Monday, March 9, 2009

Dosenku "Pacarku" (72)

http://www.youtube.com/watch?v=9EHAo6rEuas

Please Forgive Me*
It still feels like our first night together/Feels like the first kiss and/It's gettin' better baby/No one can better this/I'm still holding on and you're still the one

The first time our eyes met it's/the same feelin' I get Only feels much stronger and I/wanna love ya longer/You still turn the fire on

So If you're feelin' lonely.. don't/You're the only one I'd ever want I only wanna make it good/So if I love ya a little more than I should Please forgive me I know not what I do/Please forgive me I can't stop lovin' you Don't deny me

This pain I'm going through/Please forgive me/If I need ya like I do Please believe me/Every word I say is true/Please forgive me I can't stop loving you Still feels like our best times are together/Feels like the first touch

We're still gettin' closer baby/Can't get close enough I'm still holdin' on /You're still number one I remember/the smell of your skin /I remember everything/I remember all your moves /I remember you/I remember the nights ya know I still do

One thing I'm sure of/Is the way we make love/And the one thing I depend on /Is for us to stay strong/With every word and every breath I'm prayin' /That's why I'm sayin'...
=============
Magda goyang-goyang kepala seraya mendekatkan wajahnya ke wajahku," sejak berteman dengan ibu Susan, otak abang dijejalin apa sih? Kok mengeluh melulu.!?
=============
MAKAN bersama siang itu diwarnai rasa kekeluargaan yang sangat kental. Inanguda, mami Magda, mengurai silsilah kekerabatan orangtua yang melahirkannya--kakek Magda--dengan aku punya kakek. Magda menyimak serius, tidak seperti dulu ketika paman mengurai silsilah yang sama, Magda tidak perduli bahkan pernah marah ketika aku panggil ito, pada hal itu sesuai dengan urutan silsilah.

" Bang Tan Zung, jadi pulang besok?" tanya Magda.
" Tunggu pulih benarlah kakinya," usul mami Magda.
" Mungkin hari Jumat, karena kebetulan besoknya Sinta putrinya paman akan nikah."

" Eh...inanguda hampir lupa. Tolong nanti sampaikan tumpak(kado,pen)ku pada Sinta. Sampaikan salam ke ito, ayahnya Sinta. Katakan inanguda nggak bisa datang."
" Magda mau ikut,?" tanyaku iseng.

" Kalau mami kasih, aku mau, tetapi aku ajak Mawar. Boleh aku pergi mam.?" tanya Magda.
" Terserah Magda tapi tanya dulu Mawar kalau dia punya waktu."
Segera Magda menghubungi Mawar melalui telephon setelah maminya memperbolehkannya ikut. Tidak begitu lama, Magda meletakkan gagang telephonnya. "Mawar nggak bisa mam, dia pergi ke Siantar dengan maminya.!" ujarnya agak kesal.
" Iya sudahlah inang, lain kali saja," jawab mami menghibur
***
Selesai makan siang, mami Magda meninggalkan kami berdua di dalam rumah. " Mami mau pergi ke kantor papi, ada yang mau ditandatangani. Dari sana nanti langsung ke rumah om dokter. Magda jangan nakal pada ito mu." ujar maminya sambil meninggalkan meja makan.

Sepeninggal inang uda, Magda memandangiku dan bertanya, " sejak kemarin, kenapa kok mami ngebelaian abang terus? Heran.!"
Memang, seharusnyalah orang yang terabaikan dan tertindas harus dibela, dan mami tahu itu.
" Bang, aku serius. !" Aku nggak suka dengar lagi kata-kata terabaikan dan tertindas. Memang siapa yang mengabaikan dan menindas abang!?"

" Magda...! Makanya, abang jangan dimarah dan di cacimaki lagi. Aku mau bermalam disini, karena aku menganggap mami dan Magda adalah keluarga. Tadinya aku mengharap Magda mau membantu dari ketersesatanku, ternyata kata makian yang aku peroleh. Tetapi nggak mengapa, abang juga tak dapat memaksa Magda untuk membantuku. Barangkali saja, Magda masih memendam kesalahanku dulu."

" Magda tidak ada dendam kepada abang. Aku sudah mengubur masa-masa pahit yang menyakitkan itu. Kalau aku masih ada dendam, ngapain Magda mengajak abang kesini. Bang, memang kadang kala, masa indah kita dulu tak dapat aku lupakan walaupun berakhir tragis. Tetapi Zung, percayalah, kepahitan masa lalu, aku tetap berusaha melupakannya. Seperti ucapan abang tadi malam, semuanya terjadi diluar kehendak kita. Situasi saat itu belum berpihak padaku, sehingga abang pun mengambil kesimpulan yang salah atasku," balasnya lembut.

"Terimakasih Magda, maaf, selama ini aku telah salah duga."
" Sikap abang seperti itu kan membuat kita seperti ini. Abang saja yang tidak percaya pada Magda. Tapi, sudahlah bang, kok kita jadi ngomongin yang telah berlalu. Abang, sudah mau pulang atau mau kubuatkan teh atau kopi?"

" Aku mau Manson kalau ada," jawab ku bergurau.
" Iya, aku ambilkan sebentar," balasnya, dia meninggalkanku di meja makan.
" Magda, tunggu aku mau ikut."
Magda membantuku berdiri dan memapah ke dapur.
"Bang, Manson nggak ada, ini rumah bukan discotik, abang mau kopi atau teh,"tanyanya dengan tertawa.

"Apa saja aku mau. Tetapi aku juga akan seduh buatmu. Ito Magda mau kopi atau teh, ?" gurau u.
" Nggak usah bang, aku nanti buatkan sendiri." jawabnya.
" Aku pun nggak usahlah, abang juga buat bisa buat sendiri," balasku.
" Ini juga bentuk pemaksaan kehendak. Ini sendoknya, gulanya buatku sedikit saja bang," ujarnya. Magda tertawa.

"Ngomong-ngomong, Magda serius ikut ke kampung kalau tadinya Mawar ada waktu.?"
" Iya seriuslah, maka aku langung telefon Mawar. Aku kan tadi bilang, aku telah melupakan semua kejahatan abang. Aku juga kangen dengan Sinta dan ingin menyaksikan kebahagian mereka ketika menerima berkat dari pendeta. Aku ingin melihat Sinta sahabatku, paribanmu, disuap oleh suaminya didepan para undangan, seperti yang pernah abang janjikan, dulu, kepadaku." (Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Taz Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment