Monday, February 16, 2009

Dosenku "Pacarku" (10)

http://www.youtube.com/watch?v=DVS_qzjCiSI

Somethin’ Stupid
I know I stand in line /Until you think /You have the time/To spend an evening with me/And if we go Someplace to dance I know that There’s a chance
You won’t be Leaving with me/Then afterwards We drop into A quiet little place/And have a drink or two/ And then I go /And spoil it all /By saying something stupid/Like "I love you"...........

==================
“ Nggak Zung....., you’re my man” ujarnya seraya kedua tangannya menahan tubuhku hingga aku rebah dipelukannya. Hmmm..”bab” pendahuluan telah usai, kini masuk pada “bab” yang entah keberapa.
==================

AGAKNYA pengaruh minuman Susan sudah agak berkurang, terasa ketika marah-marahan sebelumnya. Aku bergegas mengambil minuman. Susan menyusulku ke bar mininya. Dia memijit punggungku dari belakang, sekalian kepala, pintaku. Eh......malah cubitan mendarat di kedua sisi pinggangku,”enak aja kamu.” balasnya.

“ Kita minum black label saja iya, sudah tengah malam nih,” pintaku. Susan mengangguk tanda setuju,“ apa hubungannya waktu dengan jenis minuman,?” tanyanya ketawa sembari mengambil kedua gelas dari tanganku.

“ Udara semakin dingin,” jawabku
Susan menatapku lama, bibirnya mengukir senyum. Susan kembali memilih lagu berirama “soft” seiring bergulirnya waktu menjelang pagi. Susan menolak ketika aku minta memutar lagu-lagu Indonesia.
“ Nggak seru, Zung mau aku terjemahkan artinya, ? tanyanya ( aku masih ingat, kurang lebih seperti ini)

aku duduk di keheningan sepi
mengenang sahabat ku jauh pergi
aku melangkah menyepi
dalam gelora sunyi tak menepi
gemgam waktu berlalu, gelora menepi
aku menapak dengan secawan anggur,
gelora berlabuh melebur
dalam sanubari ,
melangkah pasti
dalam nafas
dalam kidung
................
“ Cukup...., kamu mengada-ada, tak ada satupun kalimat seperti itu dalam lirik..”protesku
Susan tertawa lepas dan merangkulku.

“ Ayo bang kita dansa...yukkk...” ajaknya sambil menarik tanganku.
“ Ok...tetapi setelah ini aku pulang, aku ngantuk berat .”

Suara Susan meninggi mendengar aku mau pulang.”Zung kamu bohong, tadi kamu bilang, kita mau menikmati malam ini hingga pagi.Kok sekarang minta pulang. Tidak, Zung jangan pulang...please...honey....!” ujarnya, sambil mendekapku erat. Aku baru sadar, bahwa baru saja aku janji menghabiskan malam ini dengannya, ketika dia merajuk. Oalahhh...lidahku memasung diri sendiri.

“ Besok nggak ada perkuliahan, ngapain kamu pulang, hhmm..?” ujarnya gemas sambil meremas daguku.

Aku merasa kesal, seperti kerasukan kuraih gelas minumanku, kuteguk hingga tetesan akhir. Susan mengambil botol minuman black label meletakkan di atas meja. Dia kembali mengisi gelasku yang telah kosong. Susan menggeser meja kecil yang ada di depan kami kesudut ruangan.

“ Zung ayo....malam ini aku latih kamu tari “salsa”, aku dulu pelajari ketika kuliah di California.”
Susan menghentak-hentakkan kakinya diiringi dengan hitungan satu...dua, kaki melangkah maju mundur kebelakang melangkah kekiri dan kekanan, kemudian mengangkat tanganku keatas, memutar tubuhnya...dan kepalanya bersandar di tangan kiriku, wajahnya mengarah kewajahku.

Susan melatih ku berulangkali tetapi tetap saja aku tak merasa tertarik, “ ah...rumit amat , aku nggak suka, yang biasa-biasa sajalah. Kalau toh..ujung-ujungnya “salsa” mu, tubuh merebah ke tanganku, kenapa nggak langsung saja seperti ini..” ujarku ketawa sambil meraih tubuhnya ke atas dadaku.

“ Zung rumit mana dengan “ advance accounting” yang aku ajarkan ?” ujarnya sambil tertawa.
Hush....kan kita sudah janji nggak boleh bicara berbau sekolah malam ini.!”
I’m sorry honey.....!” ucapnya memelas.

Lagi, Susan mengajakku berdansa. Aku sebenarnya sudah merasa bosan. Aku sadar, malam itu aku hanya menjadi pemuas dirinya, pada hal baru satu hari berpisah dengan suaminya. Ah...maniak benar ini perempuan, pikirku. Dengan keadaan terpaksa ku ikuti gejolak hatinya, lebih tepat nafsunya. Satu-satu jalan menghilangkan kejenuhan ditengah ke terpasungan, aku perbudak diriku dengan minuman sebagai pelarian.

Malam itu pengaruh alkohol yang merasuk keseluruh sel-sel otakku cukup mengganggu pikiran. Malam semakin larut, geloranya semakin menggebu, sukar aku membendungnya kecuali hanya pasrah. Berulangkali aku membisikkan ketelinganya, bila aku telah letih. Susan tak perduli, dia terus mememelukku erat, kadangkala aku merasakan tubuhnya gemetar menahan gelora nafsunya. ( Bersambung)

Los Angeles. February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment