Thursday, February 19, 2009

Dosenku "Pacarku" (16)


http://www.youtube.com/watch?v=AfKmfD7kc6M

I Want To Spend My Lifetime Loving You. /Moon so bright, night so fine/Keep your heart here with mine/Life's a dream we are dreaming. /Race the moon, catch the wind/Ride the night to the end/Seize the day, stand up for the light / I want to spend my lifetime loving you/If that is all in life I ever do. /Heroes rise, heroes fall/Rise again, win it all/In your heart, can't
you feel the glory? /Through our joy, through our pain/We can move worlds again/Take my hand, dance with me
....

========
" Wajah Susan sedikit "redup" hanya gara-gara pandangan ku sama waitress, oh...iya..iya cemburunya berlebihan. "
=========
Lama dia memandangiku dengan wajah cembrut, sementara buku menunya dibiarkan diatas meja tanpa disentuh. Aku pura-pura serius membuka buku menunya sambil melirik kearah Susan, tatapan mata-sendu- masih kewajahku. Dalam hatiku, mantan pacarku yang masih gadis tidak seperti nyonya ini rasa cemburunya. Susan menarik tanganya dari atas pahaku, dia melipat tangannya diatas dadanya, wajahnya masih cemberut.

"Susan, kita kesini mau makan, bukan mau cubit-cubitan, cemberut-cemberutan," ucapku. Baiklah, kalau Susan nggak mau makan, biar aku sendiri yang makan, jika kamu tega. Aku baca daftar makan dengan bersuara, tahu...tempe...pecal...dan ikan teri. Aku mau yang ini sajalah," ucapku, aku ngomong sendiri. Aku pura-pura panggil waitressnya dengan suara pelan, takut kedengaran, nanti datang pula.

Susan menolehku, kini wajah cembrutnya mencair, " Zung, itu yang membuat aku semakin jatuh hati padamu."
" Itu nya apa? ngomong yang jelas, " tanyaku pura-pura serius. Dalam hati, temunya baru dua hari jalan, kok langsung punya kesimpulan seperti itu. ?

" Abang bisa segera meneduhkan hati. Manalah ada dibuku menu makanan seperti abang baca barusan."
" Susan, sok tahu. Kamu sendiri belum baca daftar menunya. Mau taruhan?"
" Taruhannya apa dulu bang," tanyanya.
" Cium dagu!"
" Aku mau!"katanya, langsung "menyerbu" daguku.
***
Kali ini dia lebih menghormatiku, tidak seperti sebelumnya menggangap aku sebagai mahasiswanya. Sebelum Susan memilih jenis makanan kesukaannya, dia menyerahkan buku menunya , " Zung, kali ini kamu yang pilih makanan untuk kita."

" Susan, pilihanku selera orang kampung."
" Zung, aku nggak suka hal yang lalu diungkit-ungkit. Kan, kemarin abang sudah menegurku," ujarnya mengiba sembari mencubit pahaku karena menyebut "kampung".

" Aku paling suka ngusilin orang supaya pahaku dicubitin."
" Zung tadi bilang, kita kesini mau makan, bukan mau cubit-cubitan," ucapnya gemas, kini tangannya pindah mencubit lenganku.
" Terserah Susan sajalah, apa yang kamu suka, aku pasti suka." ujarku.

" Abang serius nih ?" tanyanya, nada suaranya melemah. Susan menyandarkan kepalanya disisi bahuku sesaat, aku tahu maunya, aku tempelkan bibirku ke ujung hidungnya.

Susan memilih beberapa jenis makanan, tak ketinggalan anggur merah, " Zung mau anggur putih?"
" Nggak, aku tadi bilang, apa yang kamu suka pasti aku suka, kamu suka anggur putih?" Pada hal sesungguhnya, memang aku tak suka anggur putih, bisa-bisakunya itu kemarin malam minta anggur putih.

Ketika waitress mengantar makanan, aku tak berani lagi memandangnya, takut cemburunya kambuh. Sengaja wajahku kumiringkan kearah Susan sambil menatap wajahnya.

Susan heran, "kenapa bang? abang nggak suka makanannya ? Tadi abang bilang, makanan apa aku suka abang juga suka, sekarang kok... ?"
"Iya aku suka, yang aku tidak suka wajah perempuan tadi. Kan, aku nggak boleh menatap wajah perempuan lain kecuali menatap wajahmu.!"

" Halahhh...abang buat aku deg-degan saja. Aku kirain abang marah."
" Siapa pula bisa marah pada dosen."
" Zung.... ayo kita makan, abang pintar ber "gurindam," ujarnya tersenyum.
Susan mengisi piring ku dengan beberapa irisan beefsteak yang dipotongnya. Aku diam, menunggu Susan selesai memotong untuknya sendiri.

Hmmm.... Susan menaruh lauk kemulutku dengan garpu. Aku menolak. Susan kaget.
"Zung ayo buka mulutnya!"
Aku tetap menutup mulutku sambil memandanginya. Susan menyerah, kami saling menatap. " Zung apalagi nih, abang memang nggak suka pesananku? Tadi kan aku bilang, biar abang yang pilih." ujarnya memelas. ( Bersambung)

Los Angeles

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment