Tuesday, March 17, 2009

Dosenku "Pacarku" (93)

============
Tengah perjalanan, Hendra mengajakku makan malam disebuah hotel yang aku belum pernah masuki. Sebenarnya aku enggan pergi dengan mereka tapi aku sangat sungkan menolaknya.
=============
SUSAN bergayut manja diatas dada Hendra. Hendra berulang mencium kening Susan dan pipinya setelah habis makan. Hhmm..sempurnanya Susan memainkan peran ganda. Sebelumnya, tadi siang duduk di dalam perahuku meski layar tak berkembang. Kini akan berlayar dengan perahu sejatimu mengarungi lautan luas tanpa riak dan gelombang, kataku dalam hati.

Sebelum kami meninggalkan hotel, Hendra menyerahkan oleh-oleh kepadaku sebuah ballpoin diujungnya disepuh emas; menurut Hendra mas "10 k"
" Ini hadiah untuk keberhasilanmu," ujarnya. Aku sangat terharu menerimanya, tidak sedikit terpikir olehku akan mendapat sesuatu dari Hendra. Aku juga mau menjemput dia bersama Susan, karena ingin membalas kebaikan Susan ketika membimbing skripsiku. Susan banyak memperbaiki skripsiku, maklum pada saat itu aku sedang ugal-ugalan karena putus cinta dengan Magda.

Hendra menghantarkan aku pulang sebelum mereka pulang kerumahnya. Hendra mengajakku ketemu di diskotik malam minggu dimana kami pernah bertemu sebelum dia berangkat ke London. Setelah mereka menghilang disudut ujung jalan, aku segera menuju kerumah Magda ingin menemaninya karena dia tinggal sendirian dirumah.

Seperti biasanya, dia berlagak marah. " Abang keenakan iya dengan ibu Susan. Katanya menjemput om itu sore hari, kok baru pukul sepuluh baru kembali!?
" Aku diajak makan malam oleh suaminya."
" Jadi abang sudah makan? Kebetulan lah, aku lagi malas kedapur nih." Aku tarik tangannya menuju keruang tamu. Aku menunjukkan oleh-oleh yang baru saja diberikan Hendra. Magda menatapku heran.

" Om itu mungkin salah ngasih. Ini pena mahal. Papi dulu punya, tetapi hilang dicuri orang dari kantornya, " ujar Magda.
" Begitu nasib orang baik, selalu mendapat hadiah yang terbaik," ujarku menggoda.
" Baik katamu, isternya pun kamu pacarin," balasnya .

Aku terdiam mendengar "tembakan" Magda. Sadar dia kecolongan, segera Magda berdiri dan memelukku, dia menempelkan pipinya dipipiku. " Zung maafkan aku, mulutku latah," bujuknya.
" Aku mau datang kesini karena memenuhi permintaanmu, bukan mendengarkan hujatan dan mengungkit masa lalu yang sedang berusaha melupakannya. "

" Maaf bang, aku keceplosan. Aku tahu abang berusaha melupakannya malah mulutku ngelantur. Maaf iya Zung."
" Jangan ulang lagi, atau aku tidak akan mau datang kesini untuk selamanya," ancamku.

Tiba-tiba Magda berdiri dengan posisi sikap sempurna sambil mengangkat tangannya di sisi lengannya: " demi abang ku yang baik, aku berjanji tidak akan mengungkit masa lalu abangku yang berwajah jelek," suaranya lantang.
Aku tertawa gelak dengan tingkahnya. Aku berdiri menarik tangannya duduk disampingku.
" Magda masih mau tolong aku?"
" Kalau bisa kenapa nggak?" jawabnya.( Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment