Tuesday, January 27, 2009

Magdalena ( 20)

http://www.youtube.com/watch?v=z4cjrB02DL0

==================
Aku tersenyum sendiri, ketika otakku mengurai rekam kenangan duapuluh tahun kebelakang, manakala aku dan Sinta serta anak-anak seusia kami mandi telanjang ditengah hujan deras.
=================

Sepanjang perjalanan menuju rumah kost, Sinta menyandarkan kepalanya di sisi bahuku, dia benar-benar kelelahan. Aku mengangkat semua bawaanya, ku hantarkan dia hingga kekamarnya. “
“Malam baik,”ujarku sambil mencium kedua pipinya.
“Terimakasih ....hati-hati bang,” balasnya ketika aku hendak meninggalkan rumah kostnya. Rasa kantuk menyerangku, ingin cepat tiba di kamar kos “perpustakaan” Magda yang kutinggalkan lima hari lalu. Aku melangkah cepat menuju kamar sejuta kenangan. Ketika pintu ku buka, semerbak wangi menyambut kedatanganku. Aku merasa surprise, suasana kamar berobah. Posisi tempat tidur, lemari dan meja belajar berubah total. Bantal guling baru lengkap dengan sarung, bed cover baru cantik berwarna biru bergambar burung dipadu kembang warna-warni.

Sebuah jam beker bertengger diatas meja belajar yang kini dilapis kaca tebal . Dibawah lapisan kaca meja belajar terselip beberapa lembar foto kami berdua usai pelantikan sarjana muda beberapa waktu lalu.

Taplak meja berinitial M&H ( Magdalena & Holong, nama depan tan zung) dan gorden jendela kamarku tampak bersih. Suasana baru ruangan menghilangkan rasa penat ku. Ingin rasanya segera menemui Magda mencium kening dan mengucapkan selaksa terimakasih. Namun, jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, aku tidak tega menggangunya.

Sementara aku menikmati suasana baru ruangan, ibu kost menemuiku, bertanya kondisi kesehatan ibuku.
“ Sejak Jumat malam lalu Magda dan Mawar datang menanyakan kamu. Tadi sore juga sekitar pukul lima, mereka datang lagi ,” ujar ibu kost.
“ Ada pesannya bu,” tanyaku.
‘Kamu disuruh telephon kalau sudah tiba.”
Ibu kost memberikan kunci telephon. “Ini kunci telephon kalau mau hubungi dia,” ujarnya.
“ Terimakasih bu, besok pagi saja dia ku telefon, sekarang sudah terlalu malam.”

Ibu kostku berlalu, aku panggilkan kenderaan kesayanganku sekaligus tempat berangan-angan, becak dayung. Kepada abang pengayuh becak, ku sebut jalan yang mau kutuju, sudah pasti kerumah Magda.

Aku memang tidak punya niat bertemu langsung karena waktu sudah larut malam. Tetapi paling tidak aku melewati rumahnya atau melihat terasnya sebelum aku tidur. Syukur-syukur Magda sedang duduk sendiri diteras rumahnya, pikirku.

Dari sisi jalan aku melihat motor Vesva Mawar parkir dihalaman rumah Magda. “ Pelan ... eeeeh...bang tutup dulu tenda becamu ini,”pintaku.
Benar, aku melihat Magda dan Mawar duduk diteras sedang asyik ngobrol.

“ Terus .....terus....jangan terlalu cepat bang, “ ujarku ketika melewati jalan didepan rumah Magda. Rasanya aku mau melompat menemuinya. Tapi niatku ku urungkan.
“ Balik lagi bang....pelan...pelan...pintaku lagi sama abang beca. “jalan yang sama.
“ Takut pak, nanti kita dicurigaigarong,” jawabnya. (Bersambung)

Los Angeles, January 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment