Thursday, March 5, 2009

Dosenku "Pacarku" (63)


"Answer"
I will be the answer/At the end of the line/I will be there for you Why take the time/In the burning of uncertainty/I will be your solid ground I will hold the balance/If you can't look down

If it takes my whole life/I won't break, I won't bend/It will all be worth it Worth it in the end/Because I can only tell you that I know That I need you in my life/When the stars have all gone out You'll still be burning so bright

Cast me gently/Into morning/For the night has been unkind/Take me to a Place so holy/That I can wash this from my mind/And break choosing not to fight

If it takes my whole life/I won't break, I won't bend/It will all be worth it Worth it in the end/Because I can only tell you that I know That I need you in my life/When the stars have all gone out/You'll still be burning so bright
Cast me gently/Into morning/For the night has been unkind
============ ============
Aku hanya mau memainkan "bola"yang sudah diumpannya melambung.
Tinggal bagaimana aku memainkannya, yang pasti aku harus melibatkan
dia malam ini.
=====================
" Zung, merokok lagi? Sejak kapan lagi abang berbuat bodoh? Sejak pacaran dengan ibu Susan!? Nggak, aku tak mau menolong abang jalan ke teras. Nggak.., aku nggak mau!" teriaknya.

Sejenak mami Magda menghentikan percakapannya, setelah mendengar teriakan putrinya, " Magda, kenapa harus teriak, tolong dibantu abangnya," bujuk maminya.

" Nggak, mami saja yang bantuin si abang, aku nggak," ujarnya ketus meninggalkan aku sendiri dimeja makan. Maminya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya Magda. Aku pikirkan jurus baru. Malam ini Magda telah melambungkan bola dan dia harus ikut bermain denganku, pasti. Aku hafal mati karakter mantan pacarku ini, tidak tegaan. Aku bangkit dari kursi meja makan, melangkah pelan ditopang tongkatku.

Inanguda, maminya Magda, memperhatikanku melangkah pelan, terseok. Kembali dia menghentikan percakapan dalam telephon dan memanggil Magda. Magda keluar dari"persembunyian" Didepan maminya, dia membantuku, tetapi setelah di hall way menuju pitu teras dia melepaskan tangannya. Magda meninggalkanku menapak sendiri menuju teras.

Tak sengaja aku terhempas ke pintu hampir jatuh. Magda berlari mendapatkanku, juga maminya. Magda didamprat maminya. "Kenapa kau nggak mau bantu abangmu, hah! Bagaimana jika abangmu jatuh!" tegur mamanya dengan suara tinggi.

Magda menatapku dengan rasa bersalah. Dia meraih tanganku, dilingkarkan ke atas bahunya. Magda menuntun sambil mengomel,. " Huh...gara-gara rokok abang, aku kena damprat. Apalagi maunya bang, mau nyalain rokoknya ...hah?" entaknya sebelum dia meninggalkanku.

Segera aku metahan tangannya, dia meronta. Aku bersikeras tidak mau melepaskannya. " Magda, tunggu!. Kau nggak boleh pergi! Kau tunggu abang disini, " pintaku dengan suara menahan teriak.

" Bang, aku nggak tahan bau rokok," balasnya, suaranya pelan, dia tidak meronta lagi.
" Kalau Magda mau, periksa seluruh kantongku. Bila Magda menemui sebatang rokok, kau boleh membantingkan kursi ini di kepalaku."
" Serius, abang nggak merokok ? Kenapa tadi bilang mau merokok ?" tanyanya sambil mengusap kepalaku.

" Tadinya aku bergurau, kamu langsung tanggapin serius, akhirnya kamu terima ganjarannya, didamparat sama queen," jawabku.
" Abang puas aku kena damprat?"
" Puaslah, sudah lama pula aku nggak melihat wajah mu "kerucut" seperti itu."

Magda meninggalkanku, dia merasa kesal "di asapin" kata-kata. Segera aku pukulkan tongkat ke pinggangnya. " Jangan pergi dulu, aku mau bicara serius mengenai Susan."
Magda merampas tongkatku, dia mengetukkan ke pundakku, pelan. " Sejak aku mengenal abang, selalu trouble maker."

" Sejak kapan ? Maksudmu sejak lima tahun lalu?" tanyaku. Magda tidak sadar, aku mulai mengumpan bola kearahnya. Magda diam, berdiri di dekatku. Ku meraih tangannya dan memberanikan menciumnya. " Magda, duduklah, aku mau share denganmu tentang ibu Susan. Seperti aku katakan didalam kamarku tadi pagi, bantu aku dari ketersesatanku. Aku kini terperosok dalam game yang tadinya aku tak duga. Aku hanya mengukuti kata hatiku tanpa pertimbangan moral, seperti Magda tuding atasku. Magda, aku mengatakan jujur, aku sudah beberapa malam tidur dirumahnya..."

Sebelum aku mengakhiri pengakuanku, tiba-tiba Magda mempoloti dan berdiri bersiap meninggalkanku. Segera aku menahannya, Magda meronta, aku hampir terjatuh dari kursi, untung Magda segera menahan tubuhku. (Bersambung)

Los angeles, March 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment