Wednesday, March 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (95)


"Right here waiting for you"
Oceans apart day after day/And I slowly go insane/I hear your voice on the line/But it doesnt stop the pain If I see you next to never/How can we say forever

*) Wherever you go/Whatever you do/I will be right here waiting for you/ Whatever it takes/Or how my heart breaks/I will be right here waiting for you

I took for granted, all the times/That I thought would last somehow/ I hear the laughter, I taste the tears/ But I cant get near you now/Oh, cant you see it baby/Youve got me going crazy
back to *)

I wonder how we can survive/This romance/But in the end if Im with you/Ill take the chance

Oh, cant you see it baby/Youve got me going crazy
Repeat *)


UPACARA wisuda berlangsung meriah. Kedua orang tuaku hadir bersama dengan orangtua calon wisudawan lainnya. Susan menemuiku sebelum ujian berlangsung, dia berbisik mananyakan kedua orangtuaku. Aku menunjuk kearah keluarga berkumpul. Susan mengajakku menemui ayah dan ibuku. Aku perkenalkan Susan kepada semua keluarga yang hadir pada saat itu. Ayah dan ibu tak menunjukkan perubahan wajah ketika aku perkenalkan Susan Dengan santun ayah dan ibuku menyambut tangan Susan.

Selesai di wisuda, aku melihat Maya ikut duduk dalam jajaran keluargaku dan keluarga Magda. Aku serba salah, ingin menemuinya, tetapi aku nggak tahu apa yang akan kulakukan. Selama tiga minggu tak pernah ketemu tak ada komunikasi. Aku, Magda dan Mawar bicara di ujung ruangan, sementara keluarga sudah menunggu kami.

" Bang, Maya ada disana. Pergi temuin dia bang," ujarnya sambil menunjuk kearah kumpulan keluargaku dan keluarga Magda. Aku diam tak menjawab, sementara hatiku gelisah bercampur kesal.

Aku tak melihat om John "sibagur tano" itu dalam jajaran para dosen. Aku ingin mengipas ijazahku kewajahnya dan berujar: "sekarang kita sudah sama, punya gelar akademi yang sama. " Sementara dendam hatiku membara, Magda menyentakkanku lagi. " Bang , Maya ada disana. Abang temuin dia. Itu tatakrama berteman," ujarnya menirukan kalimatku di diskotik.

" Ayo, temani aku," ujarku
Magda menghajarku habis. " Bang, pada perempuan bersuami kamu berani, kok sama Maya abang takut.?"
" Ups... Magda ingat janji kita, tidak akan mengungkit masa lalu."
" Og..iya aku lupa. Ayo kita jalan sama," ujarnya sambil menggandeng lenganku. Dia juga mengajak Mawar jalan bersama. Sejumlah rekan wisudawan merasa "surprise" ketika mereka melihatku dan Magda jalan bersama dan akrab. Diantara mereka menyalamiku dan Magda. " Selamat rukun kembali, " ujar mereka. Aku dan Magda juga Mawar hanya tersenyum menerima ucapan selamat itu.

Sebelum sampai ke tempat keluarga dan Maya berkumpul, Magda mengingatkanku. " Bang, berlaku santun lah. Jangan lagi ulangi kesalahan yang sama. Yang nggak setuju berteman dengan Maya adalah om dia, bukan Maya sendiri. Maya telah membuktikan kasih sayangnya kepada abang, dia datang menghadiri wisudamu."

Semua keluarga menyalamiku dan Magda. Magda memeluk Maya dan mengucapkan terimakasih atas kehadiran Maya. Paribanku si centil, Sinta, juga ada diantara mereka. Magda memeluk ibuku, lama.
" Mama tua sehat?" tanyanya. Dia juga menyalam ayahku. Maya memperhatikan Magda dengan serius ketika dia mememeluk dan menyalam ayahku, entah apa dalam benaknya.

Magda menarik tangan Maya menjauh dari kumpulan keluarga, mereka berbicara, tak tahu apa yang mereka bicarakan, sementara ujung jari di sisi pahanya memberi sign memanggilku. Magda meninggalkan aku dan Maya setelah beberapa saat ngobrol bersama.

Maya minta maaf, tak bisa bertemu denganku selama tingga minggu ini. Maya tak mau menyebut alasan kenapa dia tak pernah mau bertemu denganku.
" Kamu punya pacar baru?"tanyaku
" Nggak.!" jawabnya singkat.
" Kapan kita bisa ketemu? Aku mau berangkat ke Jakarta akhir bulan ini."
" Nanti aku telephon abang," jawab Maya. Aku dan Maya kembali kekumpulan keluarga. Magda menggodaku setelah Maya berlalu, " sudah plong bang?"
" Nggak jelas," jawab ku.

Sebelum bubaran, Magda dan maminya "memaksa" ayah dan ibu makan malam dirumahnya, pada hal tante, adik kandung ibu, telah menyiapkan malam malam. Akhirnya mami Magda mengalah, kami makan siang dirumah tante.
***
Seminggu sebelum berangkat ke Jakarta, Susan mampir ke rumah ketika akan pulang kerumahnya. Sementara aku baru tiba dari danau Toba, Parapat, bersama Magda dan Mawar. Susan mengajakku makan malam di rumahnya bersama Hendra suaminya. Meskipun tak ada lagi yang aku khawatirkan tetapi aku menolaknya; selain tempatnya agak jauh juga tak ingin lagi menambah lembaran kisah dengannya, enough is enough.

Ibu kos meninggalkan aku dan Susan diruang tamu setelah melihat pembicaraan kami semakin serius. Susan menanyakan lagi tanggal keberangatanku ke Jakarta dan berapa lama aku disana.

" Aku berangkat akhir bulan ini," ujarku. " Kalau sampai sebulan nggak dapat kerja, aku segera kembali," imbuhku. Susan terus berusaha mempengaruhi, agar membatalkan niatku ke Jakarta. ( Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment