Tuesday, March 17, 2009

Dosenku "Pacarku" (94)

==================
Aku tertawa gelak dengan tingkahnya. Aku berdiri menarik tangannya duduk disampingku.
" Magda masih mau tolong aku?"
" Kalau bisa kenapa nggak?" jawabnya
=================
" Malam minggu depan om Hendra mengajakku ke diskotik. Tapi aku nggak punya teman, Magda mau pergi dengan ku,?" Matanya terbelalak mendengar ajakanku. " Abang mimpi? Nggak ah...aku nggak mau. Nanti aku dianggap perempuan nakal."
"Pikiran mu sama dengan orang kebanyakan, keliru. Mereka beranggapan, juga kamu, bila berkunjung ke diskotik adalah orang- orang nakal; bahkan, mengangap orang yang rajin beribadah lebih suci dari mereka.

Ira salah seorang korban anggapan sempit itu. Ira tak pernah melacurkan dirinya meskipun dengan cara itu dia mendapatkan uang lebih banyak dan lebih gampang. Dia bekerja sebagai pramuria karena butuh uang membiaya perkuliahannya, " ujarku.
" Iyalah bang, aku mau temani kesana, tetapi abang angkat janji dulu, tidak lagi mau mengulangi masa lalu, mabuk-mabukan. Ayo berdiri, ucapkan janjimu," desaknya sambil ketawa. Dengan terpaksa aku menirukan gayanya ketika "angkat janji". Kami tetawa bersama usai aku mengucapkan janji: " Aku berjanji dihadapan itoku ratu cerewet, tidak akan mabuk dan ugal-ugalan."

" Aku nanti hanya duduk temanin abang. Jangan buat yang aneh-aneh kalau nggak mau aku tinggal. Juga jangan ditawarin minum, aku nggak biasa minum alkohol, " ujarnya
" Magda nanti minum minuman ringan. Kehadiranmu, akan membatasi diriku minum dan mungkin Susan agak enggan mengajakku minum berlebihan seperti beberapa bulan lalu." Magda akhirnya setuju pergi bersamaku ke diskotik.

Malam minggunya, aku dan Magda berangkat ke diskotik. Di dalam mobil, Magda mengingatkanku lagi, jangan minum berlebihan. Boleh minum tetapi sekedarnya saja. Magda mengancamku. "Bila nanti abang minum banyak, akan aku tinggal."
"Itu makanya aku ajak Magda biar ada yang mengontrol ku," balasku.
***
Hendra dan Susan menyambut aku dan Magda sembari menyalami kami. "Selamat kepada doctoranda Magdalena," ucap Hendra hangat. Magda tersipu karena meyebut gelar akademis didepan namanya. Susan merasa suprise melihat kehadiran Magda. Tanpa merasa sungkan Susan berbisik di teligaku, " Zung, dulu kami bilang, hubunganmu dengan Magda tidak akan mungkin bersatu lagi. Kok malam ini abang datang bersama Magda.!?"

" Hubunganku dan Magda sebatas teman saja, karena dulu kami pernah bersahabat erat, " ucapku pelan, sementara Magda asyik bicara dengan Hendra. Selama kami di diskotik, Susan hanya sekali mengajakku ke floor tetapi agak lama. Aku khawatir Magda akan merasa bosan menunggu kami yang sedang hanyut mengikuti alunan musik. Berulangkali aku melepaskan pelukan Susan, tetapi dia selalu membujukku. " Bang malam ini untuk yang terakhir. Abang jadi berangkat ke Jakarta? Kapan, ? tanyanya tangannya masih melingkar leherku.
" Aku berangkat akhir bulan ini."

Susan melepaskan tangannya setelah mendaratkan bibirnya dipipiku. Aku menggandeng Susan kembali duduk kesisi Hendra. Magda menyambut Susan dengan senyuman. Tidak lama setelah aku duduk tangan Magda mencubit pahaku, tapi matanya menuju kearah Susan. Hendra membujuk Magda untuk turun berdansa, tetapi dengan sopan Magda menolak.

Aku berbisik kepada Magda: " Pergilah! Itu hanya tatakrama dalam dunia persahabatan. Nggak apa-apa kok.! " ujar ku. Magda mencubit paha ku lagi dan besbisik: " bang, diam !"
***
Aku dan Magda mohon diri. Susan dan Hendra berusaha membujuk kami untuk tinggal sebentar lagi.
" Aku mau menjemput mami," jawab Magda berdalih.
Didalam mobil, Magda marah-marah. " Ngapain abang suruh aku berdansa dengan om itu hah...!?
" Itu hanya tatakrama..."

" Makan tatakramamu itu. Kenapa bukan abang yang ajak aku?"
" Lho, aku nggak tahu kalau Magda mau .?"
" Mau! Mau gamparin abang. Tadi di mobil sudah aku ingatkan jangan minum banyak, tetapi abang minum sembunyi- sembunyi. Memang, di mejamu hanya sedikit, tetapi ketika dengan Susan, aku melihat abang berulang kali menambah minuman."

" Aku hanya menambah sedikit. Buktinya aku masih bisa ngomong normal," jawabku membela diri.
" Lain kali aku nggak mau lagi ikutin abang."
" Iya nggak lagi lah. Aku kan mau berangkat ke Jakarta!?"
" Abang jugul.!" (keras kepala, pen)

" Terserah Magda bilang apalah. Bagaimanapun aku tetap mengucapkan terimakasih; malam ini kamu telah menyelamatkanku. Kalau tadi Magda nggak ikut, pasti aku akan kembali seperti dulu mabuk berat. Kemarin motormu menyelamatkanku, aku nggak jadi nginap dirumah Susan. Malam ini giliranmu menyelamatkanku. Bagaimana pula aku dapat melupakannya semua itu," ujarku serius.

" Zung tak perlu mengucapkan terimakasih seperti itu," ujar Magda mengelus pipiku. Bang, nggak usah coba-coba lagi minum biar sedikit juga. Nanti abang kembali jadi manusia brutal, tak karuan," nasihatnya lembut.
" Tadi Magda bilang mau jemput mami. Mami dimana?"tanyaku
" Di rumah! Tadi aku bilang menjemput mami, agar kita bisa pulang, dan merekapun nggak tersingung. Itu tatakrama bersahabat," ujarnya ngenyek menirukan ucapakanku sebelumnya."( Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment