Monday, February 23, 2009

Dosenku "Pacarku" (29)

Savage garden - Truly madly deeply

http://www.youtube.com/watch?v=H6Dg1Ymji-Q

==================
" Iya...aku juga tidak mengerti, kenapa aku begitu cemburuan. Mungkin aku terlalu mengharap banyak dari abang."
" Apa yang kau harap dari seorang bandit, buaya lagi, hah...!?"
=================

" Zung.., sudahlah. Maafkan aku," ucapnya sambil menyeka air matanya, seraya menambahkan, Aku tahu abang sakit hati atas ucapanku. Seperti tadi aku katakan, aku terlalu banyak mengharap. Aku juga tidak tahu kenapa aku jatuh cinta kepada abang." Susan menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Susan, kamu pikir tangisanmu dapat mengobati hujatan sadis kemarin malam.?"
" Zung, tolonglah.... maafkan aku. Aku terlalu sayang pada abang, aku terlalu banyak mengharap darimu, aku juga nggak tahu kenapa. Salahkah aku mengharap dari seseorang yang aku cintai?"

" Tidak salah.! Tetapi Susan, apa yang kamu harap dariku, perjalanan hidupku masih belum jelas. Sementara kamu sudah mempunyai tambatan abadi, lupakanlah harapmu itu. Sekedar berteman ok. Aku juga tidak mengharap lebih dari persahabatan biasa!"

Masih dengan suara tersendat, kedua tangannya meraih tanganku, "Abang mencintaiku..?"
" Tidak tahu, hingga sekarang aku juga tak begitu jelas apa itu cinta...!" Yang aku rasakan, cinta bisa membahagiakan tapi sering pula ia menyakiti. Keduanya aku telah "nikmati". Sementara ini, bagiku, cinta itu adalah permainan perasaan."

Susan terdiam, dia menyeka airmata, menghela nafasnya dalam, tangannya memegang kedua telapak tanganku erat.
"Zung... sejak aku es-em-a hingga tammat kuliah, aku belum pernah jatuh cinta dengan lelaki. Aku terlalu sibuk dengan kuliahku hingga aku berangkat ke luar negeri."

" Kamu belum pernah jatuh cinta dengan seorang pria.?"
" Sebelumnya tidak, kecuali terhadap abang...!"
" Hahh....kamu jatuh cinta padaku sejak kapan ? Sejak kemarin dulu.?"
"Bukan..! sejak abang pertama datang mengantar bahan skripsimu. Ketika itu, abang selalu curi-curi pandang dan selalu memperhatikanku. Sorotan matamu meggetarkan hati."

"Susan salah "menterjemahkan". Aku selalu menatapmu kagum, karena dengan usia muda menjadi dosen dan bergelar master. Itu saja. Lalu, bagaimana seandainya aku masih berteman dengan Magdalena, apakah Susan juga mencintaiku?"
" Iya... aku akan tetap mencintaimu, meski itu akan aku kubur "hidup- hidup".

" Susan, aku semakin tak jelas apa itu cinta."
" Jadi, bagaimana Susan menikah dengan suamimu. Bukankah pernikahan itu perwujudan cinta yang terjalin? Kalian tidak ada komitmen dalam pernikahan.?" Susan menggelengkan kepalanya, menatap mataku , hampa.

"Jadi...kamu tidak mencintai suami yang kini sekarang di London..?"
" Zung, terlalu panjang ceritanya. Nantilah aku ceritakan pada waktunya."
" Jangan-jangan yang Susan rasakan hanya cinta fatamorgana."

" Aku juga tak tahu, yang pasti hatiku terpaut kepada abang."
" Minggu lalu, kamu janji mau mengutarakan perihal pernikahan dengan suamimu, sekarang kamu ulur-ulur lagi. Nasibnya sama dengan skripsiku yang tak kunjung usai. Apakah Susan masih layak dipercaya?"

" Zung, aku janji, aku akan ceritakan, tetapi bukan disini tempatnya," ucapnya sambil menyeka air matanya.
" Maksumu dikamar tidur.?"
" Zung, bicara yang pelan!"
"Orang batak kamu suruh bicara pelan ditengah hiruk pikuk. Berbisik saja sama seperti orang Jawa berteriak. Omong-omong Susan orang Deli atau Pujakesuma ( Putri Jawa Keturunan Sumatera)?"

" Yang pasti bukan orang utan. Zung....kurangi "volume" suaranya," pintanya lagi
" Ok..aku sekarang akan diam mendengar ceritamu."
" Zung, aku akan ceritakan nanti dirumah."

" Dirumah siapa? di rumahmu atau di rumah kostku.?
" Terserah abang, tetapi kalau di rumahmu, nanti anak-anak dan tante tergangangu."
" Iya..sudah dikebon binatang saja. Disana ada temanku buaya jadi saksi."
" Zung, abang kok sukar sekali memaafkanku.Kita kerumahku saja..iya bang." bujuknya. ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment