Tuesday, February 24, 2009

Dosenku "Pacarku" (33)

http://www.youtube.com/watch?v=Btu384HHuAM

=============
" Zung, aku tak membutuhkan jawaban dari mulutmu. Aku dapat merasakan getaran hati. Getaran hati yang tak dapat membohongiku, juga dirimu sendiri. Itu yang dapat kurasakan dan dapat dilihat oleh mata hatiku."
=============
"Susan, cukup dulu "khotbah"mu malam ini. Pikirkan dulu kesehatanmu. Masih ada waktu untuk membicarkannya."
" Waktu...? Siapa pemilik waktu itu ? Hanya, aku dan abang."
" Belum Susan," waktu" itu belum kita miliki sepenuhnya. Itu hanya perasaamu saja."

" Bang, itu lah kebodohanku. Aku selalu menempatkan pada tempat yang salah, seperti abang katakan. Ajarkan aku bang, bagaimana aku harus menempatkan pada tempat yang tepat dan benar."
" Biarkan "waktu" yang berbicara padamu sendiri."
" Aku telah memiliki "waktu" itu, siapapun tak dapat merampas dariku. Aku juga tidak tahu "waktu" yang kumiliki itu hanya fatamorgana. Bang, "waktu" jualah kelak memberi jawaban akhir, entah kapan. Yang pasti, kini, hatiku telah memilikinya. Susan, bangkit dari sofa, suaranya pelan: "bang, akulah pemilik waktu itu. Tataplah mataku, abang akan melihat relung-relung hatiku yang gundah. Cukup lama aku merasakan itu. Ada satu yang kupinta darimu, jangan menganggapku perempuan pengemis cinta, dan, jangan membohongi dirimu."
***
BAGAI dalam permainan catur, aku dalam posisi babakbelur. Dia telah membaca gaya permainanku. Susan hampir melahap habis semua "pion" yang kumainkan. Benteng pertahananku hampir tumbang setelah melahap buah kuda yang aku lupa memindahkannya. Kini aku posisi bertahan, menjaga serangan lanjutan.

Aku perhatikan langkah kudanya siap menerjang benteng, berikutnya dia akan menghajar"raja" dalam posisi terbuka. Dengan keterbatasan biji catur yang aku miliki, aku akan mencermati langkah -langkah berikutnya . Selama ini aku terlalu menganggap enteng strategi permainannya. Sebelum terhempas, aku berusaha menghindar dari langkah berikut, paling tidak aku berusaha "remis".

" Susan, malam telah larut, kamu butuh istrahat."
" Kini giliranmu mau membungkam mulutku, dengan dalih kelemahan pisikku. Tubuhku memang lemah, tetapi tidak dengan hatiku!"

" Susan, kamu sangat lemah, istrahatlah dulu, besok boleh kita lanjutkan bicara apa saja. Kalau Susan tidak keberatan, aku mau menginap malam ini." ucapku sambil beranjak mengambil chivas untuk pemanas tubuh.

" Susan, kubuatkan sedikit untuk mu?"
" Nggak, terimakasih bang."
" Malam ini , aku mau putarkan lagu untuk mu."
" Untukku..? Kita punya hak yang sama untuk menikmatinya. Duduklah dekatku, rasakan getar tubuhku; dia akan bertutur banyak, yang tak dapat diurai dengan kata," balas Susan.

Tembang manis pilihanku, lirik demi lirik "membakar" dua hati yang sedang kasmaran. " Zung....berbaringlah dalam pangkuanku, aku ingin menatap wajahmu, aku ingin menatap hati lewat kebeningan matamu. Barangkali disana masih ruang tempat menitipkan cintaku."

Ah...aku juga tidak tahu, apakah masih ada tersisa setelah cinta itu telah memporakporandakan masa silamku. Susan menarik tubuhku. Aku merasakannya tanpa gejolak nafsu. Sepertinya, Susan hanya ingin mengekpresikan kasih sayangnya. ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment