Monday, February 23, 2009

Dosenku "Pacarku" (28)

===============
Sialan, hatiku langsung terenyuh mendengar ajakannya, lembut menghanyutkan. Aku boleh marah? Berarti, dia telah menyadari kesalahannya kemarin malam. Bagiku, itu kesalahan mahaberat. Aku ikutin dia masuk kesudut ruangan tempatku semula
===============
" Tan Zung mau minum? Aku nggak bang, takut nanti keterusan, masih banyak tugasku yang belum selesai."

" Susan, ngapain kamu kesini? Tempat ini bukan ruangan memberi kuliah, bukan juga tempat bertemu dengan bandit atau buaya." Susan hanya menatapku sendu, tak bicara. Aku tak tahan menatap matanya, kasihan. Untuk menutupi kegugupanku, aku panggil pramuria, Ira. " Ira, aku mau mimun, satu shoot saja." Susan nggak mau minum.
"Minum juice saja iya..bu.!" ucap Ira.
" Bolehlah, biar ada teman abang minum." jawab Susan.

"Zung, aku tadi mampir dirumah mu."
" Untuk apa Susan datang ke gubukku lagi, masih belum cukupkah amarahmu tadi malam? Sekarang, Susan menemuiku lagi ketika aku bersama dengan perempuan malam ? Susan, sepertinya, aku lebih cocok berteman dengan perempuan- perempuan malam itu. Memang, aku pria tak tahu diri, berteman dengan seorang perempuan yang bukan"level" ku," cecarku sambil mereguk habis isi gelasku.

Susan melarang Ira menambah minumanku ketika aku meminta tambah.
" Ira, cukup dulu." cegah Susan.
" Susan..! kenapa mencampuri urusanku? Aku mau mampus, mau mati, itu bukan urusanmu. Aku cukup dewasa untuk menentukan apa yang aku mau. Susan cukup mengurus skripsiku, itupun kalau masih mau. Susan juga harus tegas, mau atau tidak menyelesaikannya? Atau aku harus pindah ke dosen lain, yang mau memperhatikan nasibku."

Ira kaget ketika aku berucap tengik kepada Susan dosenku itu. Susan diam, tak melayani ocehanku. "Ira, nanti aku panggil, kalau abang mau tambah," ujar Susan kepada Ira yang berdiri kebingungan.
" Iya..bu" ujar Ira buru-buru meninggalkanku dan Susan.
" Zung, sudahan marahnya ? Boleh aku bicara.?"
" Apalagi yang Susan mau bicarakan?"
" Sebelum kesini, tadi aku mampir ke rumahmu. Aku lama bicara dengan ibu kostmu. Aku sudah mengerti, kenapa bibi mu panggil "bapa' kepada abang. Aku sudah minta maaf kepada bibi itu.

Selama ini aku tidak mengerti banyak tentang jenjang kekerabatan didalam sub etnik Tapanuli. Benar, ibuku berasal dari Tapanuli, tetapi ibu tak pernah mengajar kami perihal kekerabatan itu. Tadi aku pikir, bibi panggil kamu "bapa" seperti lazimnya suami isteri."

"Susan, bagaimana mungkin itu terjadi , marganya sama dengan aku. Itu sebabnya aku panggil dia bibiku."
" Aku tak tahu sebelumnya. Itulah Zung, aku baru tahu setelah dijelaskan. Kebetulan bibi sudah janda, pikiranku macam-macam bang dan ...."
" Karena aku buaya......?" ucapku sebelum dia mengakhiri ucapannya.

" Zung....aku mohon maaf. Silahkan kalau memakiku, aku terima." ujar Susan serius, suaranya tersendat.
" Memaki..? Bukan kebiasaanku, meski kamu anggap aku bandit. Marah...iya aku bisa marah."

"Terserah abang mau diapakan, aku siap. Aku sadar telah menyakiti hatimu. Itulah sebabnya aku tadi datang kerumah abang, ingin minta maaf'."
" Susan, selama beberapa hari bersama dengan kamu, cemburu mu berlebihan."
" Iya...aku juga tidak mengerti, kenapa aku begitu cemburuan. Mungkin aku terlalu mengharap banyak dari abang."
" Apa yang kau harap dari seorang bandit, buaya lagi, hah...!?" (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment