Monday, March 9, 2009

Dosenku "Pacarku" (71)

http://www.youtube.com/watch?v=Agbs8EYvOww


==================
Magda mengetuk ruangan Susan, tak ada jawaban. Sebenarnya, aku tahu, saat itu Susan nggak ada di ruangannya, hari ini dia masuk kantor pada siang hari. Aku hanya menguji keberaniannya.
==================
" Kita pulang saja, mungkin dia masih dirumah."
" Mau aku antar ke rumahnya,?" ucap Magda nantang.
" Nggak usah, rumahnya terlalu jauh, kakiku teras pegal,"ujarku berdalih.
" Ah... abang ketakutan nih..."
"Iya, aku takut. Soalnya kita masih mahasiswanya. Kecuali sudah tamat, aku nggak perduli."
" Kalau abang takut, kenapa ngajak aku mengantarkan abang kesini.?"
" Aku hanya menguji keberanian dan kesetiaan seorang sahabat."
"Sesudah itu apa....?"

" Iya itu, yang aku bilang tadi malam di hall way itu!"
"Nggak ada hal lain yang dibicarakan bang?"
" Nggak ada, selama aku bersama denganmu, iya pembicaraan seputar disitu saja."

" Ayo bang, kita pulang, atau abang naik sudako (sejenis mobil kecil yang berfungsi angkutan umum,pen ) saja," ucapnya ketawa.
" Nggak ah... sama saja kita , nanti kamu habisi ikan arsikku," ujarku bergurau.
Aku minta kunci motor dari Magda;" Nanti kalau sudah diluar kampus, kamu yang bawa. " Magda menolak aku mengenderai motornya, alasannya, kakiku belum pulih sempurna.

" Magda, aku malu dilihatin orang. Nanti kalau keluar dari kampus kamu yang bawa," bujukku. Magda akhirnya menyerah, dia menyerahkan kunci motornya. Setelah keluar dari kampus, Magda menyuruhku berhenti.

"Bang, aku lah yang bawa," pintanya. Aku tak perduli, motor terus melaju. Dia mencubit paha dan pingganku supaya aku berhenti, tetap aku tak memperdulikan, hingga akhirnya dia diam sendiri.
***
Maminya mengomel kepada Magda setelah melihat aku membawa motor, "Kenapa bukan kau inang yang bawa motornya, kaki itomu masih sakit." ujarnya setelah kami tiba teras rumah.

Magda bertolak pinggang sambil mengomel. "Apa tadi aku bilang hah..!? Abang jugul ( keras kepala, pen), senang kalau aku terus di onelin mami..!" ujarnya, sambil mencubit lenganku kuat, perih.

"Abang jalan sendiri saja, aku nggak mau bantuin," katanya kesal sambil melepaskan tangannya dari lenganku.
" Yah... tertindas lagi. Nggak cukup di cubit, sekarang dibiarkan jalan sendiri. Pada hal, Magda yang melarangku membawa tongkat, kini aku tak diperdulikan!" keluhku.

Magda tak tega mendengar keluhanku, dia membantuku tetapi berpura-pura marah. "Makanya jangan bandal, dengar omongan orang biar jangan ditindas," ujarnya tersenyum sambil melingkarkan tanganku ke pinggangnya.
" Ohya...iya..ya.. aku dibantu tapi dibawah tekanan, repressive," gumamku

Magda goyang-goyang kepala seraya mendekatkan wajahnya ke wajahku," sejak berteman dengan ibu Susan, otak abang dijejalin apa sih? Kok mengeluh melulu.!?( Bersambung)

Los Angels, March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment