Thursday, March 5, 2009

Dosenku "Pacarku" (66)



http://www.youtube.com/watch?v=4kGKyTN1rzM

Seandainya abang jatuh cinta dengan perempuan yang belum mempunyai suami, bahkan nikah dengan perempuan itu, aku tak akan mencampurinya, itu mutlak hak abang. Cukup? Sudah bisa aku tidur bang.!?" tanyanya, suaranya tersendat.

Magda mengulang permohonannya untuk meninggalkan ku. Aku tetap diam, menatap hampa wajahnya. Magda juga menatapku, kemudian tertunduk, mengangkat wajahnya lagi menatapku.

" Maaf bang, kalau aku tak dapat membantu mu malam ini, juga mohon maaf kalau Magda tadi bicara kasar kepada abang. Selamat malam bang, Magda mau tidur, " ucapnya sambil meninggalkan aku duduk diam membisu.

Aku tak lagi menghalanginya pergi, kecuali menghela nafas panjang. Aku duduk merenung cukup lama, sementara udara semakin dingin, arlojiku menunjukkan waktu tengah malam. Dibantu tongkat ku, aku masuk ke rumah setelah tak menemukan secarik kertas disekitar teras.

Aku masuk ke kamar Jonathan, adiknya Magda. Aku melihat kamarnya telah ditata rapih. Segera mengambil secarik kertas dan menuliskan "note' singkat , " Magda aku pulang."

Selesai menuliskannya, kembali menuju teras rumahnya dan meletakkan kertas yang berisi pemberitahuan itu diatas meja teras dengan membebani batu kecil.

Tubuhku mengigil menahan dinginnya malam, aku lupa memakai sweater dari rumah. Aku melangkah meninggalkan teras menuju pinggir jalan menunggu becak.

Beberapa kali aku mengangkat tanganku memanggil becak, tetapi selalu gagal. Tubuh semakin gemetar menahan terpaan hembusan angin malam.

Aku mengangkat tanganku memberi aba-aba kepada tukang becak yang berlalu di jalan seberang. Tukang becak memutar kearahku. Saat bersamaan, aku mendengar suara Magda memanggil, ketika mau naik keatas becak.

Dia berlari cepat kearah ku," Abang, mau kemana?" tanyanya sambil menghalangi ku naik keatas beca. Magda menyuruh tukang beca pergi, " maaf pak , biar aku nanti yang antar" ujarnya kepada tukang becak. Magda membuka sweaternya, menutupi tubuhku yang sedang menggigil kedinginan.

Aku menolak ketika Magda membujuk kembali kerumah, aku bersikeras mau pulang. Tetapi hati ku luluh setelah melihat kedua matanya memerah di bawah redupnya sinar lampu jalan, tampaknya dia baru menangis.

Magda membujuk ku lagi, " Ayo bang, nanti abang sakit, udaranya terlalu dingin, " ujarnya sambil menuntun ku kembali ke rumah. Magda memaksa masuk ke rumah ketika aku berhenti dan duduk di bangku teras, " Bang...kita kerumah saja, abang kedinginan, ayo bang," bujuknya.

Magda meninggalkan ku, dia masuk kerumah tanpa sepatah kata. Sejenak dia muncul, membawa air hangat, " bang minum dulu, abang kedinginan, " ujarnya sambil mendekatkan kemulutku. Magda meletakkan gelas diatas meja, ketika aku tak mau menerima air hangat yang disuguhkannya.( Bersambung)

Los Angeles, March 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment