Wednesday, March 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (96)


"Almost Lover"
Your fingertips across my skin/The palm trees swaying in the wind Images/ You sang me spanish lullabies/The sweetest sadness in your eyes/Clever trick/I never want to see you unhappy/I thought you'd want the same for me

*)Goodbye, my almost lover/Goodbye, my hopeless dream/I'm trying not to think about you/Can't you just let me be?/So long, my luckless romance/My back is turned on you/I should've known you'd bring me heartache/Almost lovers always do

We walked along a crowded street/You took my hand and danced with me/Images/And when you left you kissed my lips/You told me you'd never ever forget these images, no I never want to see you unhappy/I thought you'd want the same for me
*)
I cannot go to the ocean/I cannot drive the streets at night/I cannot wake up in the morning
Without you on my mind/So you're gone and I'm haunted And I bet you are just fine/Did I make it that easy To walk right in and out of my life?
*)
==============
" Kalau sampai sebulan nggak dapat kerja, aku segera kembali," imbuhku.
Susan terusberusaha mempengaruhi ku, agar membatalkan niat ku ke Jakarta
===============
" Zung , bagaimana dengan pekerjaan yang aku tawarkan itu. Bolehlah abang pergi tapi kembali lagi setelah sebulan," bujuknya. Tidak elok menolak langsung tawarannya, aku berucap: " Aku akan pikirkan ulang usulanmu setelah aku di Jakarta." Dalam pembicaraan hampir satu jam itu, Susan sesekali mengulang kenangan kisah kasih kami. Susan mengajakku ke rumah mungil dan kebun peninggalan ayahnya. " Zung, nggak rindu dengan sungai kala aku dan abang mereguk kasih dalam kebeningan sungai.? "

Iya, aku amat merindukannya, airnya begitu jernih dan sejuk. Aku terkesan dengan batu-batu besar dan indah ditengah sungai. Suara gemercik sungai menggelitik syarafku untuk menuliskan ke kagumanku tentang ke Maha Besaran Sang Pencipta. Beberapa tulisan pendek berhasilku torehkan didalam catatan harianku berisi tentang kemolekan dan kecentilan sungai mengalir menyusur hingga ke samudera luas.

Diantara catatan harian pernah ku torehkan antara lain;
" Senandungmu berdesah mengiring gemulaimu menyusuri alur berliku bebatuan. Geliatmu bagaikan gadis jelita meliukkan tubuh, menggelora. Senyuman dan kebeningan penampakanmu mengundang nafsu berahiku untuk menyetubuhimu. Engkau pasrah ketika aku mencumbuimu hingga aku terkulai dalam pelukanmu.

Engkau memberiku kehangatan dalam jiwa mana kala aku terpasung dalam kegalauan sukma. Aku mencicipi kemolekanmu penuh gairah. Engkau memberiku sejuta rasa. Mengalir laksana madu membasahi kerongkongan ku."
Diakhir tulisan itu ku tuliskan." Aku, penikmat cipta surgawi."

Entahlah mungkin Susan sengaja mengungkit kenanganku dan dia. Oh iya...kala itu, Susan bergayut manja di pangkuanku pada akar pohon yang membentang kokoh diatas permukaan sungai. Aku sengaja melepaskan pelukanku sehingga dia terjungkal ke dalam sungai, gelegapan.

Tangannya menggapaiku. Aku menghampirinya setelah aku puas mempermainkannya. Dia memukul-mukul dadaku seraya berujar, " abang nakal." Ciumanku menghentikan tangannya memukul dadaku. "Bang, aku kedinginan." ujarnya mengharap aku memangku ketepian sungai. Susan menghentakkanku dari kenangan sekilas.
***
" Zung, besok suamiku Hendra akan berangkat ke kantor pusat memberikan laporan perjalananannya selama di London. Abang mau temani aku ke kebun,?" tanyanya. Aku mengganguk tanda setuju. Susan tidak merasa keberatan bila aku mengajak Magda dan Mawar ikut ke kebun dan ke rumah mungil peninggalanan ayahnya.

Setelah Susan pulang, aku segera berangkat ke rumah Magda memberi laporan terakhir tentang Susan. Aku dan Magda ada semacam perjanjian tak tertulis, semua kegiatanku di Medan sebelum aku ke Jakarta harus melaporkannya, termasuk mengenai Maya dan Susan. Kesepakatan tak sengaja ini, muncul ketika kami di danau Toba menikmati liburan setelah wisuda..
***
Magda baru saja siap mandi datang menyongsongku ke teras rumah.
" Ada berita baru bang.?"
Magda tahu, setiap kedatanganku diluar jam bertamu, akan melaporkan sesuatu yang baru.
" Magda, ini perintah.! Tak ada alasan mu untuk menolak, kecuali Magda bersedia tak berbicara denganku untuk seumur hidup." ujar ku.
" Ah..abang selalu main paksa," ujarnya sambil mengeringkan rambutnya - yang baru saja dikeramas- dengan handuk .
" Besok siang kita pergi ke sungai tempat kita retreat" dulu ketika mahasiswa. Aku ingin berenang disana bersamamu sebelum aku berangkat." ujarku bergurau.

" Abang baru minum iya? Berapa botol abang minum hah...?" tanyanya serius sambil mengibaskan handuknya ke wajahku. Aku tertawa melihat tingkahnya; tempramennya langsung on, wajahnya berubah galak. Aku merebut handuk dari tangannya dan membelitkan ke lehernya sambil tertawa. Magda sadar dia aku "kerjain". Dia merajuk dan meniggalkanku sendiri di ruang tamu.

Mendengar kami" huru - hara" maminya keluar dari kamar, sementara Magda sudah menghilang. Maminya masuk lagi setelah aku jelaskan, kami tidak ribut.
" Apa lagi yang mau diributin hah..." tanya Magda berlagak marah, setelah maminya masuk ke dalam kamar
" Magda, tenangkan dulu dirimu. Hidupmu tiada hari tanpa marah, cerewet."
" Abang yang selalu bikin gara-gara. Ayo lah nggak usah berteletele, ada masalah apa lagi?"

" Nggak ada masalah. Ibu Susan mengajakku melihat kebunnya, sekaligus mengajakku mandi bersama lagi. Ibu itu setuju kalau Magda dan Mawar ikut bersamaku. Kamu nggak boleh menolak dengan alasan apapun kecuali oleh kematian. Magda harus ikut. Selamatkan diriku," pintaku sambil ketawa.

Magda diam beberapa saat, kemudian bertanya, " Abang serius? Susan nggak keberatan bila aku dan Mawar ikut?"
" Iya, aku serius. Telefonlah Mawar sekarang," ujarku.
" Mawar nggak ada waktunya," ujar Magda setelah menghubungi Mawar melalui telefon.

" Kita berdualah, " ujar ku
" Apa Susan nggak cemburu.?"
"Itu yang aku harap. Semoga keikutsertaanmu, secara perlahan dapat menghapuskan cinta kami yang terajut. "
Magda menatapku serius dan berucap: " Apapun menurut abang yang terbaik, aku akan membantumu."
" Nah begitu lah. Aku tak salah memilih sahabat meski ratu cerewet, " ujarku seraya mengelus pipinya, lembut. Magda membalasnya dengan jeweran dikupingku, " Terimakasih raja pegajul!" ( Bersambung)

Los Angeles. March 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment