http://www.youtube.com/watch?v=KLwyEp4knjc
=====================
Aku tarik tanganku dengan manja pula, aku punggungi dia dan nenek.“ "Ehhhhh angka naposoon( anak muda ini, pen).......” kata nenek cengengesan sambil meninggalkan aku dan Sinta dikamar.
=====================
Segera aku bangkit dari tempat tidurku. " Kita berhasil Sinta," teriakku sambil melemparkan selimut ketubuh Sinta. Aku memeluknya erat-erat.
" Dia meronta, sedikit gemetar, jangan bang," katanya berusaha melepaskan pelukan ku.
"Ini juga bagian dari skenario itu," kataku melepaskan tubuhnya sambil tertawa. Hahahaha.... ternyata kau juga pemain berbakat," kataku sambil menggandengnya mesra keluar dari kamar.
" Tenang kau Sinta tak usah malu, ini masih bagian alur scenario."
"Kami hanya bicara tentang buku cerita."
" Cerita tentang apa," tanya ibuku.
" Cerita tentang dua sejoli sedang jatuh cinta. Ceritanya menarik dan bagus, sebentar lagi filmnya diputar dibioskop. Apa nama bukunya aku lupa," tanyaku berpura-pura pada Sinta.
Judulnya, "Paribanku Genit" Isi ceritanya bagus namboru," kata Sinta ketawa, ibu ikut tertawa.
"Bu, ini oleh-oleh dari Magda. Tidak tahu apa isinya," ujarku.
"Siapa itu Maria Magdalena..," tanya ompung hempot.
" Magdalena pung, tidak pake Maria," potong Sinta.
"Samalah itu, " oceh ompung
" Oh...iya.... tulang mu sudah cerita tentang kekerabatan kita. Benar, Magda ito mu, jangan main-main kau ," ucap ompung.
"Aku tidak main-main pung, aku serius kok."
"Bukan itu maksud ku. Magda itu saudara dekat, kau tidak boleh meneruskan hubungan mu," katanya lagi menasehatiku.
"Bukalah namboru," ujar Sinta.
"Kamulah yang buka, " ujar ibuku sambil menyerahkan bungkusan itu.
Aku sedikit gelisah. Mestinya aku tak memberitahu lebih dahulu bahwa itu oleh-oleh dari Magda.
Ompung ngerocos, " Ambilah itu sama kau banyaknya kain sarung namboru mu’"
Segera ibu meraih kain sarung dari pegangan Sinta. " Sampaikan terimakasih ku sama Magda,"ujar ibu tersenyum seraya melirikku.
Aku dan Sinta tersenyum lega melihat "adegan" yang mendebarkan itu, cair sudah. Kecuali ompung wajahnya semakin keriput karena merengut.
" Besok aku pulang," jawabku, ketika ibu menanyakan kapan aku kembali ke Medan.
"Kenapa buru-buru amang, disinilah kita bergereja, kau masih libur bukan ,?" bujuk ibuku.
Aku diam, sukar sekali menolak ajakan ibuku. Tapi bagaimana dengan Magda?. Padahal aku sudah janjian menghadiri pesta pernikahan Bistok, Sabtu lusa.(Bersambung)
No comments:
Post a Comment