Monday, February 23, 2009

Dosenku "Pacarku" (26)


Marc Anthony - "You Sang to Me"
I just wanted you to comfort me/when I called you late last night you see/i was fallin' into love.
oh yes, i was crashin' into love/oh of all the words you sang to me/about life, the truth and bein' free yea/you sang to me, oh how you sang to me /girl i live off how you make me feel/so i question all this bein' real/cuz i'm not afraid to love/ for the first time i'm not afraid of
love
oh, this day seems made for you and me/and you showed me what life needs to be/ yea you sang to me, oh you sang to me

*)all the while you were in front of me i never realized/i jus' can't believe i didn't see it in your eyes/ i didn't see it, i can't believe it ...
===================
Ira tetap berdiri dan menatap mataku. Perlahan tangan kirinya meletakkan pisau dan bawang kedalam laci dapur, sementara tangan kanan memegang tanganku , erat dan gemetar.
===================
Hmm..adikku ini maunya apa, pikirku. Aku mencoba menterjemahkan vibratie " tangannya. Aku tatap matanya.
"Abang, mau minum?" tanyanya membuyarkan ancang-ancangku.
" Kamu punya apa? tanyaku.

Johny Walker ukuran sedang, kemarin aku beli khusus untuk abang. Belum apa-apa sudah impas, pikirku. Ira mengajakku kekamarnya," ayo abang, kemarin Ira simpan dikamar."

Kembali Ira meraih tanganku, menuntun keruang tamu. Ira mengambil satu gelas, "Abang saja yang minum, aku tidak biasa minum," ujarnya sambil menuangkan ke gelasku.

" Ira, tidak usahlah, kalau hanya aku yang minum."
" Bang, aku nggak biasa minum. Pernah aku coba, langsung pusing."
" Coba lagi, dengan abang pasti aman, nggak pusing."
" Abang bisa saja, apa bedanya minum dengan abang atau sendiri. Yang membuat pusing kan minumannya."

"Ok...sedikit saja, tanda awal persahabatan." bujukku.
" Jangan...bang...aku temanin abang sebentar. Ira minum teh saja."
" Simpan saja minuman ini, lebih baik kita minum air kelapa."
" Abang merajuk iya..." tanyanya. Ira bergerak mendekatiku.
"Tidak, lebih baik aku minum di discotik bersama perempuan lain, sambil dengar lagu."

" Perempuan lain..? ibu dosen itu?.
" Oh..nggak lagi. Aku sudah "kasih talak tiga" dia."
" Hah...memang abang sudah menikah dengannya? Lagi ribut bang? Bang, aku punya kaset lagu-lagu seperti di discotik itu, abang suka lagu apa?"

" Dengar lagu, duduk dan minum sendirian...?"
" Ya. iyalah ..aku temanin, aku minum sedikit saja..ya bang."
Ira meninggalkan aku sendirian setelah dia menenggak sedikit minuman dari gelasku.
"Bang, aku selesaikan dulu masakanku biar kita makan." ujarnya meninggalkan aku. Sementara Ira memasak didapur, minuman keras jalan terus menelusiri tenggorokanku. Pengaruh minuman mulai terasa, aku baringkan tubuhku di sofa sederhana milik Ira.

"Bang...aku pusing." teriak Ira dari dapur. Ira jalan sempyongan menuju ruang tamu. Segera kosongsong dia, kedekap tubuhnya.
"Ira mau tidur sebentar bang, " ujarnya. Aku papah Ira kekamarnya. Ira kaget ketika tubuhnya kuangkat ke tempat tidur." Bang........." katanya lemah ketika tubuhnya keletakkan ditempat tidur.

" Bang, tolong bangunkan aku nanti sebelum pukul tujuh. Ira takut ketiduran." ucapnya sebelum aku meninggalkan kamarnya.
" Ira, aku juga pusing berat nih. Aku juga takut ketiduran."
" Abang nakal, Ira dipaksa minum....akh...."

"Maaf Ira, abang pikir kamu berpura-pura." ucapku.
Aku melangkah keluar dari kamarnya, sebelum "berkarya" lebih jauh. Aku baringkan tubuhku diatas sofa. Ira dan Aku tertidur lelap, syukur Sari datang sebelum pukul tujuh.

Sari berteriak kegirangan melihat aku ada diruang tamunya. Dia merangkulku diatas sofa, " Bang....datang juga. Ira dimana, bang."? Sari ketawa keras, ketika aku beritahu Ira teler. Sari berlari kekamar Ira.

" Ira...kamu minum..? Sejak kapan kamu belajar minum..?" tanya Sari
" Abang Tan Zung paksa aku minum," jawabnya.
" Iya..bang?. Ira nggak pernah minum alkohol. Aku ...iya..sewaktu- waktu." ucap Sari.

"Aku pikir Ira berpura-pura, aku sudah minta maaf kok," kataku tertawa.
Sari mengingatkan Ira, waktunya berangkat kerja, "abang mandi dulu biar kelihatan segar? " ujar Sari.

Ira menyerahkan handuk, "abang duluan mandi. Cepatan bang nanti kita terlambat."
" Kenapa nggak mandi bareng saja, biar jangan terlambat," ujarku nakal.
" Abang genit. Ayo.... abang duluan...nanti kita terlambat," desaknya sambil menarik tanganku. Sari tersenyum mendengar percakapan singkat antara aku dan Ira. (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment