Sunday, February 1, 2009

Magdalena ( 44)

Have You Ever Been In Love
http://www.youtube.com/watch?v=3QoLoSQT1qY

Have you ever been in loveYou could touch the moonlight/When your heart is shooting starsYou're holding heaven in your arms/Have you ever been in love?Have you ever walked on air, ever/Felt like you were dreamin'When you never thought it could/But it really feels that goodHave you ever been in love?....

==================
Aku ikut meratap derita yang kini sedang menderanya. Aku tak tahu derita macam apa lagi yang akan melindas aku dan Magda. Pemilik waktu menghantarkannya begitu tiba-tiba.
=================

AKU terus berusaha mencairkan suasana sembari menikmati makanan; “ Magda, bagaimana mau nikah, kita hanya punya satu sendok teh, gelas dan piring pun cuma satu.”
Magda tak merespons ucapan bernada guyon. Dicedoknya nasi dan lauk dalam tangannya, “ Nih...bang,” ujarnya dingin sambil menyuapkan kemulutku.” Aku membuka mulutku, tetapi tak merasakan getarannya. Sepertinya Magda sedang menyuap bayi raksasa yang sedang resah.

“ Magda, tak lama lagi kita akan disaksikan orang banyak, aku dan kau saling bersuapan, “ godaku.
“ Bang, aku sudah menitipkan barang- perhiasanku kepada Mawar.”
“ Menitip perhiasan, untuk apa.?”
“ Untuk persiapan pernikahan kita,”
Hah, persiapan pernikahan? Magda bersabarlah, kita menunggu hanya beberapa bulan lagi. Aku tadi sudah janji, setelah meja hijau aku akan menikahimu. Kita tak perlu menunggu wisuda. ! "

“ Antar aku kekampung. Disana aku menunggu hingga abang menyelesaikan kuliahmu.!”
“ Kekampung siapa?”
“ Kekampung abang!”
“ Bagaimana aku bisa menyelesaikan sekolah, papimu akan mengejar dan menggorok leherku, kau gila Magda.!”
“Abang, aku tidak gila. Aku serius. Kalau nggak mau kekampung, kita ke Bandung kerumah tanteku.!”
“ Sama saja, mengantar kepala dipentung sama om, suami tantemu.”
“Tidak, aku sudah bicara pada tante masalah kita.”
“ Masalah kita? Kita tidak punya masalah, hanya terbentur soal waktu.!”

Tanpa disadarinya, beban yang terbungkus dalam benaknya sedikit terkuak. Konyolnya, pikiranku mengarah pada pertanyaan, kenapa dia mendesakku menikahinya dan mengorbankan sekolah yang hampir berakhir.?
Entah kenapa pula pikiran ku mundur mengurut runtutan kisahkasih terakhir, ingat rumor “Magda hamil” lalu aku menjadi tumbal, serendah itukah dia?.

Ketololanku semakin sempurna ketika aku menghujam pertanyaan,” Magda, kamu hamil?” Sontak, Magda berdiri, wajahnya merah dan menatapku tajam. Mulutnya gemetar menahan tangis. Kedua tangannya gemetar memegang wajahku, suaranya lirih, “Pelacurkah aku ini bang?" Magda mendadak pingsan.
Segera kutahan tubuh Magda yang jatuh lunglai. Aku memaki - maki diri ku sendiri. Aku angkat tubuhnya, ku rebahkan ditempat tidur. Aku tak kuasa menahan tangis, kupanggil namanya berulang.

Aku panik luar biasa, tak tahu berbuat apa. Magda terkapar ditempat tidur karena ketololanku. Aku mau telephon Mawar, tapi segera mengurungkan niatku. Mawar pasti marah dan memakiku habis-habisan. Magda masih belum siuman, segera aku melompat dari tempat tidur, membuka jendela dan pintu lebar-lebar. Aku membasahi kemeja yang baru saja kucomot dari lemari, ku usapkan kewajahnya.

Tubuhnya mulai bergerak, lemah. “ Magda maafkan abang, aku tak berniat melukai mu,” kataku sesak penuh penyesalan. “ I love you, please say if you love me too. Please say you love me too, till the end of time.”

“ Magda, aku akan menikahimu, aku sumpah.!” Magda masih terbujur lemah dalam pembaringan, diam. Aku membekapkan batal kemulutku, aku histeris memanggil namanya, dia masih diam membisu. ( ini kali kedua aku menangis menjerit setelah adikku perempuan meninggal pada usia enambelas tahun)

Kubasahi bibirnya dengan beberapa sendok air, kedua matanya mulai bergerak. Aku sedikit merasa lega, kucium pipinya,” Magda, maafkan aku .” Magda menggelengkan kepala, airmatanya mulai bercucuran. Aku menahan tubuhnya ketika dia mau bangkit dari tempat tidur, “ Magda, istrahat dulu sebentar, badanmu masih lemah. Maafkan aku, aku tak sengaja melukai mu.”

Magda siuman dan terisak; “ Aku mau pulang.”
Aku mencium pipinya, “ ini rumah kita Magda. Segera kita kekampung atau ke Bandung dan kita menikah,”ujarku lantas, membiarkannya bangkit dari pembaringannya. Tampak semangatnya pulih kembali. Dia menatapku seakan tak percaya.
” Abang serius.?”
Aku peluk dia erat sekali, “Iya..aku serius.!”

Dia membalikkan tubuhnya kearahku sambil memukul-mukul dadaku kegirangan. Ditempat tidur, Magda melompat kepangkuanku dan melingkarkan tangannya keleherku, dia menciumi sepuasnya. Dia mendorong tubuhku kebelakang hingga tergeletak diatas tempat tidur. Airmatanya kembali mengucur, airmata kebahagiaan.

“Magda jendela dan pintu kamar masih terbuka,” bisikku kekupingnya.
“ Biarin...supaya dunia tahu,” katanya tak mau melepaskan pelukannya. ” I love you, please say you love me too. These three words, they could change our lives forever, and I promise you that we will always be together (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment