Tuesday, February 24, 2009

Dosenku "Pacarku" (32)



When You Say Nothing At All"
It's amazing how you can speak right to my heart/ Without saying a word, you can light up the dark/ Try as I may I could never explain/ What I hear when you don't say athing

[Chorus:]
The smile on your face let's me know that you need me/ There's a truth in your eyes saying you'll never leave me /The touch of your hand says you'll catch me if ever I fall/You say it best when you say nothing at all

[Verse 2:]
All day long I can hear people talking out loud/ But when you hold me near, you drown out the crowd/Try as they may they can never define/ What's being said between your heart and mine [Chorus twice]
==============
" Zung, kamu sering berpura-pura. Aku tadi melihatmu ciuman dengan Ira."
===============
" Susan, kami tidak ciuman, masa aku ciuman didepan Sari, Ira spontan saja mencium pipiku. Aku tidak sempat mengelak, dan kasihan Ira kalau aku menolak. "
" Mengelak...? Memang itu maunya abang.!"
" Apa perlu, aku menghilangkan bekas ciumannya?" tanyaku sambil meninggalkannya di dapur. Aku ke kamar mandi, cuci muka.
" Nih....tak sedikipun tertinggal bekas ciuman Ira di pipiku, sudah puas?"

"Bang, jangan marah begitu. Aku hanya bilang apa yang aku lihat," ujarnya sambil menyeka wajahku-- yang sengaja ku biarkan basah-- dengan kedua tangannya.
" Kamu melihat degan perasaan bukan dengan matamu."
" Iya, bukankah hati dilihat dengan perasaan? "

" Bisa, tetapi harus pakai logika!"
" Logika bang..? Itu aku yang nggak mengerti. Aku adalah dosenmu, kamu mahasiswaku. Aku sudah punya suami, tetapi aku jatuh hati padamu. Lalu, dapatkah logika ini diterima ? Kecuali, cinta? Zung...hanya cinta itu yang dapat menguraikannya, dengan perasaan dan hati, bukan dengan mata.!"
" Lalu, itu sebabnya, cemburumu membabibuta? "

" Salahkah aku mecemburui orang yang aku kasihi. Siapa yang dapat membatasi hati kecuali diri sendiri!? Meski apapun terjadi, aku mencintaimu dengan sepenuh hati. Soal bagaimana nanti, mari kita lihat akhir perjalanannya. Akupun tak tahu dimana cintaku akan berlabuh. Yang pasti bang--dalam sanubariku-- aku akan mengabadikan cintaku itu seumur hidup, sebab abanglah orang pertama yang aku cintai dengan tulus. Aku tidak perduli, apakah abang juga mencintaiku, meski aku tetap mengharap"

"Susan, kamu menempatkan cintamu tidak pada orang yang tepat."
" Siapa yang menentukan tepat tidaknya cinta bersemi? Bukankah sipemilik cinta itu sendiri?"
"Siapa pemilik cinta itu?"
" Aku.... aku yang abang anggap perempuan bodoh dan tak berharga," balas Susan masih lemah, seraya menambahkan, " aku tahu abang menemaniku hanya karena punya kepentingan. Betulkah..? Bang...skripsimu sudah selesai kuperiksa, tadi kita kelupaan mampir dikantorku mengambil skripsimu. Besok boleh kamu ambil kekantor. Untuk selanjutnya, terserah abang, mau menemuiku atau tidak sama sekali terserah. Sampai kita ketemu dalam meja hijau. "

Ucapan Susan menohok tajam. Iya benar, aku rela menemaninya hanya karena aku punya kepentingan, menyelesaikan skripsiku. Tetapi malam ini aku mau mengubah semua "skenario" yang sudah tersusun rapi sebelumnya dalam benak ku: " siap melayani Susan hingga skripsiku berakhir". Kini, Susan menggetarkan sendi-sendi kemanusiaanku.

Susan sosok perempuan yang layak mencintai dan dicintai. Tetapi, aku belum dapat memberi kesimpulan, apakah aku benar-benar mencintainya. Aku semakin tak mengerti, bagaimana Susan membagi cintanya, untukku dan suaminya.

" Susan, mau mengusirku? Tidak dapatkah aku mengutarakan apa yang ada dalam hatiku. Seperti kamu telah mengutarakan apa yang ada dalam hatimu.?"
" Zung, aku tak membutuhkan jawaban dari mulutmu. Aku dapat merasakan getaran hati. Getaran hati yang tak dapat membohongiku, juga dirimu sendiri. Itu yang dapat kurasakan dan dapat dilihat oleh mata hatiku." (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment