Monday, March 9, 2009

Dosenku "Pacarku" (73)


When A Man Loves A Woman"
When a man loves a woman/Can't keep his mind on nothing else /He'll trade the world/For the good thing he's found /If she's bad he can't see it/She can do no wrong /Turn his back on his best friend/If he put her down

When a man loves a woman/Spend his very last dime /Tryin' to hold on to what he needs/He'd give up all his comfort /Sleep out in the rain/If she said that's the way it ought to be

Well, this man loves a woman/I gave you everything I had /Tryin' to hold on to your precious love Baby, please don't treat me bad
.............
AKU terhenyak dan berujar pelan, " Magda, tadi kamu bilang tak usah lagi mengungkit masa lalu. Tetapi kenapa Magda sendiri yang mengingkari ucapan mu?.

Magda meletakkan kembali kopi yang telah diseduhnya keatas meja, " Zung, aku tadi bilang, jangan mengingat kepahitan masa lalu."
" Magda, nanti juga ada waktunya, Magda akan mengalaminya entah dengan siapa.!"

"Justru itulah abang. aku ingin menyaksikan sahabat lama ku Sinta menikmati kebahagian itu. Karena bagi ku sendiri hal itu sesuatu yang mustahil akan terjadi.!" ucapnya serius.

" Jangan ngomong seperti itu. Tadi kamu katakan, telah melupakan kepahitan masa lalu, kok sekarang malah memendam."ujarku lagi mengingatkannya.

" Zung, Magda tidak memendam apapun dan kepada siapapun. Kalau aku dendam, ngapain aku mau ikut abang ke kampung."
" Jadi maksud mu, Magda tidak akan menikah selamanya.?"
" Sebagaimana abang tanyakan."

" Kenapa...? Mengapa keputusan mu sepahit itu.?"
" Itu adalah jawaban yangku peroleh dalam kehingan jiwa dari hati yang bening. Entah kelak, mungkin ada malaikat yang mampu mengubah keputusanku.!"

" Tidak, itu bukan keputusan dari hati yang bening. Itu hanya keputusasaan.!" suaraku menghentak.
" Sejak kapan abang mampu melihat kebeningan hatiku.?"
" Nah..lagi, Magda, ternyata kau masih menaruh dendam.!" ucapku.

" Aku nggak dendam, sungguh.! Bang, lima tahun, lebih dari cukup aku dan abang merasakan kenikmatan cinta. Kemudian kenikmatan itu berakhir diujung pengharapan yang terluka. Aku telah menerima dengan ikhlas dan itu membuatkan semakin dewasa.

Aku salut melihat abang, dalam waktu relatif singkat dapat melupakan perjalanan panjang yang sangat indah itu, kini "mencicipi" madu segar, bahkan mau menikah. Abang mau mengundang ku nanti pada pernikahan mu dengan ibu Susan.?"

Aku bergegas meninggalkannya di dapur, tak tahan mendengar kalimat- kalimatnya menohok tajam. Magda menahanku dengan memegang lenganku.
" Kenapa abang ? Tersinggung? Adakah yang salah dengan ucapanku.? "

Aku tak memperdulikan ucapannya, segeraku melepaskan gemgaman tangannya dan melangkah keruang makan.

"Tunggu, aku aku bawakan kopi ini ke depan, sebentar aku bantu abang jalan." Magda mendahului ku jalan ke ruang tamu, kemudian kembali menemui dan memapah setelah mencium pipi ku.

" Bang nggak merasakan kehangatan jiwa ku sejak kemarin pagi.?. Abang tak mampu lagi melihat relung hatiku yang pernah bergelora menyatu dengan gelora cinta mu?

"Memang, pernah abang mengingatkan ku, cinta tidak selalu berakhir dengan pernikahan, dulu aku menolak pandangan mu itu. Tetapi akhirnya aku menerima dan mengakui kebenarannya. Bang, duduklah, tampaknya abang kelelahan berdiri," ucapnya.

Aku heran melihat Magda begitu dewasa saat berbicara dan menahan emosinya pagi itu. Apalagi setelah dia mengajak ku duduk bersama, sepertinya aku dan dia tidak pernah mengalami luka yang mendalam. Tetapi hatiku resah dengan keputusannya, tidak akan menikah.

"Zung, aku juga salah mengharap, setelah pertemuan kita, aku, Mawar dan abang, di restauran minggu lalu. Aku merasakan ketersiksaanmu atas perpisahan kita, sehingga abang melampiaskannya mabuk-mabukan di discotik.

Aku tak tega melihat abang membunuh dirimu secara perlahan-lahan. Sejak saat itu dan atas bujukan Mawar sahabat kita, kebencianku berubah terhadap abang.

Ternyata aku dan Mawar salah menilai. Abang bukan lagi seperti yang kami kenal sebelumnya. Abang sudah terlalu jauh melangkah, dan pengakuan jujurmu tadi malam, mau menikah dengan ibu Susan, membuat keputusan akhir, tak ada satupun lelaki yang aku dapat percayai."

" Magda, sungguh aku tak tahu sebelumnya, karena selalu dihantui rasa besalah.?"

" Seperti aku katakan tadi, memang, abang tak mampu lagi melihat relung hatiku yang pernah bergelora menyatu dengan gelora cintamu selama lima tahun.!" (Bersambung)


Los Angeles. March 2009
Taz Zung

No comments:

Post a Comment