Monday, February 23, 2009

Dosenku "Pacarku" (31)

ADA RINDU UNTUKMU

==============
"Sebentar bang, aku mau istrahat dulu," ujarnya sambil memperbaiki posisi kepalanya diatas dadaku, sementara tangannya diletakkan di pangkuanku. Susan mengingatkanku ketika meminta tambahan minuman, "bang...cukup" ucapnya lemah
==============
" Iya, ini yang terakhir, aku cuma minta bir kok. Susan minum dikit biar segar, mau.?"
Susan diam, aha...aku ingat "ilmu" baru yang diajarkan kemarin dulu. Kali ini aku gagal, Susan terbatuk-batuk, "distribusi" minumanku masuknya kurang mulus, kasihan. Aku coba mengurangi batuknya dengan memijat punggung. Susan keringat dingin menahan batuk.

" Zung, tolong ambilkan jaketku kemobil, " pintanya sambil menahan batuk. Perlahan kuangkat kepalanya dari atas dadaku. Tampaknya dia tak dapat menahan rasa sakitnya, dia meletakkan kepalanya diatas meja. Segera ku pakaikan jaket ketubuhnya setelah aku kembali dari mobil mengambil jaket.

Susan kembali menyandarkan kepalanya diatas dadaku. Susan mengingatkanku, supaya jangan menambah minumanku lagi. Kali ini aku turuti permintaannya. Suhu tubuhnya semakin panas, aku khawatir kesehatannya semakin memburuk, sementara diskotik tutup setengah jam kemudian.

"Susan, sebentar lagi kita pulang, kamu masih bisa bertahan.?"
Susan mengangguk perlahan, "Iya bang," jawabnya. Punggung dan keningnya kupijat silih berganti, harap, dapat menolong, paling tidak untuk sementara. Susan menolak ketika aku ajak kerumah sakit.
" Tidak usah bang, aku cuma kurang istrahat," ujarnya, diiringi batuk yang belum kunjung berhenti.
***
Ira membantuku memapah Susan kemobil setelah discotik tutup. Aku menghantarkan Ira dan Sari pulang hingga kedepan rumah mereka. " Bang, terimakasih," ujarnya sambil mencium pipiku. Segera Ira kutinggalkan sebelum berlanjut, sementara "pasien" sedang terbaring dimobil.

Susan masih batuk tapi agak berkurang, suhu badannya masih hangat. Tiba dirumah, aku tuntun dia masuk kerumah, merebahkannya diatas sofa tempat kami dua malam lalu " bergulat"

" Zung, tolong bangunkan pembantu di kamar belakang. Aku minta air hangat," pintanya, suaranya masih lemah.
" Biar aku saja yang mengambilnya. Susan mau minum chivas? tanyaku bercanda. Susan senyum mendengarnya, "bang...aku butuh air hangat."
" Berapa ember bu....?"
" Zung...aku sakittt, abang bercanda terus....tolong air hangatnya, aku haus.!"
Segera aku bergegas tetapi aku kebingungan mencari gelas dan air panas. Kamar pembantupun aku nggak tahu. " Susan, aku nggak tahu dimana air panas dan gelas, aku juga nggak tahu dimana kamar pembantu. Aku cuma ingat kamarmu." ujarku tertawa.

Susan terpaksa bangkit dari sofa, menunjukkan tempat gelas dan termos. Aku seduh teh untuknya.
"Zung, kalau mau minum, ambil sendiri," ujarnya sambil menunjukkan ke arah lemari kecil yang menempel di" bar mini"nya.

"Nggak enak sendirian minum, kapan-kapan saja. Bagaimana sekarang perasaan mu, kepala masih pusing? "
Aku menuntunnya kembali ke ruang tamu. Susan masih lemah, " Zung, aku mau rebahan," ujarnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
"Aku boleh pulang?"
" Maaf Zung, aku lupa, sopir tadi sore pulang ke kampungnya, isterinya sakit."

" Jadi maksudmu, aku tidur disini lagi?"
" Kenapa ? Abang tega meninggalkan aku sendirian ? Abang buru-buru mau pulang atau kerumah Ira?"

" Kerumah Ira..? Ngapain...?" tanyaku
" Barangkali tadi masih kurang..." jawabnya
" Kurang apanya.?" tanyaku lagi
" Zung, kamu sering berpura-pura. Aku tadi melihatmu berciuman dengan Ira." (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment