Thursday, March 5, 2009

Dosenku "Pacarku" (65)


"I knew I loved you"
Maybe it's intuition/But some things you just don't question/Like in your eyes/I see my future in an instant And there it goes/I think I've found my best friend/I know that it might sound more than a little crazy/But I believe

I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I knew I loved you before I met you/I have been waiting all my life

There's just no rhyme or reason/Only this sense of completion/And in your eyes/I see the missing pieces /I'm searching for/I think I've found my way home/I know that it might sound more than a little crazy/But I believe

I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I knew I loved you before I met you I have been waiting all my life/(add the whos here) /A thousand angels dance around you/I am complete now that I've found you/(and the whos here)

I knew I loved you before I met you/I think I dreamed you into life/I knew I loved you before I met you I have been waiting all my life/(and the whos here)
Repeat chorus 3x with chorus

Mendengar suara gaduh di teras, mami Magda membuka jendela, menjulurkan kepalanya kearah kami, "apa yang kalian ributkan.!?" Magda diam, takut didamprat lagi, soalnya malam ini aku jadi "bintang" dirumah Magda.

Aku menjawab inang uda, maminya Magda, " Aku tadi cerita buaya, Magda langsung berteriak ketakutan." ucapku, sementara kaki Magda menendang keras tumitku dibawah meja, takut aku
melaporkan "kenakalan" nya.

" Dimana , kenapa buayanya," tanya maminya.
" Di Sungai Deli, kemarin sore ditangkap ramai-ramai oleh warga setelah diumpan dengan bangkai kucing." jawab ku. Kulihat wajah Magda lega diakhir ceritaku kepada maminya.

" Magda, suara mu jangan terlalu keras, ini sudah larut malam," ingat maminya.
Magda menundukkan kepalanya diatas meja sambil ketawa, setelah maminya menutup jendela. Tiba-tiba tangannya mencubit tanganku, " abang kok bisa secepat itu mengarang cerita," ucapnya masih tertawa.

" Itu datang sendiri, apalagi kalau kepepet. Tadi aku melihat wajah mu ketakutan setelah mami menegur kita. Iya aku terpaksa melindungi mu, sebelum kamu kena damprat.

Biar aku " buaya", masih punya hati, tak tega melihat sahabat ketakutan, itulah aku dan sebenarnya kamu tahu itu, dan itulah arti persahabatan, melindungi ketika sahabatnya dihantaui rasa takut." kataku sambil menahan tangannya dalam gemgamanku.

Magda segera menarik tangannya, sambil berujar, " Sudah siap khotbahnya bang ? Aku mau tidur.!"

"Magda, penyakitmu masih seperti dulu, cepat merajuk. Magda sendiri tak membantah apa yang aku katakan. Berarti aku benar, kan? Kenapa Magda jadi sewot sendiri?"

" Kalau abang masih terus mengoceh, besok, aku nggak mau belanja ikan untuk arsikmu itu."

" Yang menyuruh mu mami, bukan aku. Manalah mungkin seperti aku sanggup menyuruhmu, apalagi untuk makanan kesenangan ku, ahh...mimpinya itu." ucapku.
Magda mulai " kehilangan akal" menghadapi gocekan bola liar yang dilemparkan nya kepada ku.

" Baiklah Magda, sebelum kamu pergi tidur, apa jalan keluar yang harus aku perbuat. Sekali lagi aku katakan, aku mencintai ibu itu, bahkan kemarin malam aku berjanji mau menikahinya. Aku hanya terbawa perasaan atas penderitaannya."

" Zung, berjanji menikahi isteri orang ? Taruh dimana hati mu bang? ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala, kemudian meletakkannya diatas meja, aku mendengar nafasnya sengal.

" Nggak tahulah, sejak aku jauh darimu, otak dan hatiku mengembara kemana-mana dan semakin bego."

Magda masih tertunduk diatas meja. Aku diam, menunggu dia tenang mengendalikan perasaannya. Perlahan Magda mengangkat kepalanya dan bangkit dari kursi. Aku melihat kedua matanya memerah, "abang salah sasaran, aku bukan orang yang pas untuk menjawabnya.
Aku juga korban dari cintamu dalam perjalanan panjang yang kita rajut bersama. Bagaimana aku mampu memberi mu jalan keluar.?" Abang mengalami kesulitan membuat suatu keputusan dengan seseorang yang baru berhubungan beberapa minggu.?" Bukankah abang dengan gampang telah memutuskan kisah cinta yang kita bina selama lima tahun.?"

" Magda, lupakanlah masa lalu, berulangkali aku telah minta maaf .!"
" Iya, aku hanya mengingatkannya. Bang, aku tidak setuju abang berhubungan dengan dia, karena ibu Susan masih mempunyai suami, ternyata abang tidak hanya mencintainya. Maaf, aku tak mampu lagi, apalagi mendengar pengakuanmu akan menikahinya, bang!? ughhh...." (Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment