Daripada protes pakai surat, keluar lagi biaya beli perangko." ujarku tak mau kalah.
" Iya, sudah, abang ngomel melulu, cepatan cium, adiknya mau pulang. Bang, besok nggak bisa datang, Mawar mau memperbanyak skripsiku. Mulai besok Mawar sudah pesan rantangan untuk abang, sampai kaki abang pulih."

" Mawar, beritahu nanti berapa biayanya, aku akan ganti. Dengan kehadiranmu membantuku selama ini sudah lebih dari cukup, tidak tahu bagaimana lagi harus membalasnya."
" Nanti ada waktunya bang, tetapi, membalaskannya tidak harus kepada Mawar.
***
Meski kaki masih sangat sakit, ku paksakan melatihnya melangkah dalam kamar sempit. Saat melatih jalan Magdalena tiba di kamarku. Magdalena mengankat tanganku ke atas bahunya dan menuntunku perlahan seputar kamar.

" Kok nggak dikasih tahu kalau papa mau pulang, kan hari itu sudah mama pesan, supaya diberitahu kapan akan pulang."
" Mawar sudah berusaha menghubungimu tapi ngggak pernah ketemu. Apa mama masih nomaden ?" tanyaku bercanda.
" Iya, masih, gara-gara cintaku pada papa," katanya sambil mengusap pipiku amat lembut.
" Kemana saja beberapa hari ini, papa kesepian," tanyaku

" Bukankah selama ini Mawar membantu papa.?"
"Magda setuju kalau Mawar mengganti mama, mengusir rasa sepiku.? Iya, Mawar telah mengaplikasikan arti sahabat yang sebenarnya; seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Seperti mama juga telah menujukkan itu kepada papa. Apa Magda tidak kuatir jika kelak akan bersemai bibit cinta dengannya.?"

" Bila itu akan membahagiakan papa, mama tidak dapat berbuat apa."
" Kenapa menyerah segampang itu."
" Apalagi yang mama mau katakan, mama telah memberikan semuanya hanya pada papa, dan sampai saat ini mama masih percaya dengan kejujuran papa."

" Mama, ada sesuatu yang menurutku sangat sukar dimengerti. Papa tidak meragukan ketulusan hatimu selama ini. Kenapa mama tidak berterus terang kepada papi-mamimu, bahwa kita sudah berhubungan sedemikan jauh. Aku mengerti kalau mama selama ini tersiksa, bahkan sering menghilang dari rumah, menurutku itu bukan jalan keluar.!"

" Mama sudah berterus terang dengan mami tentang hubungan kita, tetapi mami juga tak tega menceritakan kepada papi. Papa kan tahu, kalau papi mempunyai penyakit jantung. Papi baru kemarin keluar dari rumah sakit karena ganguan jantung, itu sebabnya mama tidak datang menunjungi papa ke rumah pak Ginting. "

" Lalu sampai kapan kita terus seperti ini. Terlalu banyak yang kita korbankan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Lihatlah tubuhku sekarang, tiga kali dalam cobaan berat; tidak itu saja, sekolah kita berantakan. Seandainya, Magda berterus terang kepada papi, apapun hasilnya, kita dapat menentukan sikap, tidak seperti ini terus menggantung."

" Mama kan sudah berulangkali mengusulkan, agar mama dibawa ke kampung atau ke Bandung atau kemana saja papa suka, mama dari dulu telah siap."
" Mama benar, tetapi dengan kondisiku seperti sekarang, sesuatu yang mustahil kita lakukan."
" Menurut papa apa yang mama harus perbuat."

" Katakan sejujurnya kepada papi tentang hubungan kita, atau penderitaan kita terus seperti ini. Aku mau berkata jujur kepadamu. Selama mama tidak mau jujur dengan papi, selama itu pula papa tak mengaharap apapun atas hubungan kita. ( BERSAMBUNG)

Los Angeles, February 2009

H.Tan Zung

No comments:

Post a Comment